Jumat, 05 September 2014

Ku Tak Mau Seperti Ilalang

Pernahkah kalian berpikir bahwa alang-alang itu indah? bahwa alang-alang itu romantis? Oh yeah, aku pun pernah berpikir seperti itu. Maklum lah dulu aku masih anak muda yang terjebak pada romantika fiktif sebuah drama. Walau bukan berarti sekarang aku tak muda lagi dan tak yakin juga apakah sekarang aku sudah sedikit waras untuk melihat realita, hahaha. Tapi kemarin ada sebuah fakta menarik yang membuatku menyimpulkan hal lain tentang alang-alang.

Saat itu aku bersama team ASRI sedang dalam perjalanan pulang setelah setengah hari melakukan evaluasi program di desa Riam Berasap. Dalam perjalanan itu aku terhanyut sejenak dalam lamunanku di luar jendela mobil. Indahnya barisan tanaman alang-alang sepanjang jalan menjadi pemandangan yang cukup menarik perhatianku saat itu. Tiba-tiba aku pun teringat pada banyaknya alang-alang yang tumbuh di hutan bekas penebangan liar. Spontan aku pun langsung tanya pada salah satu temanku, "Erica, mengapa hutan yang ditebang selalu hanya ditumbuhi oleh alang-alang? mengapa pohon hutan tak bisa tumbuh di sana?". Setelah mendengar pertanyaanku tersebut Erica pun langsung menjawabnya, "Tanah hutan pada dasarnya merupakan tanah yang baik, tetapi ketika 
tanah tersebut mengalami perubahan ekosistem karena penebangan liar akhirnya kualitas tanah pun perlahan-lahan mulai memburuk. Akibat dari penurunan kualitas tanah ini lah yang menyebabkan hanya tanaman alang-alang yang bisa tumbuh di atasnya. Karena salah satu kehebatan tanaman alang-alang adalah tumbuh di berbagai jenis tanah dengan baik. Tetapi tanaman alang-alang bukanlah tanaman yang baik saat ia sudah tumbuh. Akar alang-alang merupakan salah satu faktor yang mampu mengganggu pertumbuhan akar tanaman hutan lainnya sehingga membuat tanaman hutan sulit tumbuh. Keberadaan akar alang-alang ini pula yang justru membuat kualitas tanah hutan semakin lebih memburuk sehingga mempersulit reboisasi hutan. Apalagi alang-alang termasuk jenis tanaman yang panas, yang artinya jenis tanaman yang mudah mengering di musim kemarau sehingga sering kali menyebabkan terjadinya kebakaran hutan."
"Oh begitu..." itulah jawaban singkatku untuk jawaban panjang Erica. Setelah mendengar jawaban itu aku pun kembali tenggelam dalam pemikiranku sendiri. "Jika aku sebuah tanaman mungkin aku tak ingin menjadi alang-alang. Sebuah tanaman yang bebas tumbuh dimana saja tetapi tidak memberikan manfaat untuk sekitarnya." Mungkin kesimpulan ini terdengar cukup polos dan tergesa-gesa, hanya saja boleh kan aku memberikan kesimpulan pada setiap wawasan baru yang kuterima? hehehe. Kesimpulan lain yang kuterima hari itu adalah bahwa Allah memberikanku kesempatan untuk belajar arti kehidupan tak hanya dari segala problematika manusia, tetapi bahkan dari tanaman yang mungkin tak berharga seperti alang-alang pun aku diingatkan kembali untuk senantiasa terus memberikan yang terbaik pada siapapun dan apapun yang ada di sekitarku.

Hidup adalah proses pembelajaran. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar