Senin, 21 Oktober 2013

Mbah Nah

Saat ini, di tengah-tengah pertapaan saya, saya teringat salah seorang yang cukup berarti dalam kehidupan saya dan keluarga saya. Jika mungkin dari kalian hanya punya dua orang tua dan dua pasang kakek-nenek, bagi saya setiap orang tua dan seorang lansia yang saya kenal selalu saya anggap dan saya hormati seperti orang tua dan kakek-nenek saya sendiri. Salah satunya adalah Mbah Nah. Selama 23 tahun, saya hanya mengenal dan memanggil beliau 'Mbah Nah'. Mungkin saya pernah menanyakan nama lengkap beliau saat kecil, tetapi saya tidak dapat mengingatnya sekarang. Fyuhhh~~

Ada dua orang wanita lansia yang tinggal di dekat rumah saya, yaitu Mbah Sariyem dan Mbah Nah. Oke, saat ini saya hanya ingin mengenalkan kalian dengan seorang Mbah Nah. Saya tinggal di desa Manggung sejak saya berusia 4 tahun, bisa dikatakan sudah 19 tahun saya tinggal di desa itu. Selama 19 tahun itu pula saya bertetangga dengan Mbah Nah. Mbah Nah adalah salah seorang yang juga pernah memomong saya dan adik-adik saya waktu kecil. Walau saat kecil ibu saya kerja di pabrik dan sering kali meninggalkan saya dan saudara-saudara saya sendirian di rumah, ada Mbah Nah yang menemani kami. Mbah Nah adalah salah seorang teman bermain kami saat kecil hingga saat ini. Ia mencintai kami seperti cucunya sendiri. Salah satu kegiatan favorit saya di rumah adalah pergi ke pengajian, dan beliau adalah sahabat saya yang selalu bersedia menemani saya datang ke pengajian. Baik pengajian minggu pagi di kelurahan maupun pengajian malam hari di desa-desa tetangga. Tidak hanya sebagai teman saya bermain dan teman pengajian, beliau juga merupakan teman menyapu saya. Saat kecil saya yang masih berusia 6 tahun diminta ibu saya untuk mulai menyapu seluruh halaman rumah dan jalanan, ketahuilah saya sangat tidak suka melakukannya saat itu. Di tengah murungnya saya menjalankan kegiatan itu, Mbah Nah selalu membantu saya menyapu hingga akhirnya murung saya mereda. Dengan pendampingan Mbah Nah, saya pun tidak pernah merasa menyapu itu hal yang merepotkan lagi, karena saya bisa bermain dengan beliau sambil membantu ibu saya. Beliau adalah salah seorang di rumah saya yang akan menyambut saya dengan senyuman setiap pulang sekolah.

Mbah Nah adalah sosok yang rajin beribadah. Ia selalu mengusahakan diri untuk menjalankan sholat lima waktu di masjid. Ia tidak akan sholat di masjid hanya saat ada pekerjaan atau mungkin sedang sakit. Mbah Nah membiayai hidupnya dengan bekerja sebagai buruh tani. Setiap musim panen, beliau selalu siap bekerja membantu pemilik sawah untuk menuai padi, memanen kacang, dan segala kegiatan pertanian lainnya. Jika saat musim panen, beliau cukup banyak tawaran pekerjaan, tetapi jika tidak musim panen seringkali hanya satu atau dua kali sebulan bekerja dan hanya upah 10-20ribu perbulan yang ia dapatkan. Selama hidupnya, beliau tinggal seorang diri di sebuah gubug kecil menumpang di area rumah Mbah Sariyem. Beliau tidak memiliki keluarga maupun seorang anak, sehingga anak-anak tetangga di sekitarnya selalu beliau anggap sebagai anak dan cucunya sendiri. Oke, saya tidak ingin membuat cerita ini terdengar melow, tetapi sepertinya tetap mengarah kesana.

Mbah Nah dan barang-barang
pindahannya
Hidup dengan menumpang di tanah orang membuat hidup beliau diikuti dengan perasaan pasrah dan ikhlas. Tahun lalu sebagian tanah Mbah Sariyem, tepat dimana rumah Mbah Nah didirikan, terpaksa harus dijual karena kebutuhan ekonomi keluarga. Dengan perpindahan kepemilikan tanah itu pun, beliau harus bersiap-siap suatu saat pindah dari tanah tersebut. Tetapi mau kemana? sedangkan tidak ada satu pun keluarga yang ia miliki. Melihat kondisi tersebut pun, orang tua saya langsung menawarkan pertolongan kepada Mbah Nah untuk mendirikan rumahnya di samping rumah kami saja. Tetapi beliau menolak tawaran tersebut dengan alasan tidak ingin merepotkan keluarga kami. :(

Lokasi baru rumah Mbah Nah
Waktu berlalu, dan hingga akhirnya yang beliau khawatirkan benar terjadi. Tepat setelah lebaran idul fitri kemarin, beliau diminta oleh pemilik tanah yang baru untuk memindahkan rumahnya. Sungguh tragedi bahkan untuk saya sendiri yang menyaksikannya. Cukup beruntung oleh pemilik tanah yang baru, beliau hanya disuruh pindah ke tanah baru yang berjarak beberapa meter dari tanah yang lama. Tetapi saya tidak suka lokasi baru tanah beliau tinggal, karena itu jauh dari jalan dan menurut saya tidak aman untuk orang selansia beliau. Untuk kesekian kalinya saya tawarkan pada beliau untuk tinggal bersama keluarga saya, tetapi beliau menolak dengan tegas. Entahlah, saya tidak tahu harus melakukan apa lagi saat itu. Saya hanya bisa menghormati keputusan beliau dan membantu beliau untuk pindahan rumah saat itu.

Silahkan mengambil makna sendiri dari kisah Mbah Nah ini. Khusus untuk saya, saya sangat bersyukur memiliki beliau sebagai tetangga, teman dan sahabat saya di rumah. Dari beliau saya selalu ditegur untuk senantiasa bersyukur dengan betapa berharganya keluarga dan orang-orang yang mencintai saya. Keluarga dibentuk tidak hanya oleh ikatan darah, tetapi dari arti kehadirannya dalam kehidupan kita. :) Love you Mbah Nah... :')

Senin, 14 Oktober 2013

Don't Judge a Book by Its Cover

Tidak perlu cerita wah untuk mendeskripsikan arti kalimat "Don't judge a book by its cover" ini, karena tentunya sudah banyak cerita kehidupan kita masing-masing terimplisitkan ke makna kalimat ini. Begitu pula dengan salah satu cerita sederhanaku kemarin bersama sahabatku (Zainul).

Minggu, 12 Oktober 2013 aku dan Zainul memutuskan untuk berjalan-jalan ke daerah Pasar Baru mencari kebaya untuk wisuda Zainul nanti. Biasanya kalau ke Pasar Baru aku selalu memilih menggunakan bus Damri yang murah dan berhenti tepat di depan Pasar Baru, tetapi kemarin aku akhirnya menggunakan angkot saja karena Zainul tidak terbiasa menggunakan bus Damri. Aku yang tidak punya pengalaman naik angkot ke Pasar Baru akhirnya nurut saja dengan petunjuk Zainul. Kita berangkat ke Pasar Baru dari Pasar Simpang Dago dengan menggunakan angkot hijau. Di tengah-tengah perjalanan kami masuk seorang ibu-ibu berusia 30an dengan kaos pink dangdut, celana hot-pants kuning, sepatu kets, dan tas selempang anak-anak ke dalam angkot kami. Sesaat orang yang melihat penampilan dan kelakuan wanita tersebut pasti akan berpendapat, "what's wrong with her?". 

Sepanjang perjalanan aku hanya menikmati perjalanan dengan berbincang-bincang bersama Zainul. Hingga tiba-tiba Zainul bertanya padaku, "Ndah, three or four?" tanyanya untuk memastikan berapa jumlah uang yang harus kita bayarkan hingga tiba di tujuan. Mendengar percakapan kami tersebut, kemudian wanita tersebut bertanya, "Hey, i can speak english too.." katanya dengan senyum yang sumringah. Untuk menghormati wanita tersebut, aku pun menanggapi perbincangan dengannya. Aku terkagum dengan betapa lancarnya bahasa inggris wanita tersebut, dan sungguh terima kasih kepada wanita tersebut yang menyadarkan kami bahwa ternyata kami telah salah ambil jalur angkot. Seharusnya kami menggunakan angkot Dago - Stasiun, tetapi kami justru naik angkot Dago - Kalapa, jreng jreeng jreeeng!!! T____T. Wanita tersebut pun berbaik hati menunjukkan kami angkot yang tepat untuk melanjutkan perjalanan ke Pasar Baru. Aku, di tahun terakhirku di Bandung, masih harus nyasar untuk ke sekian kalinya. Hahaha... :D

Sebelum perpisahan kami dengan wanita tersebut tak lupa kami ucapkan terima kasih untuk wanita tersebut. Kami berdua menyadari kesalahan kami dengan sedikit beranggapan negatif tentang wanita tersebut sebelumnya, yang justru wanita tersebutlah bantuan terbesar kami kemarin. Yups. don't judge a book by its cover. Itulah makna pengalaman sederhana kami kemarin. :)

Penampilan luar seseorang seringkali tidak mencerminkan baik dan buruknya hati seseorang. Banyak orang-orang berpenampilan cantik dan tampan di sekitar kita, tetapi tak banyak dari mereka yang membantu orang-orang disekitarnya. Banyak pula orang yang dianggap aneh dan ditak-acuhkan oleh orang-orang sekitarnya, tetapi selalu memberikan kebaikan ke orang-orang di sekitarnya. Bagaimana dengan kita? mau menjadi buku apakah kita untuk lingkungan kita? silahkan dipikirkan dan dijawab sendiri. :)

Kamis, 10 Oktober 2013

My Silver Bracelet


Entahlah aku sendiri juga heran, mengapa ibuku senang sekali mengembar-ngembarkan barang-barang anaknya. Yups, disinilah kami, aku dan adikku Cicit, menjadi korban hobbi unik ibuku tersebut. Rata-rata hampir semua jenis barang kami selalu dikembarkan, mulai dari celana, baju, kerudung, sepatu, dan perhiasan. Endingnya kami berdua santai-santai saja, karena hal tersebut sudah dilakukan ibuku sejak adikku lahir. Beruntung jarak usia kami tidak terpantau jauh, begitu pula tinggi serta lebar badan kami yang tidak terlalu berbeda. Hanya saja adikku lebih tinggi sementara aku lebih lebar, haha. Dengan kondisi semua perangkat kami yang tak berbeda tersebut kami pun sering kali tidak peduli itu barang siapa, disinilah berlaku sistem "punya kakak adalah punya adik dan punya adik adalah punya kakak". :D


Dari sekian banyak barang kembar kami, semua rata-rata hanya bertahan tidak lebih dari 2 tahun. Tetapi ada satu barang yang sangat berharga untuk kami berdua, yaitu sepasang gelang perak. Gelang perak ini dibelikan ibuku saat aku kelas 2 SMA. Gelang perak dengan masing-masing mempunyai berat 1,5 gr ini dulu dibeli ibuku dengan harga Rp 25.000,-/gr nya. Gelang perak yang sudah melingkar ditanganku selama 7 tahun ini alhamdulillah terjaga baik dan tak pernah kulepaskan dari tanganku dan adikku. Sesekali gelang kami putus dan jatuh di jalan atau di tempat-tempat aneh, tetapi uniknya gelang ini selalu berhasil kami temukan saat ia terputus atau terjatuh dimanapun. Sebuah perhiasan sederhana tetapi sangat berharga untuk kami berdua. Karena aku ingat sekali kalimat yang disampaikan ibuku saat itu, "maaf ya nduk, ibu gak bisa ngasih perhiasan mahal, ini buat kalian berdua, hasil kerja jahit ibu minggu ini, jaga baik-baik yaa...".

Ibu......, aku dan cicit telah dan akan terus menjaga gelang ini dengan baik, karena ia adalah salah satu benda berharga yang melingkari hubungan kami berdua. :')

Sabtu, 05 Oktober 2013

Edisi Beberes Beres-Beres

Hari yang cukup melelahkan hari ini, hyaaaaakkk tapi alhamdulillah satu agenda sudah diselesaikan. Agendaku hari ini adalah beres-beres!!! Mulai beres-beres pindahan buku dari markas ke kostan, hingga beres-beres kamar kostan yang entah kapan terakhir kali ditata, hehe. 

Pagi ini aku ingin sekali bilang dengan penuh bangga, "Siapa bilang cewek lemah?!" (haha, maaf.. songong dikit sekali-kali boleh lah ya.. :p ). Walau badan masih menuntut haknya untuk istirahat hari ini karena sakit, aku nekat untuk tetap beberes hari ini juga karena minggu depan terlalu banyak agenda lain yang sudah memanggil.. (T___T). Pagi dari jam 7 - 10 dengan bermodal sepeda motor sahabatku, aku pun dengan semangat perjuangan 90 (tahun 45 aku belum lahir euy.. haha) berhasil memindahkan 12 kardus buku dari markas apoteker ke kostku.. horeeeeeeeeeeeeee!!!! yupz, inilah mengapa aku bilang jangan katakan kalau cewek itu lemah! hihihi... walau harus mondar-mandir 4x, walau harus menahan lapar karena belum sarapan, walau masih bau orang bangun tidur (oke, karena belum mandi, haha), dan walau naik motor dengan kepala puyeng karena demam.. alhamdulillah buku-buku itu berpindah tempat dengan lancar hari ini. (Beuh, bahasaku lebay banget hari ini.. hihihi. gomenasai!!) :3

Selesai pindahan buku, aku pun menikmati istirahat sejenak dengan nonton drama korea (teteuuuppp~~). Setelah cukup istirahat, saatnya menjalankan misi kedua, yaitu bongkar lemari kamar dan beberes kamar!!. Goal utama beberes kamar hari ini adalah memisahkan buku-buku yang masih bisa dipakai dan kertas-kertas yang sebaiknya dikilokan saja. Kebiasaanku untuk buku dan kertas-kertas adalah "jangan dibuang sampai benar-benar tidak dibutuhkan!" dan hasilnya adalah seluruh berkas-berkasku dari jaman kuliah tingkat satu hingga apoteker masih terbungkus rapi di kardus dan lemari. Dan kali ini, adalah saatnya aku harus ikhlas membuang berkas-berkas itu. Saat memilah tumpukan-tumpukan berkas itu, ternyata banyak kenangan yang kembali muncul karenanya. Aku menemukan berkas-berkas menarik, seperti:

- Fotokopi bahan-bahan kuliah, laporan-laporan praktikum dan tugas kuliah (yang ini mah masuk list pertama yang harus disingkirkan, haha)
- Surat-surat administratif saat jadi beasiswa hunter S1 (bahkan berkas pengajuan beasiswa di semester 1 pun masih ada.. fyuhhh teringat tiap semester tak mungkin tak mengajukan beasiswa, hihi)
- Berkas penangguhan pembayaran SPP (ahhhhh untung jaman aku S1 sistem penangguhannya tidak terlalu rempong seperti sekarang, dan alhamdulillah ITB punya sistem penangguhan seperti ini, jadi aku tidak pernah khawatir buat telat bayar kuliah, hohoho)
- Kartu Studi Mahasiswa
- Kuitansi, resep, hasil lab saat di opname (Mungkin aku adalah mahasiswa yang memecahkan rekor di ITB untuk dua kali naik ambulance ITB; tiga kali masuk UGD; mahasiswa pertama yang menggunakan fasilitas asuransi ITB; dan mahasiswa yang menerima biaya pengobatan terbesar dari ITB setiap bulannya selama kuliah di ITB, hahhaha)
- Laporan kehilangan KTM (Wahh pernah merasakan rempongnya ngurusin KTM yang ilang, dipikir-pikir dulu KTMku ilang kenapa yak?! -___-")
- Surat Keterangan Izin Tinggal di Asrama (Yahhh gak afdhol di ITB kalo gak ngerasain asrama ITB.. at least pernah tinggal satu tahun di asrama ITB cukup menyenangkan kok, hehe)
- Surat-surat saat jadi sekretaris organisasi dan acara (Karena selalu menerima jabatan sebagai sekretaris di semua acara dan organisasi, aku merasa terkutuk jadi sekretaris saat S1 -____-")
- Laporan-laporan praktikum nilai K (wkwkwkwk nilai-nilai cacat jaman S1.. nilai K yang hanya berlaku untuk praktikum meracik, yang berarti K = gagal! T____T)
- Berkas-berkas Tugas Akhir (Penelitian pertama dalam sejarah hidupku.. akhirnya aku menjadi seorang ilmuwan!! hohoho)
- Kumpulan name tag panitia
- Berbagai foto-foto bareng di Jonas (kangeeeeeeen sekali dengan semua ornag di foto-foto itu... #merindu)

Dan hasil beberes kamar ini adalah 4 kardus kertas siap buang.. hohoho tetep mending dikiloin aja, lumayan banyaak soalnya. :p And here we are.. jreng jreng jreeeeeng!! kamarku bersih, rapi, nyaman, dan semua kertas-kertas berserakan sudah lenyap dari pandangan mata. Hohoho!! #bahagia

Rabu, 02 Oktober 2013

Satu Tahun Bab Cerita (last part)

4 September 2013 - Ujian tahap II (Sidang Komprehensif)
Dengan segala ketidaktenangan karena ketidakpastian hasil ujian tahap I, aku dan teman-teman pun mulai menyiapkan diri untuk ujian tahap II. Pada ujian tahap II ini adalah ujian sidang wawasan pengetahuan. Wawasan pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang obat yang aku terima di ujian tahap I dan wawasan farmasi umum meliputi undang-undang, kepemerintahan, pengetahuan sains dan sebagainya. Dalam ujian tahap II ini kita diberi kesempatan untuk mengkonfirmasi ada tidaknya kesalahan pada penulisan jawaban di tahap I.
Sebelum masuk ke ruang sidang aku baik-baik saja, tetapi saat masuk ke ruang sidang ternyata semua pertanyaan yang diajukan padaku adalah hal-hal yang tidak kupelajari sebelumnya. Berbagai kalimat penurun semangat dari penguji seperti, “kamu belum pantas jadi apoteker!” atau “bisa pakai bahasa baku gak sih?!” (karena nervous aku jadi gak sengaja pakai bahasa standar, masih sopan tapi tidak baku, ternyata beberapa penguji ada yang cukup terganggu saat itu). Selama di ruang sidang aku terima semua celaan itu dengan lapang hati, dan segera memperbaiki saat itu juga. Lima belas menit pertamaku cukup kacau, tetapi alhamdulillah aku bisa mulai menjawab dengan tenang dan lancar di 40 menit terakhir. Kesalahan ujian tahap I yang diverifikasi saat ujian ternyata adalah penulisan satuan dosis yang tidak tepat, tetapi karena sudah diverifikasi akhirnya tidak ada masalah lagi. Setelah ujian sidang barulah aku merasa roboh dan tidak percaya diri. Aku hanya bisa menangis dan berdoa pada Allah untuk memberikan aku satu kali lagi kesempatan.

5 September 2013
Pengumuman kelulusan sidang baru diumumkan di hari terakhir sidang. Karena aku takut, alhasil aku tidak datang ke kampus untuk melihat pengumuman. Akhirnya aku menerima informasi kelulusanku dari sms sahabat aku (Jhijiel). Alhamdulillah yaa Rabb.. aku lulus tahap I dan II tanpa peringatan!! (T____T) Baru kali ini aku merasakan ujian yang digantungkan pada faktor keberuntungan. Di tengah kebahagaiaan ada kesedihan yang ikut menyertai, sedih rasanya salah satu sahabat aku tidak lulus saat itu. :(

16-18 September 2013 - Ujian Tahap III (Ujian Tulis dan Ujian Praktek)
Jarak antara pengumuman hasil sidang dengan ujian praktek sekitar satu minggu. So, aku gunakan persiapan satu minggu itu dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi aku cukup tidak beruntung dengan satu minggu yang diberikan ini. Pengumuman sidang diberikan pada hari kamis, lalu hari jumat aku gunakan untuk hibernasi setelah tegang di malam-malam sebelumnya yang membuat aku tidak bisa tidur. Saat aku udah mulai menyentuh laptop untuk belajar, eh laptop aku ngehank karena virus. Akhirnya aku tidak bisa akses komputer dari hari sabtu hingga hari selasa. Aku baru bisa menggunakan laptopku kembali setelah dengan terpaksa menginstal ulang laptopku. Ketidakberuntungan kembali berjalan ketika aku sudah selesai instal ulang laptop. Aku sakit disminore selama 2 hari (rabu-kamis) yang membuatku tidak bisa menggerakkan tubuh dari atas kasur sama sekali. Akhirnya baru lah di hari jumat (yang berarti H- 3 ujian praktek) aku baru bisa mulai belajar. Perjuangan ini sungguh tak mudah~~ fufufufu~~
Karena aku ujian konseling maka persiapan yang harus dilakukan adalah mengkaji ulang jurnal yang sudah kukerjakan di tahap I untuk memprediksi kemungkinan kasus yang bisa diberikan saat ujian tahap III nanti. Minimal perbaiki jurnal tahap I yang mungkin salah dan juga kerjakan analisis patofisiologi untuk penyakit-penyakit yang mungkin berkaitan.
Pada ujian tahap III atau ujian praktek ini, kita diberi waktu dua hari untuk mengkaji kasus kondisi pasien, lalu baru di hari ketiga kita melakukan konseling ke pasien dan profesional. Alhamdulillah kasus yang aku terima sesuai dengan prediksiku, yaitu pasien dengan hipertensi dan bradikardi dan diberi obat tablet propranolol dan injeksi orsiprenalin. Hasil jurnal ilmiah yang kupelajari sebelumnya memang banyak kasusnya seputar itu, hohoho~~. Untuk kasusku tersebut kedua obat yang digunakan pasien bersifat kontradiksi begitu juga penyakitnya. Sehingga untuk pengkajian ujian tahap III aku tidak terlalu bermasalah karena tidak harus mengganti obat. Kedua obat tersebut pasti digunakan tetapi tidak secara bersamaan, karena kedua obat tersebut adalah obat untuk mengatasi efek samping antara yang satu dengan yang lain.
Ujian praktek konseling di hari ketiga pun alhamdulillah juga sesuai prediksi kajianku, yaitu aku ditemui keluarga pasien yang ibunya masuk ke UGD karena mengalami bradikari setelah menggunakan propranolol untuk mengobati hipertensi sebelumnya. Terapi pilihan yang digunakan di UGD adalah pemberian injeksi orsiprenalin. Alhamdulillah 3 hari ujian praktekku cukup lancar. Modal saat melakukan konseling yang terpenting menurutku adalah harus ingat step-step apa yang harus dilakukan, tetapi jangan kaku, haruslah bersifat fleksibel, karena kasus di ruang konseling bukan sesuatu yang bisa diramalkan sebelumnya, at least bisa diperkirakan.

25 September 2013
Aku mungkin terlalu percaya diri dengan apa yang telah kulakukan saat ujian praktek, tapi bukan berarti juga aku tidak gugup menunggu pengumuman. Satu minggu menunggu pengumuman selalu menghantuiku dengan mimpi-mimpi buruk yang kejam. Tidak ada ketenangan sama sekali selama satu minggu penantian itu. Bahkan untuk mengusir ketidaktenangan itu berbagai kegejean kulakukan bersama sahabatku Jhijiel, mulai dari wisata museum hingga muter-muter Gramedia tanpa tujuan. Hahaha~~ 
Hingga pada hari pengumuman yudisium yang sudah dijadwalkan sebelumnya, yaitu hari rabu tanggal 25 Sept jam 5 sore, kita harus sedikit dikecewakan karena ternyata pengumuman hasil yudisium diundur satu hari. "Aaaaaaa~~~ insomnia lagi deh aku malam ini!" teriakku. Dan benar, aku tidak bisa tidur sama sekali menunggu pengumuman, sepanjang malam aku gunakan untuk berdoa, dan sekali-kali main game. -_____-"

26 September 2013
Alhamdulillah akhirnya tiba juga waktu pengumuman yang tidak mungkin diundur kembali. Tepat jam 1 siang, hasil keputusan yudisium diumumkan di papan pengumuman apoteker. Saat aku melihat pengumuman itu tidak ada satu orang sahabat pun di sampingku, tetapi bersama teman-teman apoteker yang lain kami menerima kejelasan status kami hari itu. Alhamdulillah yaa Rabb.. aku lulus!!! Finally!!! Indah Prihatin, S.Farm., Apt.!!!! \(^o^)/ Senang rasanya tidak harus mengikuti ujian seberat ini kembali.

Untuk ujian yang hasilnya didasarkan pada faktor "lucky" ini, aku hanya bisa bilang kunci utamanya adalah perbanyak doa, ibadah, dan jangan putus asa!! :)

Terima kasih untuk semua orang yang menyayangiku dan selalu mendukungku.... love u all!! :)