Kamis, 27 Desember 2012

Sang Pendamping

Adakah dari teman-teman yang mempunyai hobbi nonton seperti saya?? sepertinya banyak yang mempunyai hobbi nonton... haha. Sama seperti teman-teman, dari sekian banyak hobbi yang saya miliki, salah satu hobbi saya adalah nonton. Nonton bagi saya bukan hanya sekedar menikmati apa yang ditayangkan dalam tontonan tersebut, akan tetapi karena saya tipe orang yang audio-visual, saya selalu mencoba mencari hal menarik apa yang ingin disampaikan dalam tontonan tersebut. Kalau ditanya genre apa yang saya suka? hmmm... semuanya selain horor. haha :D, entahlah bukan hanya sekedar karena saya takut dengan film horor, akan tetapi pernah sekali dua kali saya mencoba menontonnya tetapi sulit bagi saya untuk menggali apa makna yang ingin disampaikan dalam film horor itu. So, saya pun cukup selektif untuk memilih film-film yang ingin saya tonton. :)

Pada umumnya kalau ada yang tahu kita hobbi nonton, pasti akan ditanya "lebih suka film luar atau film Indonesia?" Weiiitss... saya senang kedua-duanya kok teman-teman, tapi seperti yang saya katakan, saya cukup selektif untuk film-film yang ingin saya tonton. Yah pokoknya film-film yang hanya sekedar nyampah, Oopps sorry, pasti tidak akan saya tonton... hehehe :D

Oke, pada intinya post saya hari ini ingin mereview beberapa film yang saya tonton minggu-minggu ini. Alhamdulillah liburan ini banyak film karya anak bangsa, Indonesia, yang sangat menarik perhatian saya. :) Saya sangat suka film-film Indonesia yang disadur dari beberapa buku yang pengarangnya merupakan pengarang-pengarang favorit saya. Entahlah harus merasa beruntung atau tidak, tapi dari beberapa film yang ditayangkan bulan ini hampir semuanya dari buku yang belum pernah saya baca. Hmmm.. at least saya bisa jadi lebih menikmati filmnya sich, soalnya hampir sama seperti yang lain, saya juga termasuk orang yang  sedikit berekspektasi lebih untuk film yang menyadur buku yang pernah dibaca. :D

Ada beberapa kesamaan makna yang saya tangkap dari dua film bangsa yang saya tonton bulan ini. Ops saya lupa bilang nonton film apa, hehe. Oke, minggu lalu saya nonton film Bidadari-bidadari Surga, lalu minggu ini saya nonton film Habibie & Ainun. Hal yang memikat perhatian saya dalam kedua film itu adalah peran wanita utama yang benar-benar membuat saya jatuh cinta. Laisa dalam film Bidadari-Bidadari Surga dan Ainun dalam film Habibie & Ainun. Saya kurang tahu banyak soal dunia akting, tapi sebagai orang awam saya ingin bilang, "sumpah, aktingnya oke banget!". Hehe...
Sip, kembali ke topik. Mengapa saya katakan ada kesamaan dari kedua tokoh wanita tersebut? Secara umum sebagian orang hanya akan melihat perbedaan latar belakang karakter kedua peran tersebut. Laisa yang bahkan tidak mampu menikah hingga akhir hayatnya, dan ainun yang memiliki suami setia hingga akhir hayatnya. Tapi sejak menit pertama film tersebut ditayangkan, saya menemukan satu karakter kuat dalam setiap perannya. Mereka berdua adalah wanita hebat, mereka berdua adalah Sang Pendamping. Baik Laisa maupun Ainun, keduanya merupakan contoh pendamping yang membuat saya kagum. Mari saya uraikan lebih jelas lagi apa maksud arti Sang Pendamping untuk kedua peran tersebut. 
(kiri) Laisa bersama adik-adiknya dalam film Bidadari-Bidadari Surga
(kanan) Bp. Habibie yang mendampingi Ibu Ainun saat dalam perawatan di rumah sakit
Karakter Laisa dalam film Bidadari-bidadari surga mengajarkan saya bagaimana perannya dalam mendampingi keluarganya. Laisa mendampingi adik-adiknya dengan menjadi tauladan, mendidik, membimbing, tegas tetapi penuh dengan kasih sayang. Laisa mendampingi ibunya dengan menjadi tulang punggung keluarga dan menguatkan ibunya. Sebagai wanita tentunya ia mempunyai keinginan untuk mendampingi pria yang ditakdirkan untuknya, sayangnya dalam kehidupannya ia tidak diberi kesempatan untuk itu. Akan tetapi, melalui keluarganya, ia curahkan setiap kasih sayang dan waktunya untuk mendampingi keluarganya, dengan penuh ketulusan, ia temukan kebahagiaan dalam setiap pendampingannya. Setiap kasih sayangnya dibalas dengan kasih sayang lebih besar oleh Allah dan keluarganya. Laisa mengajarkan pada saya, terkadang bukan siapa orang yang ingin kita dampingi, tetapi siapa orang yang membutuhkan dampingan kita. :)

Ibu Ainun, salah satu ibu negara favorit saya. Saat melihat karakter Ainun dalam film Habibie & Ainun ini mengingatkan saya pada nasehat ibu saya ketika saya sudah beranjak dewasa, "Nduk, siapapun suamimu nanti, terus dampingi seperti ibu mendampingi bapakmu... saat sukar tetap bersama, saat bahagia juga tetap bersama, sayangi dan ikhlas dalam setiap kondisi..." Ketika saya melihat beberapa status orang lain di facebook yang masih ada diantaranya hanya berpikiran harus dapat suami orang teknik lah, istri yang baik harus selalu ikut suaminya kemana-mana lah, dan sebagainya. Tetapi yang saya pelajari dari Ibu Ainun adalah ia selalu mendampingi suaminya seperti yang ibu saya nasehatkan. Ibu Ainun mendampingi suaminya saat berdua memperjuangkan hidup mereka di negeri orang. Ibu Ainun mendampingi suaminya dalam setiap duka dan suka terhadap setiap terpaan karir suaminya. Ketika mungkin sebagian besar orang meninggalkan Pak Habibie dalam setiap perjuangannya, tetapi di sana ia memiliki pendamping yang tak akan pernah meninggalkannya kecuali atas kuasa Tuhan, seorang pendamping yang akan menerima setiap kelemahan dan kekurangannya, seorang pendamping yang tak memerintah tetapi mengarahkan langkahnya agar tak tersesat, seorang pendamping yang akan menguatkan dirinya ketika lemah oleh keadaan, seorang pendamping yang akan selalu memegang tanganya dalam setiap langkahnya, dan seorang pendamping yang selalu mencurahkan cinta dan kasih sayangnya untuknya. Dan Allah membalas setiap ketulusan Ibu Ainun dalam mendampingi orang terkasihnya dengan cinta yang lebih besar dari Allah, suaminya, orang-orang terkasihnya, dan rakyat-rakyat yang didampinginya selama beliau menjadi ibu negara. :') Ibu Ainun mengajarkan pada saya, bukan apa yang akan kau terima dari orang lain, tetapi seberapa besar yang kau bisa berikan pada orang lain saat kau mendampingi mereka. :)

Laisa dan Ibu Ainun hanya dua dari banyak Sang Pendamping hebat yang saya kenal. Dari para pendamping itu saya belajar banyak hal kebaikan dengan asas ketulusan kasih sayang. Dan saya selalu menemukan kebahagiaan dari wajah mereka. Lalu saya kembali bertanya kepada diri saya, ingin menjadi pendamping seperti apakah saya nanti? Saya jawab pertanyaan itu dengan doa berikut ini,

"Ya Rabb, Allah Maha Pengasih dan Penyayang, curahkan selalu setiap kasih sayang dan ketulusan dalam hati dan peringai hamba... izinkan hamba selalu mendampingi keluarga hamba dalam setiap tangis dan senyuman mereka, izinkan hamba selalu mendampingi sahabat-sahabat hamba dalam setiap kesukaran dan kemudahan langkah mereka, izinkan hamba selalu mendampingi rekan-rekan hamba dalam setiap jatuh dan bangunnya perjuangan mereka,.. Ya Rabb, Allah Maha Pengasih dan Penyayang, izinkan hamba selalu mencurahkan cinta dan kasih sayang-Mu melalui tangan dan pelukan hamba untuk keluarga, sahabat, rekan dan orang-orang disekitar hamba yang membutuhkannya... Ya Rabb, Allah Maha Pengasih dan Penyayang, hanya pada-Mu hamba memohon dan hanya Engkaulah pengabul segala doa.." amiin... :') 

2 komentar:

  1. Ehem sudah ada yang siap menikah kayaknya nih :D

    Tapi Ainun yang di film kurang lembut seperti ibu Ainun yang aslinya. Kalau udah ketemu aslinya, kurang pas. Cuma untuk Reza, Habibie yang mirip bangeeettt :D
    Kurang make upnya aja kalau menurut Adit mah. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya jg kurang tahu ibu ainun sebenarnya bagaimana, blm baca bukunya. :) hanya diambil saja makna dari filmnya bagaimana...

      Hapus