Selasa, 19 Mei 2015

Jemputan Bapak

Cerita kali ini dimulai dari percakapanku dengan Bapakku kemarin sore.
Bapak : "Nduk, lagi ngapain?"
Aku : "Lagi masak Pak, buat makan malam. Bapak udah pulang kerja?"
Bapak : "Udah, ini lagi duduk santai. Nduk, minggu depan jadi pulang kan? Nanti kalo udah nyampe telpon Bapak ya.. biar bisa langsung Bapak jemput."
Aku : "Jadi dong Bapakku sayang.. Siap Pak!! dijemput di tempat biasa ya Pak?"
Bapak : "Oke. Udah ya, nanti kamu masaknya gosong. Bapak mau istirahat dulu."
Aku: "Wokeeeee!!"

Berbeda dengan caraku berkomunikasi dengan Ibu, pembicaraanku dengan Bapak memang lah selalu singkat, padat, dan jelas. Tetapi begitulah ciri khas Bapakku yang kata orang-orang merupakan sifat umum yang dimiliki seorang laki-laki, hehehe. Uniknya percakapan yang kutulis di atas adalah pembicaraan yang tidak hanya terjadi sekali saja kemarin, melainkan sebuah percakapan yang sudah diulang berkali-kali sejak awal bulan Mei ini karena kepulanganku di akhir bulan nanti. Sejak awal bulan Bapakku sayang selalu telpon untuk menanyakan dan memastikan hal yang sama bahwa beliau akan menjemputku saat aku tiba di Solo nanti. Dan karena tingkah lucu Bapakku ini, aku pun tersadar akan sebuah fakta menarik. Jika kalian tanyakan padaku tentang hal berharga apa yang kumiliki saat ini, maka salah satu jawaban yang bisa kuberikan adalah jemputan Bapakku untuk selalu membawaku pulang ke rumah tercinta. Bapakku sayang yang selalu menjemputku saat pulang sekolah walau harus menunggu berjam-jam. Bapakku sayang yang selalu menjemputku saat aku pulang dari kemah berhari-hari. Bapakku sayang yang selalu menjemputku saat aku harus pulang malam. Bapakku sayang yang selalu menjemputku pulang saat aku ujian di luar kota. Bapakku sayang yang selalu menjemputku di stasiun kereta baik subuh maupun tengah malam saat aku pulang dari perantauan kuliah. Bapakku sayang yang selalu menjemputku di terminal bus saat aku pulang dari petualanganku ngebolang. Dan kini Bapakku yang sedang menunggu untuk menjemput putrinya yang akhirnya pulang setelah satu tahun meninggalkan rumah. Rutinitas sederhana ini entahlah mengapa bagiku merupakan suatu rutinitas yang tak ingin aku lepas dalam hidupku. Karena dari rutinitas ini lah salah satu dari sekian cara aku tahu bahwa Bapakku yang disiplin dan tegas selalu mendampingi dan mencintaiku. Sungguh tak sabar dijemput Bapakku sayang minggu depan!! I miss you Dad.. :)

Sabtu, 16 Mei 2015

Antara Saya dan Pengabdian Masyarakat

Jika kalian tanyakan pada saya sejak kapan saya meminati kegiatan pengabdian masyarakat, maka jawaban yang bisa saya berikan hanyalah "saya tidak tahu". Iya, saya sungguh tidak tahu dari mana dan bagaimana ketertarikan saya pada kegiatan pengabdian masyarakat ini muncul. Dalam kehidupan saya selama 17 tahun di desa saya, saya dimanjakan dengan sebuah kultur budaya masyarakat Jawa yang kental dan tata kramanya yang kuat. Dengan kultur seperti itu, tentunya saya yang masih kanak-kanak hingga berusia remaja lugu saat itu tidaklah mengerti benar apa arti sebuah hubungan masyarakat sebenarnya. Karena bagi saya saat itu selama saya masih berhubungan baik dengan teman dan tetangga saya, saya sudah cukup bahagia di masyarakat. 

Di usia saya yang ke-18 saya berkesempatan melanjutkan studi S1 dan apoteker saya di Bandung. Selama studi, saya diberi kesempatan untuk mengikuti beberapa organisasi di kampus. Berawal dari pertemuan dengan teman-teman yang ramah dari Kementerian Pengabdian Masyarakat di Kabinet Mahasiswa yang berjalan saat saya tingkat satu, saya memutuskan untuk bergabung dan membantu kegiatan di kementerian tersebut. Mungkin dari wadah ini lah saya mulai berkenalan dengan dasar-dasar sebuah pengabdian masyarakat. Dari mereka saya baru belajar bahwa porsi kita dalam masyarakat tidaklah hanya menjadi sekedar pengisi dan penikmat tetapi juga sebagai kontibutor yang tepat dan bermanfaat untuk masyarakat. Dalam wadah ini saya mulai belajar bahwa banyak hal yang bisa kita berikan untuk masyarakat melalui program-program sederhananya yang berusaha untuk membantu masyarakat dalam hal pemberdayaan ekonomi, pendidikan, potensi masyarakat, pertolongan bencana alam dan sebagainya. Dan untuk pertama kalinya dalam hidup saya, akhirnya saya menemukan idealisme hidup saya.

Walau idealisme muda itu hampir saja terkubur saat saya dihadapkan pada tantangan dunia setelah saya lulus kuliah, namun ternyata skenario Tuhan masih mengikatkan saya pada bidang yang saya cintai ini dengan memberikan saya kesempatan untuk bergabung dengan yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI). ASRI merupakan sebuah yayasan sosial yang mensinergiskan antara kesehatan masyarakat dengan kelestarian lingkungan. Di yayasan ASRI saya mempunyai tugas utama sebagai apoteker di Klinik ASRI, tetapi faktanya hal yang saya lakukan di sini tidaklah hanya sebagai apoteker, karena tidak ada batasan untuk mengeksplor diri di ASRI. Di ASRI saya selalu diperbolehkan dan bahkan sering kali ikut serta dalam program-program lain selain klinik. (Teman-teman bisa cek program-program ASRI di web nya ASRI). Di ASRI saya belajar tentang bagaimana mengembangkan sebuah program pengabdian masyarakat yang bersifat jangka panjang agar dapat terus berjalan dan bermanfaat di masyarakat. Selama di ASRI ini lah saya mulai dihadapkan pada tantangan-tantangan nyata yang dihadapi sebuah program pengabdian masyarakat itu seperti apa. Mulai dari segi bagaimana menyatukan seluruh anggota dalam satu visi misi yang sama, pengelolaan manajemen dan finansial yang tepat, bagaimana menjalin hubungan baik dengan masyarakat, dan sebagainya. Dari ASRI lah saya mulai mengembangkan arti pengabdian masyarakat yang tidak hanya sekedar memberikan kontribusi ke masyarakat begitu saja. Untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam pengabdian masyarakat diperlukan kemampuan mendengarkan suara masyarakat tentang apa yang benar-benar mereka butuhkan, menyatu dengan masyarakat dalam musyawarah yang mufakat, hingga bagaimana menjalankan setiap solusi yang ditemukan agar berjalan dengan optimal untuk mencapai tujuan berupa kesejahteraan masyarakat. 

Ternyata saya masih membutuhkan waktu dan pengalaman yang lebih banyak untuk bisa mendefinisikan secara lengkap apakah pengabdian masyarakat ini sebenarnya. Setidaknya mungkin hingga malam ini, hanya ini yang bisa saya tuliskan dahulu. Bagaimana cerita saya dan pengabdian masyarakat insya Allah tidak akan berakhir di sini, saya harap suatu hari bisa saya kembali tuliskan cerita selanjutnya.

Walau hanya sekedar sebutir beras yang bisa kita beri, jangan pernah berhenti untuk selalu membantu dan memberi. :)