Kamis, 30 Januari 2014

The Definition of Relationships

Each expecting different things, each looking at different places, each dreaming different dreams… Everything that happens between one man and one woman, is just continuous love and war. You sulk, you pacify, you fight, you make up, you hurt, you embrace. A relationship like a manic-depressive patient who can’t make up his mind. But the hardest thing about the relationship between a man and a woman is the timing. If the love doesn’t begin at the same time, it’s unlikely to ever begin at all.

Answer Me 1997 Episode 11

Sabtu, 25 Januari 2014

Mengapa Bisa?

First Question.
Mengapa bisa tidak terjadi banjir di desa?

Walau tinggal di desa, kami sangat pintar untuk menjaga kebersihan lingkungan kami. Setiap warga desa mempunyai kesadaran bahwa membersihkan lingkungan tidak hanya membersihkan lingkungan di dalam rumah saja, melainkan juga lingkungan di luar rumah (baca: jalanan, selokan, kebun, dan area-area lainnya). Kami tidak pernah membuang sampah ke selokan kami, justru selokan pun termasuk area yang kami sapu setiap hari agar aliran air tetap lancar dan tidak pernah tersumbat. Kami tidak pernah menimbun sampah dalam waktu yang lama karena sampah yang kita sapu langsung kita bakar saat itu juga. Apakah kami tidak khawatir dengan polusi udara? tentu saja tidak, sampah kami sebagian besar adalah sampah-sampah organik, kalau pun ada sampah anorganik saat pembakaran itu tidak terlalu mengkhawatirkan. Mengapa? karena di desa kami masih banyak pepohonan yang akan mereduksi secara cepat asap-asap hasil pembakaran tersebut.
Agar peresapan air tetap baik, pengembangan jalan aspal hanya kami lakukan di jalan utama. Sementara untuk halaman dan jalanan-jalanan kecil kami biarkan tetap berupa tanah biasa sebagai daerah rembesan air.
Jadi sekarang apakah kamu tahu mengapa di desa tidak pernah terjadi banjir? :)

Second Question.
Mengapa bisa melihat bintang dengan jelas di desa?

Kami masyarakat desa pun membutuhkan cahaya untuk menerangi kegelapan saat malam. Tetapi kita tahu, bahwa fungsi utama mengapa kita memerlukan cahaya yaitu adalah saat kegelapan itu hadir. Sehingga kami hanya menggunakan cahaya lampu secukupnya. Tidak semua rumah membutuhkan lampu jalan di malam hari. Jika satu rumah sudah mempunyai lampu jalan di rumahnya yang cukup untuk menerangi jalanan beberapa rumah di sekitarnya, maka rumah di sekitarnya tak harus menyalakan lampu jalan. Selain untuk menghemat biaya listrik, tentunya kami juga tahu bahwa menyalakan lampu lebih dari seharusnya hanya sia-sia. Kami menyukai indahnya bintang-bintang di saat malam dan kami tahu bahwa semakin banyak cahaya yang terpancarkan ke atas maka akan semakin membuat kami sulit melihat bintang. Sehingga lampu jalan di depan rumah kami selalu kami tutup dengan tudung besi di atasnya. Selain agar lampu tidak roboh karena hujan maupun angin, yah tentunya agar cahaya lampu benar-benar terpusat ke bawah. Jadi sekarang kamu tahu mengapa kita bisa melihat bintang dengan jelas di desa?

Kita diberi kebebasan untuk melakukan eksploitasi alam agar memudahkan aktivitas kita, tetapi jangan lupa, kita juga harus sadar tentang bagaimana cara mengeksploitasi yang tepat tanpa pernah merusak keseimbangannya.

Senin, 06 Januari 2014

Jalan-jalan Sore

Jam dinding di kantor sudah menunjukkan pukul 15.35 WIB. Oh yeahhh saatnya pulang!! but, wait a minute, pekerjaanku belum kelar! huks sungguh hari yang sibuk. Hingga akhirnya atasanku bilang, "Udah Ndah, matiin aja laptopnya, ayok kita pulang, kerjaannya dilanjutkan besok saja.. oke!". Yasudahlah, aku juga sudah mulai pusing dan tak yakin ingin menyelesaikannya saat itu. Akhirnya aku matikan laptopku dan siap-siap pulang. Kantorku adalah rumah sakit swasta yang berlokasi di daerah Soekarno Hatta, dan untuk pulang menuju daerah Dago aku cukup naik satu kali angkot putih jurusan Riung-Dago. Sebelum pulang aku sholat ashar dulu di masjid dan membeli makanan di kantin untuk buka puasaku nanti. Akhirnya aku mulai meninggalkan rumah sakit di jam 16.15 WIB. Tiga puluh menit terlambat di bandingkan jam pulangku yang biasanya. Rasa lelah karena hanya tidur 4 jam semalam dan padatnya pekerjaan hari ini, akhirnya membuatku tertidur di angkot sepanjang perjalanan. Saat dalam perjalanan aku teringat bahwa aku harus mengambil jam tanganku yang tertinggal di Little Wings Cafe semalam. Heuhmmm okelah, langsung aja deh aku ambil jam tangan sekarang.

Aku benar-benar tertidur pulas di angkot dan baru terbangun saat angkot sudah tiba di daerah Dago. Jam handphoneku menunjukkan pukul 17.10 WIB saat angkot tiba di terminal Dago. Dari terminal ini aku harus naik angkot orange jurusan Dago-Caringin untuk menuju Little Wings Cafe. Sayangnya angkot orange ini sering kali ngetem terlalu lama, akhirnya daripada harus terkurung dalam angkot yang ngetem, aku lebih memilih untuk menyicil perjalanan dengan jalan kaki hingga angkot orange lewat. Setelah 10 menit jalan kaki, akhirnya datang juga angkot orange untuk menjemputku. Jalur angkot orange ini memutar mulai dari Dago atas lalu Jalan Cigadung dan turun kembali sepanjang Cigadung Raya Barat. Little Wings Cafe merupakan cafe minimalis yang terletak di daerah Cigadung Raya Barat dan hanya dibutuhkan kurang dari 10 menit hingga tiba di Little Wings Cafe. 

Aku tiba di Little Wings Cafe jam 17.25 WIB. Aku pun tidak berlama-lama disana setelah mengambil jam tanganku yang dititipkan di penjaga cafe itu. Aku langsung memutuskan untuk pulang. Tapi inilah masalah selanjutnya, tidak ada angkot orange yang lewat sore tadi. Lalu bagaimana cara aku pulang? ada banyak alternatif yang bisa dipilih,
1. Tunggu dengan sangat sabar hingga angkot orange menjemput.
2. Naik ojek
3. Jalan kaki dengan dua pilihan jalur. Jalur 1 adalah turun ke bawah menuju daerah Tubagus Ismail sementara jalur 2 adalah dengan mengikuti jalur angkot orange yang berarti harus hiking ke Dago Atas.

Dari sekian pilihan itu akhirnya aku memilih untuk menggunakan pilihan 3 jalur 2. Inilah enaknya jalan-jalan sendiri, aku bisa melakukan kegiatan-kegiatan ekstrim tanpa harus memedulikan orang lain. Hahaha. 

Dari Little Wings Cafe menuju Dago atas dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan jalan kaki. Jaraknya dekat sebenarnya, tetapi yang mungkin butuh sedikit perjuangan adalah rutenya yang menanjak. But, percayalah apapun pilihan dan jalur yang kita pilih pasti ada hal menarik yang bisa ditemukan sepanjang perjalanan. Pelan-pelan saja, nikmati perjalanan dan pemandangan, dan segala rasa lelah karena jalan menanjak terobati dengan indahnya pemandangan sore dan udara yang segar. Aku pikir mungkin prinsip kecil ini juga yang menjadi dasarku menjalani pilihan-pilihan hidupku.
 

Pukul 18.05 WIB aku tiba di Dago atas. Untuk perjalanan pulang ke kostku daerah Cisitu akhirnya aku memilih naik angkot hijau jurusan Kalapa-Dago. Alhamdulillah adzan maghrib berkumandang tepat saat aku naik ke dalam angkot, dan dengan segelas jus alpukat mari berbuka. :)

Hidup ini monoton dan membosankan, tetapi selalu ada banyak cara untuk membuatnya menarik.

Sabtu, 04 Januari 2014

Gimana caranya kalem?

Obrolan di kantor.
Mr. D : "Ndah, gmana psikotestnya?"
(dan sebelum saya sempat menjawab)
Mrs. E : "Kamu terlalu ekspresionis sih ndah.. kalem dikitlah seharusnya kemaren biar keliatan feminim... jadi psikotesnya keliatan jd anak baek.."
Me : (-___-) #diam
Mrs. E : "Btw, kok hari ini kmu kayaknya diem dari pagi ndah? aheeyyy indah kalem sekarang.."
Mrs. S : "Iya ih teh Indah.. biasanya cerita2, ketawa2, kesal2, rame da.. dari tadi gak ada suara.."
Mr. D : "Iya, kenapa kamu ndah? udahlah aslinya gak pernah diem jadi diem malah aneh..."
Me : "Bu, Pak.. saya sakit tenggorokan.." (-____-)" #dengansuaraserak