Selasa, 13 September 2011

Ketika Kamu Lupa Bagaimana Cara Bersyukur?

Dalam beberapa hari terakhir, saya lebih banyak menghabiskan waktu saya untuk diam dan menjadi pendengar yang baik, mencoba untuk lebih mengerti orang lain agar saya bisa mengerti diri saya sendiri.

Pernah suatu hari teman saya bercerita kepada saya, "Ndah, ayah saya bilang, "cobalah untuk memperluas persahabatanmu dengan berbagai jenis orang, jangan dengan orang tertentu yang selalu sama, agar kamu dapat lebih mengenal hidup dari berbagai jenis perspektif yang berbeda..", sejak saat itu saya mulai memandang setiap persoalan yang muncul di depan saya dengan berbagai kacamata yang berbeda, positifnya saya menjadi tidak terburu-buru dalam bertindak, tapi negatifnya saya jadi sulit memutuskan karena saya membenarkan setiap alasan yang mendasari persoalan itu.

Entah kenapa, tetapi akhir-akhir ini banyak persoalan yang diceritakan oleh teman-teman saya yang merasa kurang puas akan sesuatu yang mungkin menurut mereka itu adalah hal yang sangat penting, jadi saya juga tidak menyalahkan hal itu jika mereka kurang puas. Karena mungkin tanpa saya sadari saya juga pernah seperti itu. Akan tetapi terkadang hati kecil saya tak mampu menerima orang yang mengeluh karena soal harta mereka yang belum mencukupi, padahal dalam perspektif saya itu sangatlah lebih dari cukup. Astaghfirullah, sesungguhnya semua harta dunia ini hanyalah titipan Allah SWT.

Seperti biasa, setiap 3 kali seminggu saya pergi untuk mengajar privat untuk mengisi waktu saya, karena memang saya adalah orang yang workaholic. Saya selalu mengubur kebosanan saya di angkot saat pulang mengajar dengan mengamati pemandangan di sekitar saya, dan entah mengapa hari dimana Allah memberikan saya rezeki, justru berakhir dengan air mata ketika saya tiba di kost. Tuhan menegur saya dengan sangat tegas, pada saat perjalanan pulang, di daerah Kiara Condong dekat stasiun saya melihat seorang tukang becak yang cukup renta yang masih bekerja di hari yang sudah mulai gelap itu. Sepanjang hari dia bekerja dari subuh hingga malam dan walau dengan rezeki yang seadanya, saya tidak tahu apakah itu mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari atau tidak, tetapi setiap kali saya melihat bapak itu tampak semangatnya yang tak kendor dengan sedikit atau sebanyak apapun rezeki yang akan ia dapatkan tiap harinya. Lalu sekarang, dengan pekerjaan mengajar saya yang hanya beberapa jam, di tempat sejuk dan bergaji cukup apakah saya masih mengeluh?? Astaghfirullah, ya Allah jagalah hati hamba... :(

Ketika angkutan saya tiba di daerah Dipati Ukur, seperti biasa, di daerah ini memang banyak anak kecil yang bekerja dengan mengamen dan yang terburuk adalah mengemis. :(

Selama tiga tahun saya tinggal di Bandung, entah mengapa, pada hari itu pertama kali saya melihat anak usia 8 tahun, di depan mata saya, dia merokok. Di usia pentingnya perkembangan otak seorang anak, mereka sudah diracuni dengan nikotin,.. astaghfirullah, sekali lagi saya bersyukur bagaimana saya dan adik-adik saya dirawat dengan baik oleh kedua orang tua saya, karena masih banyak anak-anak yang terlantar tanpa orang tua seperti ini.. :(

Turun dari angkutan, saya jalan kaki menuju ke kost saya di daerah Cisitu Lama. Pada saat masih di daerah Simpang Dago, saya bertemu dengan seorang kakek yang sangat renta, mungkin usianya sekitar 80 tahun. Di usia dimana seharusnya ia dirawat dengan baik oleh anak dan cucunya, saya melihat kakek itu dengan pakaian kumuhnya, tubuh penuh lumpur, karung goni dengan berbagai sampah yang saya tidak tahu apa itu, dan yang saya punya di tas saya saat itu hanyalah roti karena saya memang jarang menyimpan uang lebih di kantong saya, dan dengan ucapan terima kasih kakek itu menerima roti yang saya berikan, sedih hati ini.. kadang saya sendiri tak tahu apa yang saya sedihkan, apakah karena saya teringat kakek nenek saya? atau karena tidak ada yang bisa saya berikan saat itu? Sekarang, hal apa lagi yang membuatmu merasa tak bersyukur? dimana ternyata Allah masih sangat mencintaimu. Astaghfirullah, semoga Allah senantiasa menjaga hati kita. :(

Teman, marilah kita bermimpi setinggi mungkin, bekerja dengan penuh semangat, tetapi tetaplah senantiasa bersyukur dengan apa yang kita miliki, karena masih banyak yang tak seberuntung kita. Cobalah dekatkan dirimu dengan orang-orang disekitar kita, agar kita lebih mengenal Tuhan kita dengan lebih baik. :)