Selasa, 25 Februari 2014

Dimanakah Apoteker Lulusan ITB Seharusnya Berada?

Kemarin sore asisten apoteker saya bertanya pada saya, “Mbak Indah, mbak kan lulusan ITB, pinter dan bisa cari kerjaan bagus, kok mau sih kerja di sini dan milih di Semarang? Apa gak sayang tuh Mbak? Lulusan ITB lho padahal?”

Tak dipungkiri itu merupakan salah satu pertanyaan yang sudah saya antipasti suatu saat akan ditanyakan orang dan tentunya bukan pertanyaan yang mudah untuk saya jawab. Akhirnya saya jawab saja pertanyaan itu dengan apa adanya dan kondisi sebenarnya.

“Saat saya lulus apoteker kemarin Ayah saya berkata, ‘jangan jadikan embel-embel ITB mempersulit langkahmu ke depan.. ITB adalah tempat kamu belajar dan mencari ilmu, bukan menjadi tuntutan di mana kamu akan bekerja. Tempat bekerja adalah suatu tempat yang memenuhi tiga kriteria utama, yaitu tempat yang sesuai karakter kepribadianmu, tempat yang tepat ilmu-mu dapat diterapkan, dan tempat dimana kamu dapat terus belajar.. setiap orang punya posisi dan peranan masing-masing di dunia ini, temukan posisi yang tepat dimana ilmumu bisa bermanfaat…’ Lalu apa yang salah dengan saya bekerja disini? Bagi saya tidak ada yang salah. Tempat ini lebih dekat dari keluarga saya dibandingkan Bandung atau Jakarta, tempat ini sesuai kepribadian saya yang senang berinteraksi dengan banyak orang, di tempat ini ilmu saya dapat diterapkan, dan di tempat ini saya setiap hari selalu belajar hal-hal baru, ilmu kesehatan, ilmu sosial, ilmu komunikasi, dan sebagainya. Di tempat ini pun banyak tantangan bagi saya sebagai seorang apoteker yang harus tetap diasah dengan serius. Walau saya tidak yakin apakah saya akan berada disini dalam jangka waktu yang sangat lama, karena tidak dipungkiri saya pun masih punya satu list rencana dan cita-cita pribadi yang ingin saya capai dalam hidup saya.. tetapi saya menikmati pekerjaan saya disini saat ini. Asal saya senantiasa terus bergerak dan berkontribusi dengan baik bersama ilmu saya, itu cukup untuk saya… So, kenal lah saya sebagai seorang apoteker, bukan sebagai seorang apoteker lulusan ITB, karena ITB hanyalah tempat saya mencari ilmu, tapi di sini adalah salah satu tempat saya bisa mengaplikasikan ilmu…J “

Minggu, 16 Februari 2014

Aku dan Ransel

Suatu hari di suatu tempat dan di suatu waktu.. hahaha
X : "Ndah, kok masih pake tas ransel? kayak anak kuliahan aja..."
Me : "Nyaman mbak pake ransel, bawa apa aja bisa.. dipake buat nggaya juga bisa.. bagus buat tulang juga mbak biar gak miring sebelah pundaknya, hahahaha... (emang aslinya gak doyan banget pake tas selempang)"
X : "Selain ransel punya tas cewek lain gak?"
Me: "Cuma satu tas cewek yg dipake buat ke resepsi atau acara formal mbak.. jenis lain gak ada..."
X : "Hahhh.. feminim dikit Ndah.."
Me: "Wah apa dayaku, salahku, dan dosaku mbak... diriku memang tidak tercipta feminim... hahahaha"

Jumat, 14 Februari 2014

Budaya Berjalan

Mulai hari minggu kemarin, 9 februari 2014, aku mulai menjadi anak kost kembali di daerah Jl. A, kelurahan K, kota Semarang. Kost baruku ini hanya berjarak 300-400 m dari tempat aku bekerja. Tentunya jarak dekat itu bisa ditempuh hanya dengan lima menit berjalan kaki. Bagiku, berjalan kaki merupakan hal biasa yang kulakukan setiap hari. Saat SD aku selalu berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Saat SMP dan SMA aku selalu berangkat dengan naik sepeda. Lalu saat kuliah aku pun kembali menggunakan transportasi bernama jalan kaki. Ops, sebentar sebentar, walau aku tidak menyebutkan motor, gini gini aku juga bisa mengendarai motor kok, hahaha. Aku hanya mengendarai motor saat harus menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer atau jarak yang tidak tersedia sarana transportasi umum sama sekali. Yah begitulah, karena kebetulan semarang merupakan kota yang masih terfasilitasi dengan angkutan umum dan jarak antara kost-tempat kerja masih bisa ditempuh dengan jalan kaki, akhirnya aku putuskan untuk tidak membawa motor selama tinggal di Semarang.

Kostku terletak di daerah yang cukup strategis, sehingga dengan mudah ditemukan pusat pertokoan dan jajanan di sekitarnya. Dengan kemudahan tersebut maka hanya dengan melangkahkan kaki beberapa meter aku bisa memenuhi kebutuhan sehari-hariku dengan mudah. Tetapi ada yang aneh di sini, hingga aku sempat satu kali berpikir sore tadi apakah mungkin hanya aku seorang diri yang aneh? oke, aku jelaskan sebentar. Aku memang hobbi sekali memperhatikan hal-hal tak penting, termasuk hal-hal yang tak menarik. Hari pertama aku kerja, seorang rekan kerjaku bertanya, "Mbak Indah di sini gak bawa motor?". Aku pun menjawab apa adanya, "Enggak Mbak, kost saya dekat, lima menit jalan kaki juga nyampe. Kalo harus jalan-jalan jauh saya juga cukup naik angkot...". Kemudian Mbak tersebut bilang, "Wah Mbak mending bawa motor sendiri di sini, jadi mau kemana-mana gak capek..".  Kali itu lah aku baru menyadari beberapa pengamatan menarik di daerah baru ini, di antaranya:
1. Seperti seolah menjadi sebuah keharusan bahwa di daerah ini harus mempunyai kendaraan pribadi untuk aktivitas sehari-hari.
2. Hanya untuk menempuh jarak 50 meter pun sering kali orang menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan jalan kaki.
3. Sepertinya perbandingan orang jalan kaki dengan orang naik kendaraan pribadi disini bisa mencapai 1 banding sekian ribu. (Hal ini merupakan perkiraanku sendiri karena setiap aku berangkat atau pulang kerja tidak tampak adanya orang lain yang berjalan kaki di jalan selain aku.) --> sedikit merasa kesepian juga jadinya, haha.

Melihat kondisi tersebut aku pun mau tidak mau otomatis langsung membandingkan dan mempunyai pendapat tersendiri. Yah, menurutku silahkan saja sih bawa kendaraan pribadi jika memang daerahnya sulit untuk diakses dengan jalan kaki atau angkutan umum dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, it's okay. Tetapi jika daerah yang strategis dan mudah terakses dengan angkutan umum bahkan bisa hanya dengan jalan kaki, apakah harus sekali setiap meternya ditempuh dengan kendaraan pribadi? Dengan tegas saya bilang TIDAK. Well, dasar penilaian saya pun sangat sederhana, bukankah kebutuhan sehari-hari akan menjadi lebih boros karena konsumsi bensin untuk kendaraan pribadi? bukankah polusi akan semakin mengganggu karena banyaknya asap dan suara kendaraan? bukankah jalanan akan menjadi semakin macet karena kendaraan-kendaraan yang berlalu-lalang? bukankah dengan menggantungkan diri pada suatu alat justru menunjukkan betapa malasnya diri kita? bukankah budaya jalan kaki itu lebih sehat dibandingkan hanya duduk di atas kendaraan? Dan konyol sekali jika alasanmu menggunakan kendaraan pribadi hanya untuk ke minimarket yang hanya berjarak 100 m dari rumahmu. Ah, sungguh kenyataan yang sedih untuk dilihat dan dipikirkan.

Betapa indahnya jika penggunaan kendaraan pribadi di masyarakat dapat dikurangi. Tidak akan ada suara klakson dan asap knalpot yang mengganggu pagi, siang, dan malam-malam kami. Betapa indahnya jika semua orang terbiasa berjalan kaki untuk kegiatan sehari-hari. Akan tampak wajah-wajah masyarakat yang segar dan bugar saat menyambut pagi. Tapi, sayangnya hal ini seolah hanya pengandaianku seorang diri.

Selasa, 11 Februari 2014

Komunitas Penderita Epilepsi

Oke, sebelum ke inti pembicaraan, saya mau membuat beberapa kalimat pembuka terlebih dahulu. Perkenalkan saya Indah Prihatin, kalian bisa bebas memanggil saya Indah, Ndaho, Ndahe, apapun boleh asal normal dan nyaman untuk di dengar. Sudah bukan rahasia lagi di lingkungan saya bahwa saya termasuk pasien epilepsi sejak tahun 2002. Selama kurang lebih 12 tahun berjuang bersama penyakit ini, tidak bisa dikatakan juga bahwa saya merupakan pasien yang berhasil menjalani pengobatan epilepsi dengan baik. Bahkan saya tahun ini berencana untuk melanjutkan ulang pengobatan saya yang sempat terputus dua tahun lalu. Mungkin tidak bisa dibilang sebagai sesuatu yang Wah, tetapi alhamdulillah dengan kekurangan saya, saya berhasil menjalani kehidupan saya tetap normal hingga hari ini. Saya tidak akan banyak cerita tentang apa yang telah saya alami bersama penyakit ini karena tujuan tulisan kali ini bukanlah untuk itu.

Saya tidak tahu sebenarnya cerita kali ini dimulai dari mana, mungkin antara tahun 2012-2013 kemarin. Berbasis karena saya seorang farmasis dan penderita epilepsi, beberapa teman-teman saya yang mengetahuinya mulai menghubungi saya satu persatu untuk berbagi cerita dan solusi yang tepat tentang teman, sahabat, atau keluarga mereka yang juga mengalami sakit epilepsi. Cerita maupun kasus yang mereka sampaikan pun sangat variatif, dan tanpa saya sadari secara otomatis saya mulai mempelajari studi penyakit ini di masyarakat dalam waktu senggang saya. Dari sekian cerita yang saya terima banyak kasus-kasus yang lebih mudah, serupa, dan bahkan lebih buruk dari penyakit saya. Sejak saat itu, saya pun berpikir dan berniat untuk menyumbang sumbangsih lebih pada mereka yang mengalami kesulitan seperti yang pernah alami. Niat saya ini sudah saya utarakan langsung ke Yayasan Epilepsi Indonesia melalui email yang saya kirimkan tanggal 3 September 2013 lalu berikut.
Sayangnya email saya tidak mendapatkan balasan lebih lanjut, sehingga niat saya tersebut masih sekedar menjadi niat saja dalam satu tahun terakhir. Akhirnya hari ini saya putuskan untuk menindaklanjuti niat saya tersebut agar mulai berjalan tahun ini. Saya bukan orang baik yang punya niat suci hanya untuk sekedar membantu orang lain, karena saya selalu berprinsip sebenarnya saat membantu orang lain maka secara tak langsung saya juga membantu diri saya sendiri untuk lebih semangat menjalani hidup dan mensyukuri apa yang saya miliki. 

So, bagi teman-teman yang membaca tulisan ini, jika ada dari kalian:
1. Mempunyai permasalahan pada pasien-pasien epilepsi di sekitar kalian.
2. Penderita epilepsi yang juga ingin meningkatkan semangat hidupnya.
3. Masyarakat yang peduli dengan pasien-pasien epilepsi.

Bisa menghubungi saya baik hanya untuk curhat, konsultasi, bertukar ide dan sebagainya terkait epilepsi di kontak berikut ini... :)
Indah Prihatin, S.Farm., Apt.
email: indah.prihatin@gmail.com
atau bisa dengan comment langsung di blog ini.
Dengan senang hati saya siap membantu segala keluh kesah kalian tentang epilepsi.

Terus semangat dan pantang menyerah!! \(^o^)/

Apresiasi Tertinggi

Sudah lupakah kamu dari mana kamu mampu dapatkan apresiasi tertinggi dalam hidupmu?
Bukan dari orang-orang yang memuji perjuanganmu.
Bukan dari setumpuk piala dan piagam penghargaan yang kau timbun.
Bukan dari seberapa banyak harta dunia yang kau kumpulkan.
Bukan dari setinggi-tingginya posisi yang kau miliki.
Bukan dari lama tidaknya hidupmu.

Karena pada dasarnya, pujian-pujian orang tersebut, banyaknya piagam dan harta-harta dunia tersebut, setinggi apapun posisi itu, serta selama apapun kehidupanmu, mereka hanyalah perihal duniawi yang bersifat sesaat. Jangan buat dirimu diperbudak oleh hal-hal duniawi itu. Pada awal dan akhirnya apresiasi tertinggi hanya bisa diperoleh dari Tuhanmu. Sebuah apresiasi terindah yaitu Jannah-Nya yang sudah disiapkan untuk kehidupan abadimu kelak. Salah satu dari sekian cara untuk mendapatkan apresiasi-Nya adalah dengan mengikhtiarkan diri melakukan segala hal di dunia ini dengan niat untuk mendekatkan diri dengan-Nya. Menjadikan setiap keringat, tangis, dan senyuman yang tercurahkan hanya untuk diberikan kepada-Nya.

Insya Allah Yaa Rabb, saya sedang berusaha. :)

Jumat, 07 Februari 2014

Start Another Long Journey

Aku merasa excited, tetapi tak dipungkiri aku pun merasa takut. Aku selalu berkata, "It's okay mom, i have many strengths and spirit, I'll be okay..". Tapi itu hanya untuk membuat keadaan menjadi tak mengkhawatirkan bagi mereka bahkan diriku sendiri. Aku mencoba menantang ketakutan ini. Aku tak yakin apakah petualanganku esok akan lancar atau penuh dengan hambatan. Aku hanya mempunyai sedikit keberanian untuk memulai dan menguatkan diri. Mulai besok perjalanan panjangku akan dimulai seorang diri. Mencoba mengenal orang-orang baru di sekitarku. Mencoba beradaptasi dengan kemandirian yang kumiliki di tempat-tempat baru. Ya Rabb, jagalah aku untuk perjalanan panjangku mulai esok. Jagalah mereka yang aku tinggalkan untuk petualangan ini. Dan pertemukan kami nanti setelah perjalanan ini usai dengan bahagia.

Okey, bismillah... let's go!!!! :)

Sabtu, 01 Februari 2014

Belajar Sulam Pita

Ada banyak cara untuk mengubah rutinitas yang membosankan menjadi menarik. Tantang dirimu untuk melakukan hal-hal baru yang belum pernah kau lakukan. Berkreatifitas dengan segala hal positif yang mampu membuatmu tersenyum. Kuncinya hanya, try it!!! :)
Beruntung saya sudah belajar bagaimana menyulam sejak saya kecil, sehingga walau sekian lama tidak menyulam alhamdulillah tidak terlalu sulit untuk mencoba seni baru ini dalam kehidupan saya. Saya tidak berpikir untuk mengembangkan hobbi ini lebih jauh, karena sejak awal hobi saya memang hanya untuk mengisi waktu senggang saya dan menghilangkan kebosanan. :)
Uji coba belajar sulam pita
yang pertama
Uji coba sulaman yang kedua.


Happy Morning


Perasaan ini tidak kudapatkan dari pengalaman yang Wah untuk diceritakan. Perasaan ini tidak didapatkan dari kisah-kisah nyata diri sendiri maupun orang lain. Perasaan ini diperoleh hanya satu dari sekian caraku mengisi waktu di pagi hari. Perasaan ini diperoleh hanya dari secuil cerita menarik komik yang kubaca pagi ini. Sebuah perasaan sederhana, "Ah inilah perasaanku yang ingin kuungkapkan untuk orang-orang yang kucintai.. Ah inilah perasaan yang kuinginkan dan kudengar dari orang lain untukku.. Please, just be honest each other..." #HappyMorning :)