Selasa, 29 Maret 2011

"Mau ngapain setelah lulus S1 Farmasi?"


"Mau ngapain setelah lulus S1 Farmasi?", ini adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh teman kuliah saya Laras saat kita berdua sedang mengikuti kuliah Manajemen Wirausaha jam 11 hari ini, salah satu kuliah wajib yang harus diambil di semester 8,tapi bagi mahasiswa semester 6 juga sudah boleh mengikutinya.
Pertanyaan yang menarik, dan saya sudah sering menjawab pertanyaan semacam ini sebelumnya. Apa yang akan saya lakukan setelah lulus S1 nanti? apakah sama seperti yang lain yang ingin langsung melanjutkan apoteker? atau mengambil fast track untuk S2? atau langsung bekerja? atau mengusahakan untuk mengambil S2 di luar negeri? atau menikah?
Setiap orang mempunyai cita-cita masing-masing dan tahu bagaimana cara meraih mimpi-mimpi mereka. Kita bebas berencana, karena hidup tanpa rencana maka ia akan terombang-ombang oleh ketidakpastian. Kasus pertama, apakah saya akan melanjutkan apoteker? jawabannya jelas tidak, karena saya bukan orang yang sebenarnya ingin menekuni profesi apoteker (saya tahu jawaban ini mengundang pertanyaan, "lalu mengambil jurusan farmasi?" panjang ceritanya). Saya jelas tidak akan mengambil apoteker juga karena tepat ketika saya lulus adik saya akan mulai menempuh bangku kuliah, jadi saya sudah sangat ingin ikut membantu menopang ekonomi keluarga. Dari jawaban itu sudah jelas pasti bahwa setelah lulus saya akan langsung bekerja, tapi dimana? saya belum menentukan. Sebenarnya sebelumnya saya cukup tertarik untuk mengambil fast track S2, akan tetapi karena kendala nilai kuliah semester kemarin jadi saya mengurungkan keinginan saya itu.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, kita bebas bermimpi dan kita bebas merencanakan segala hal. Begitulah yang saya lakukan, mimpi saya tidak berhenti sampai hanya untuk bekerja, saya sangat senang dengan dunia akademisi, oleh karena itu saya ingin sekali melanjutkan S2, tapi kapan, dimana dan bagaimana? mungkin tidak bisa saya sampaikan disini, karena saya tak mau mengumbar terlalu banyak sesuatu yang masih rencana hingga saya buktikan bahwa saya bisa. Tapi yang jelas hal itu akan saya lakukan setelah ekonomi di keluarga sudah cukup stabil, sehingga orang tua saya lebih ikhlas mengijinkan saya kembali menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Kasus terakhir adalah, apakah akan menikah? itu sudah pasti, tapi kepastian itu ada di tangan Allah, karena hingga saat ini saya juga belum tahu rencana apa yang Allah janjikan pada saya untuk kasus yang satu ini, hehehe kita hanya bisa menunggu. ^^
Dan mari kita semangat mencapai cita-cita kita, karena ketika kita mulai bermimpi maka jiwa kita akan lebih menjadi hidup. Apapun pilihan kita, percayalah itu yang terbaik. :)
Yang perlu diingat adalah, manusia itu sekuat apapun ia bertahan, ia juga akan mudah terbawa aarus, jangan sampai kita lupa akan batasan-batasan yang harus kita jaga.
SEMANGAT!!! ^_^

Drama Korea vs Drama Jepang

Hehehe... dari judul blognya udah tahu lah yaaa... disini saya mau sedikit mengulas tentang kedua jenis drama itu, karena sepertinya akan kita temukan perbedaan maupun persamaan yang menarik diantara keduanya. Secara pribadi saya memang peminat drama korea dan drama jepang dibandingkan drama indonesia (a.k.a sinetron). Saya sudah mengenal (menonton sich tepatnya) drama korea dan drama jepang sejak kecil(lupa umur berapa, hehehe). Salah satu drama korea yang saya ingat misalnya Winter Sonata dan Endless Love, sementara untuk drama jepang misalnya seperti Itazura na Kiss dan beberapa drama yang dibintangi oleh Takuya Kimura seperti Long Vacation dan Love Generation yang ditayangkan di beberapa televisi swasta.
Lalu ketertarikan saya di drama korea dan jepang sempat berhenti sesaat saat saya duduk di bangku SMP dan SMA, karena saya lebih suka menghabiskan waktu untuk beraktivitas di sekolah dan bersama teman saya daripada nonton televisi. (hehehe anak yang aktif kan?! :D), tapi tidak untuk Doraemon dan Sinchan... saya masih suka kedua anime tersebut. ^_^
Kesukaan akan drama jepang dan korea kembali muncul ketika saya mulai memasuki bangku kuliah, euhmmm karena lingkungan sekitar saya yang banyak menggemari kedua jenis drama tersebut kali ya.. :D. Ternyata drama jepang dan drama korea saat ini bagus-bagus (walau yang saya tonton waktu kecil juga lebih bagus). Dari banyaknya drama yang saya tonton, saya sedikit menemukan perbedaan di dalamnya. Hayooo apaaa??? hehhehe...


Kalau menurut saya, walau mempunyai genre yang sama, tetapi terkadang sampaian yang ditangkap sangatlah berbeda. Pada saat nonton drama jepang, sering kali yang terasa adalah semangat-semangat yang cukup membara (bahasanya lebay, tapi bingung juga mengatakannya bagaimana, hehehe). Misalnya nih, kita menonton film Dragon Zakura yang menceritakan tentang perjuangan beberapa siswa SMA dari sebuah SMA yang mempunyai rata-rata nilai 32 yang berusaha untuk masuk ke Universitas Tokyo. Di drama ini sangat kuat bagaimana proses perjuangan mereka dan walaupun ada sedikit romansa di dalamnya, tetapi romansa tersebut tidak terlalu menonjol. Sementara pada salah satu drama korea yang berjudul God Of Study yang mengadaptasi drama jepang yang sama, lebih menonjolkan tentang romansanya, sehingga ketika orang membanding-bandingkan kedua drama tersebut akan banyak prokontra di dalamnya. Walau mungkin kita tahu itu memang aturan sutradara dalam mengonsep cerita, akan tetapi hal ini cukup memperjelas pikiran saya bahwa sebagian besar drama korea memang kuat dari segi romansanya, sementara drama jepang kuat dalam segi pengkonsepan cerita yang selalu mengedepankan bagaimana perjuangan-perjuangan dalam mendapatkan impian-impian (apapun itu).
Dari adanya perbedaan tentunya ada juga persamaan yang sangat menarik dan membuat saya tetap menyukai kedua drama tersebut, yaitu bagaimana mereka sangat mencintai budaya mereka dan menonjolkan keindahan budaya tersebut dalam drama yang mereka buat. Dan hal itu membuat orang-orang dari negara lain seperti saya sangat ingin berkunjung ke kedua negara tersebut untuk menikmati panorama keindahannya. Selain itu drama jepang maupun korea tidak mengangkat cerita yang membuat emosi meledak-ledak seperti saat menonton drama Indonesia. hahahaha, maafkan aku negerikuuuuu... :D
Mungkin cukup itu saja yang bisa saya sampaikan, jika ada pendapat lain, silahkan posting comment disini...:)

Senin, 21 Maret 2011

“Aku bersyukur anakku masih hidup”


Ini bukan cerita tentang saya, tapi cerita tentang ibu yang tanpa sengaja berkenalan dengan saya di stasiun Jebres, Solo tanggal 30 Desember 2009 pada saat malam tahun baru. Tepatnya malam saat saya memutuskan untuk kembali ke Bandung setelah menghabiskan waktu satu minggu berlibur di rumah. Saya memilih malam tahun baru berpikir kereta Kahuripan itu tidak akan banyak penumpang di malam tahun baru, sehingga saya bisa mendapat tempat duduk.
Seperti biasa, setiap saya akan kembali ke Bandung, Mas saya yang selalu mengantar saya ke stasiun dan menemani saya menunggu kereta datang. Kereta kahuripan jurusan Jember – Bandung tiba di stasiun Jebres sekitar pukul 20.00 WIB, karena takut ketinggalan kereta saya bersama Mas saya selalu menunggu di stasiun sejak pukul 19.00 WIB. Di saat saya menunggu kereta datang, di samping saya duduk seorang ibu berusia sekitar 60 tahun sendirian sambil memegang teh hangat yang terbungkus di plastik bening. Saya memang mempunyai kebiasaan buruk tidak bisa menunggu sambil diam, walaupun ada Mas saya di samping saya saat itu. Akhirnya seperti biasa, saya pun langsung menyapa ibu itu (bagaimana kalo kita panggil saja Bu Mar, walau saya lupa nama aslinya). Percakapan saya dan Bu Mar pun dimulai.
Saya : “Assalamualaikum ibu, sendirian bu?”
Bu Mar : “Iya Neng, nunggu kereta.” (terukir senyum ramah di bibirnya)
Saya : “memang ibu mau pergi kemana?”
Bu Mar : “mau balik pulang ke Bandung Neng, tapi bingung.”
Saya : “bingung kenapa ibu?, bisa saya bantu?”
Mas saya yang menyadari percakapan saya dengan Bu Mar pun ikut mulai bergabung dalam percakapan itu. Walau Mas saya memang lebih banyak diam sich. Hehehe. Lalu percakapan saya dengan Bu Mar kembali berlanjut.
Bu Mar : “saya bukan orang daerah sini Neng, saya asli Bandung. Di sini saya menjenguk anak saya yang sakit. Sekarang saya bingung.”
Saya : “euhmm ibu maaf, boleh saya tahu anak ibu sakit apa?”
Bu Mar : “anak saya tinggal di Tawangmangu Neng, seminggu lalu saya dapat kabar bahwa anak saya mengalami musibah, lalu dengan uang seadanya saya langsung ke sini. Anak saya mengalami tabrak lari Neng. Saat mengalami musibah itu anak saya sedang hamil 7 bulan. Dia tidak hanya ditabrak Neng, tapi kakinya juga terlindas oleh kendaraan yang menabraknya.”
Saya : “innalillahi,.. lalu bagaimana kondisi anak ibu sekarang?”
Bu Mar : “Anak saya di bawa ke RS Jebres karena di Tawangmangu tidak ada RS yang bisa menangani kondisi anak saya. Jadi karena itu begitu tiba di Solo saya langsung ke RS menemani anak saya.”
Bu Mar sesaat diam termenung sebelum melanjutkan ceritanya.
Bu Mar : “kondisi anak saya cukup tidak beruntung Neng. Karena kecelakaan itu bayi dalam kandungannya meninggal, dan kedua kaki anak saya patah terpaksa harus diamputasi. Saya sedih melihat kondisi anak saya Neng, kondisinya hingga saat ini masih trauma. Dia sering teriak-teriak dan meminta sandal orang-orang yang menjenguknya. Walau berakhir seperti itu saya masih bersyukur karena anak saya masih hidup Neng, saya masih bisa melihat wajahnya di usia saya ini.”
Saya : “Ibu, yang tabah dan yang ikhlas ya Bu... lalu selama di Solo ibu tinggal dimana?”
Bu Mar : “saya tinggal menemani anak saya di RS Neng, karena saya juga tak punya uang buat menyewa kamar. Walau kondisi RS tidak nyaman, tapi saya tidak mau meninggalkan anak saya.”
Saya : “mengapa tak di rumah anak ibu Bu?”
Bu Mar : “rumah anak saya di Tawangmangu Neng, jauh. Saya juga sungkan dengan keluarga anak saya. Saya khawatir dengan kondisi anak saya setelah ini nanti bagaimana Neng. Suami anak saya adalah seorang tentara, anak saya mempunyai 2 anak, dan bayi yang meninggal adalah anak ketiganya. Neng sebagai wanita pasti tahu Neng bagaimana kekhawatiran saya. Saya takut Neng jika setelah ini anak saya tidak diterima dengan baik oleh keluarga suaminya. Saya sedih Neng karena saya tidak bisa membantu apa-apa karena saya juga hanya punya warung kelontong di Bandung, sehingga semua biaya RS ditanggung oleh suaminya.”
Sambil tetap bercerita Bu Mar meneteskan air matanya. Saya yang tidak bisa melakukan apa-apa saat itu hanya bisa diam menahan air mata saya.
Bu Mar : “Sekarang uang saya menipis Neng, jadi saya memutuskan untuk pergi ke Jogja dulu mencari anak saya yang lainnya untuk meminjam uang. Rencananya uang itu nanti akan saya gunakan untuk membawa anak saya ikut saya ke Bandung. Saya akan lebih tenang jika saya yang menjaga dan merawat anak saya Neng. Karena saya tahu hanya saya yang menerima dia apa adanya.”
Akhirnya air mata saya tak terbendung, dan bersama Bu Mar saya pun ikut menangis. Tapi sebelum melanjutkan cerita, tiba-tiba ada pengumuman kereta Kahuripan segera datang.
Saya : “Ibu, keretanya mau datang, ibu mau naik Kahuripan juga ke Jogja? Bareng saya yuk Bu..” (sambil memegang tangan Bu Mar).
Bu Mar : “makasih Neng, saya kereta pagi saja. Saya memang niat bermalam di stasiun dulu memikirkan apa yang seharusnya saya lakukan.”
Yang membuat saya sedih saat itu adalah ketika saya tidak punya apa-apa yang bisa saya berikan untuk membantu Bu Mar. Mengingat uang di kantong saya hanya cukup untuk angkot setibanya di Bandung nanti dan saya hanya membawa pakaian di tas saya. Kereta sudah membunyikan sirinenya. Dan sebelum menuju kereta saya bertanya satu pertanyaan lagi ke Bu Mar.
Saya : “Bu, rumah ibu di Bandung dimana ya Bu? Bolehkah saya berkunjung?”
Bu Mar : “dengan senang hati Neng, mampirlah Neng ke warung ibu. Rumah ibu di depan masjid X (karena keadaan ramai saya tidak terlalu jelas dengan nama masjidnya). Depan masjid pas ada warung, itu warung ibu, mampir ya Neng”
Saya : “insya Allah Bu. Saya pamit dulu ya Bu... ibu jaga diri dan salam untuk anak ibu.”
Saya pun hanya bisa sesaat memeluk Bu Mar dan mencium tangannya sebelum berangkat. Sedih rasanya hati ini, tapi saya hanya bisa berdoa semoga Allah menjaga Bu Mar dan anaknya serta mempertemukan saya kembali dengan Bu Mar.
Sekitar satu bulan sudah saya kembali di Bandung, karena tak terdengar jelas masjid yang dimaksud Bu Mar, saya masih sekedar mencari di masjid-masjid dekat kampus. Tetapi hasilnya nihil, hingga saat ini Allah belum kembali mempertemukan saya dengan Bu Mar. Bu Mar bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah ibu sehat-sehat saja?... setiap teringat malam pertemuan kita, saya selalu mempunyai semangat hidup yang kuat karena saya tahu masih ada orang sekuat, setegar, dan seikhlas dirimu. Terima kasih Bu Mar... terima kasih. Semoga Allah selalu menjagamu. Amin.

Jumat, 18 Maret 2011

Buat Apa Mengeluh?

Sebenarnya apa sich keuntungan bagi orang yang suka mengeluh?
Yang ada mereka capek sendiri karena mengeluhkan apa yang menjadi uneg-uneg di hati mereka. Hari ini selesai UTS farmakologi, saya ngehotspot di Comlabs untuk nyari bahan laporan, walau akhirnya cukup lama terjebak untuk mengedit blog saya... hehehehe.
Di depan tempat saya duduk ada 3 orang mahasiswa tingkat 1. Oke, kita misalkan saja ketiga orang itu Mr.A, Mr.B, dan Mrs.C . Wahhh sebelumnya saya minta maaf untuk ketiga orang tersebut karena tanpa sengaja mencuri dengar pembicaraan kalian. :D
Ketiga orang ini sepertinya sedang mengerjakan laporan praktikum mereka, entahlah antara fisika atau kimia (2 praktikum khusus tingkat 1). Sejak saya datang Mr.A cemberut dan marah-marah melulu karena salah satu dari anggota kelompok praktikum mereka membuat kesalahan (begitulah yang saya kira), kesalahan Mr.N ini (anggota kelompok yang melakukan kesalahan tadi) adalah karena Mr.N telat mengumpulkan laporan ke editor. Bahkan Mr.A sempat bilang tidak akan memasukkan nama Mr.N ke laporan kelompok. Wuiiiiiiiiihhhhh... sabar mas!!! Usut diusut, Mr.A pun mulai membicarakan kesalahan-kesalahan yang dilakukan Mr.N ke Mr.B dan Mrs.C (lama-lama eneg juga ni pakai nama samaran..-.-").
Mr.A bilang bahwa sebagian besar laporan praktikum (perhitungan dan pembahasan) dia yang mengerjakan, sementara Mr.N hanya harus mengetik apa yang dia kerjakan. Selanjutnya Mr.A juga bilang bahwa dia baru saja di sms oleh Mr.N kalau ternyata dia sarah kirim email (jadi seharusnya ke email yahoo Mr.A tapi dikirim ke email gmail Mr. B)... haduuuuuuwhhh ini telinga kenapa masih lanjut mendengar pembicaraan orang.. T_T
Mr.A terus marah-marah dan menyalahkan Mr.N, sementara Mr.B dan Mrs.C hanya diam saja mendengarkan keluhan Mr.A.

Sekarang kembali ke posisi saya, bagaimana pendapat saya tentang sikap Mr.A tersebut. Heuhmmmm kalau dari yang saya lihat, mungkin kesalahan tidak sepenuhnya dilakukan oleh Mr.N, karena sejak pembagian pengerjaan laporan pun tidak terbagi dengan adil. Yahhh, bisa saya katakan Mr.A terlalu membebani dirinya sendiri, seharusnya dalam kelompok, perhitungan dan pembahasan harus dilakukan bersama-sama agar seluruh anggot kelompok mengerti, nahhh kalo kondisinya seperti itu berarti kan yang bisa ngerti maksimal Mr.A doank dong? (walau saya tidak tahu Mr.N tahu juga atau tidak). Tapi Mr.N juga salah sih, karena dia mau menerima pembagian tugas tak adil itu.
Kasus selanjutnya soal telatnya pengumpulan laporan. Sebenarnya kurang jelas sih alasan Mr.N telat ngumpulin laporan, jadi saran saya disini yah daripada menghabiskan energi marah-marah, kenapa gak bersabar dan menghubungi Mr.N dengan baik-baik.

Manusia terkadang mengeluh menyalahkan sistem, padahal tanpa dia sadari sebenarnya kesalahan berasal dari diri mereka sendiri. Daripada menyalahkan sistem bukankah mungkin sebaiknya lebih dilakukan evaluasi agar sistem-sistem lain yang diambil selanjutnya nanti dapat lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan sistem sebelumnya. :)

Minggu, 13 Maret 2011

Ngebolang di Masjid Pusdai

Hehehe, seharusnya sekarang saya belajar, karena peperangan UTS selama 2 pekan akan dimulai besok.. ^^
Oke, saya dalam tahap boring belajar, akhirnya saya kembali membuka laptop saya dan mengisi blog saya lagi.. :D
Saya mau cerita ini, ini tentang apa yang saya lakukan hari jumat kemarin (11 Maret 2011). Bagi saya hari jumat adalah kebebasan saya tiap minggu, dan saatnya jalan-jalan. Nah, penasaran pergi kemana saya hari jumat kemarin? (hahaha,. . pasti tidak). Setiap jumat saya hanya kuliah 2 jam yaitu dari jam 09.00 - 11.00 WIB, tanpa praktikum, tanpa kerjaan lain. Kebetulan hari itu saya harus pergi ke Jln. SUCI (Supratman Cicaheum) untuk mengecek pesanan jaket teman saya. Seperti biasa saya tampil dengan pakaian sporti saya (kaos putih, jaket hitam, celana jeans, sepatu olahraga, dan jilbab saya).. yeaaaaaahhh... dan dengan mobil pribadi saya warna hijau jurusan cicaheum-ciroyom saya berangkat!!! ^^
Transaksi di tempat konveksi hanya berlangsung sekitar 45 menit, selanjutnya dengan cuaca Bandung yang panas saya bingung mau kemana lagi setelah ini (karena masih ada waktu kosong sebelum kembali ke kampus) hehehe... Kebetulan lokasi konveksi dekat dengan masjid Pusdai Jabar (Pusat Dakwah Islam Jawa Barat) yang merupakan salah satu masjid terbesar di Bandung, lalu saya putuskan untuk mengunjungi masjid. Karena hari itu hari jumat, seperti biasa di sekitar masjid sedang berlangsung pasar jumat (pasar yang hanya ada di hari jumat dari jam 10.00 - 14.00). Banyak jajanan, barang bekas, barang-barang antik, dan beberapa shouvenir rumah. Niat beli terpaksa diurungkan karena uang sedang mepet, hohoho, lain waktu mampir ke pasar itu deh.. :D.
Memasuki area masjid, seperti biasa, banyak masyarakat masjid yang duduk di teras-teras masjid untuk melepaskan lelah maupun dengan aktivitas masing-masing. Saya pun langsung menuju ke spot favorit saya. Spot ini terletak di dekat parkir utama, di spot ini tumbuh pohon-pohon kembang kantil yang teduh dan mengharumkan masjid. Saya lalu mencari teras terdekat dan duduk sambil menikmati teras yang dingin dan aroma bunga kantil. Terasa damai... ditambah hadirnya angin yang sepoi-sepoi membuat saya sangat tenang.. :)

Selasa, 08 Maret 2011

Insan Muda Training Centre

Puding Coklat Strawberry

Kemarin minggu tanggal 27 Februari ada rapat anak-anak Widyakelana dalam rangka pembahasan LPJ Wika Back To School 2011. Rapatnya lamaaaaaaaaa sekali.. sampai perut saya sudah kelaparan (tidak makan karena ada agenda makan2 setelah rapat), hehehe.. kelaparan itu diperburuk oleh sms seseorang di rapat itu (padahal cuma duduk di depan saya, eh pake sms segala) yang bilang kalo dia lapar. (hahahah... BAKA!!!!). Karena kelaparan itu saya pun tiba-tiba kepikiran buat bikin puding setelah pulang nanti.. ^_^ (biasa lah wanita.. heheheh.
Setelah selesai rapat dan makan bareng, saya pun pulang dan langsung tancap ke dapur. Sebelumnya saya lihat dulu sediaan bahan makanan di meja saya, heuhmmm ada apa ya??? ternyata ada roti tawar, telur, gula pasir, susu kental manis, choco chips, dan strawberry... (maaf ini makanan kesukaan saya, jadi selalu ada tersedia, hehehe. Saya pun bahagia, karena siap untuk praktek ke dapur. Yeaaaaaaaahhhhh!!!!

Nahhh.. sharing-sharing aja ni tips bikin puding ala mahasiswa, hehehe
1. Didihkan air sekitar 90 derajat (jadi gak mendidih banget juga), sekitar 500 cc
2. Masukkan roti tawar yang telah dipotong-potong kecil
3. Masukkan susu kental manis (sekitar 3 bungkus, bisa dilebihkan tergantung selera kemanisan.. hehehe)
4. Masukkan 2 sendok gula pasir
5. Masukkan kuning telur
6. Panaskan hingga mendidih
7. untuk toping bisa ditambahkan buah-buahan (saya pake strawberry) atau choco chips.. :)
8. Angkat, masukkan ke cetakan (kalo saya pake cup kecil gitu, jadi biar gak repot ngelepas dari cetakan, tinggal langsung makan.)hehehhe
9. kukus hingga matang

Untuk sausnya
1. kukus beberapa buah strawberry
2. hancurkan setelah matang
3. Tuangkan ke puding yang sudah jadi

dan selanjutnya adalah... itadakimashu.... ^_^

sayang gak sempet difoto kemarin, tapi rasanya enak lhoooooooo... nyam nyam.. ^^