Jumat, 18 Maret 2011

Buat Apa Mengeluh?

Sebenarnya apa sich keuntungan bagi orang yang suka mengeluh?
Yang ada mereka capek sendiri karena mengeluhkan apa yang menjadi uneg-uneg di hati mereka. Hari ini selesai UTS farmakologi, saya ngehotspot di Comlabs untuk nyari bahan laporan, walau akhirnya cukup lama terjebak untuk mengedit blog saya... hehehehe.
Di depan tempat saya duduk ada 3 orang mahasiswa tingkat 1. Oke, kita misalkan saja ketiga orang itu Mr.A, Mr.B, dan Mrs.C . Wahhh sebelumnya saya minta maaf untuk ketiga orang tersebut karena tanpa sengaja mencuri dengar pembicaraan kalian. :D
Ketiga orang ini sepertinya sedang mengerjakan laporan praktikum mereka, entahlah antara fisika atau kimia (2 praktikum khusus tingkat 1). Sejak saya datang Mr.A cemberut dan marah-marah melulu karena salah satu dari anggota kelompok praktikum mereka membuat kesalahan (begitulah yang saya kira), kesalahan Mr.N ini (anggota kelompok yang melakukan kesalahan tadi) adalah karena Mr.N telat mengumpulkan laporan ke editor. Bahkan Mr.A sempat bilang tidak akan memasukkan nama Mr.N ke laporan kelompok. Wuiiiiiiiiihhhhh... sabar mas!!! Usut diusut, Mr.A pun mulai membicarakan kesalahan-kesalahan yang dilakukan Mr.N ke Mr.B dan Mrs.C (lama-lama eneg juga ni pakai nama samaran..-.-").
Mr.A bilang bahwa sebagian besar laporan praktikum (perhitungan dan pembahasan) dia yang mengerjakan, sementara Mr.N hanya harus mengetik apa yang dia kerjakan. Selanjutnya Mr.A juga bilang bahwa dia baru saja di sms oleh Mr.N kalau ternyata dia sarah kirim email (jadi seharusnya ke email yahoo Mr.A tapi dikirim ke email gmail Mr. B)... haduuuuuuwhhh ini telinga kenapa masih lanjut mendengar pembicaraan orang.. T_T
Mr.A terus marah-marah dan menyalahkan Mr.N, sementara Mr.B dan Mrs.C hanya diam saja mendengarkan keluhan Mr.A.

Sekarang kembali ke posisi saya, bagaimana pendapat saya tentang sikap Mr.A tersebut. Heuhmmmm kalau dari yang saya lihat, mungkin kesalahan tidak sepenuhnya dilakukan oleh Mr.N, karena sejak pembagian pengerjaan laporan pun tidak terbagi dengan adil. Yahhh, bisa saya katakan Mr.A terlalu membebani dirinya sendiri, seharusnya dalam kelompok, perhitungan dan pembahasan harus dilakukan bersama-sama agar seluruh anggot kelompok mengerti, nahhh kalo kondisinya seperti itu berarti kan yang bisa ngerti maksimal Mr.A doank dong? (walau saya tidak tahu Mr.N tahu juga atau tidak). Tapi Mr.N juga salah sih, karena dia mau menerima pembagian tugas tak adil itu.
Kasus selanjutnya soal telatnya pengumpulan laporan. Sebenarnya kurang jelas sih alasan Mr.N telat ngumpulin laporan, jadi saran saya disini yah daripada menghabiskan energi marah-marah, kenapa gak bersabar dan menghubungi Mr.N dengan baik-baik.

Manusia terkadang mengeluh menyalahkan sistem, padahal tanpa dia sadari sebenarnya kesalahan berasal dari diri mereka sendiri. Daripada menyalahkan sistem bukankah mungkin sebaiknya lebih dilakukan evaluasi agar sistem-sistem lain yang diambil selanjutnya nanti dapat lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan sistem sebelumnya. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar