Kamis, 26 Juli 2012

Kisah Sepuluh Jempol

Kisah ini terjadi dua hari lalu saat saya dan ibu saya menjalankan sholat tarawih bersama di mushola dekat rumah. Hari itu hanya saya dan ibu saya yang pergi ke mushola, sementara ayah saya memilih untuk ke masjid dan kedua adik saya tinggal di rumah. Waktu antara sholat tarawih dan witir di mushola ini biasanya diisi dengan penyampaian khutbah dari tokoh masyarakat di desa saya. Di tengah-tengah penyampaian khutbah, konsentrasi saya sedikit terganggu saat saya mengamati kedua tangan ibu saya yang duduk di samping saya. "Ibuuuu.... horee tanganku lebih kecil kan?, hehe..", ucap saya manja. Ibu saya yang mendengar ucapan saya kemudian tersenyum dan berkata, "hehe, tangan ibu udah jempol semua.. yah ibu kan sudah tua..". Mendengar ucapan ibu saya tersebut membuat saya terdiam yang sebelumnya telah membalas senyum ibu saya tercinta itu. Tetapi karena percakapan singkat itu ternyata membuat saya menjadi tak fokus penuh dengan khutbah malam itu. Saya pegang tangan ibu saya, saya rasakan kehangatan mengalir dalam genggaman ibu saya tercinta. Saya menyadari, kesepuluh jempol itu mempunyai banyak arti dalam hidup saya.

Kesepuluh jempol itu adalah belaian terlembut yang selalu saya rasakan selama dalam kandungan hingga saat ini. Doa dan kasih sayang mengalir melalui setiap ujung jarinya. 
Kesepuluh jempol itu adalah tangan pertama yang membelai halus diri saya yang kecil saat saya lahir dan berbahagia dengan kelahiran saya di dunia ini. 
Kesepuluh jempol itu adalah tangan yang tak pernah lelah menggendong saya, memandikan saya, menyiapkan makanan dan menyuapi saya, membersihkan hajat saya dengan penuh kesabaran, serta mendoakan saya s
etiap saat. 
Kesepuluh jempol itu lah yang melatih saya untuk belajar merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari. 
Kesepuluh jempol itu pula yang akan mengingatkan saya ketika saya nakal tetapi kemudian membelai lembut setiap luka dalam tubuh maupun hati saya. 
Kesepuluh jempol itu lah yang menopang pendidikan dan hidup saya dengan setiap jerih payahnya mencari nafkah. 
Kesepuluh jempol itu lah yang akan membasuh air mata saya, membelai pipi saya, dan selalu menguatkan saya.
Kesepuluh jempol itu adalah perpanjangan tangan Allah yang tak pernah lepas dan akan selalu ada kapan pun saya membutuhkannya.
Dari kesepuluh jempol itu lah ibuku selalu berdoa memohon kepada Allah segala kebaikan untuk keluarga saya.
Tidak banyak penghormatan yang bisa saya berikan kepada kesepuluh jempol itu selain ciuman hangat dan rasa hormat yang tak terbatas.

Terima kasih ibu,.. tanganmu adalah tangan terindah yang pernah kumiliki.. :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar