Senin, 20 Februari 2012

Mengenal Seorang Abah Rahardjo Ramelan

Wahh dari judul tulisan saya kali ini tentunya sudah jelas ya apa yang ingin saya ceritakan kali ini. Yups, hari ini saya akan bercerita tentang bagaimana saya mengenal seorang Abah Rahardjo Ramelan ini. :)
Saya terbiasa memanggil beliau hanya dengan panggilan "Abah", karena memang itu adalah panggilan yang sangat mengakrabkan. Okey, karena saya sedang malas bertele-tele kita langsung cerita saja ya... :D

Pertemuan saya dengan Abah saat itu terjadi ketika saya masih mahasiswi tingkat satu di bulan Juli setelah hampir satu tahun saya kuliah di ITB. Saat itu saya sedang melaksanakan kewajiban saya sebagai sekretaris acara Festival Kuliner Taman Ganesha. Saya hanya menjabat sebagai sekretaris pengganti karena sekretaris sebelumnya tidak ada tetapi berakhir dengan saya lah yang bertanggung jawab hingga acara selesai. Acara ini termasuk acara besar pertama yang saya ikuti selama di ITB, dan memang saat itu juga pertama kali saya menjabat seorang sekretaris hingga membuat saya terasa terkutuk menjadi sekretaris terus menerus untuk beberapa acara saya yang lain. (-.-"). Pada saat beberapa hari sebelum acara dimulai, ketua saya mengundang Abah untuk meminta bimbingannya dalam acara tersebut dan mengadakan pertemuan di ruangan sekretariat. Saat itu saya yang telat masuk ke sekretariat saya hanya heran dengan seorang sosok lelaki lansia berusia sekitar 70 tahun lebih, berkumis, rambut dikuncir, dan penampilannya sangat sederhana. Saya tidak tahu siapa beliau saat itu dan saya tidak terlalu tertarik untuk menyelidiki lebih lanjut karena beliau sedang sibuk berdiskusi dengan ketua saya. Hingga akhirnya pada saat pembicaraan antara mereka berdua selesai dan Abah mulai meninggalkan sekretariat, saya bertanya kepada ketua saya (Dicky), "itu tadi siapa Dick?", dan seperti biasa, Dicky hanya menjahili saya dengan jawabannya yang seolah-olah merahasiakan. Tetapi akhirnya tetap saja saya tidak menindaklanjuti pertanyaan saya, karena saya tahu jawabannya pasti akan lebih tidak ingin saya dengar.

Hingga tibalah kita di hari-H acara Festival Kuliner. Entah mengapa setiap hari H untuk acara-acara yang saya jalankan selalu saja ketika kondisi saya memburuk, sehingga sepanjang acara saya tidak banyak membantu kesibukan teman-teman saya. Dalam acara tersebut didirikan beberapa stand bambu untuk setiap jenis kuliner yang disajikan, dan ketika saya berkeliling mencoba memantau lokasi ternyata di salah satu stand ada Abah yang unik kemarin. Beliau menyewa salah satu stand dan mengisinya dengan beberapa barang kerajinan yang diolah dari limbah plastik yang telah didaur ulang dan dibuat menjadi pernak-pernik menarik seperti tas, tempat pensil, dompet, dsb. Abah itu sedang duduk sendirian di stand-nya, sepi sekali stand beliau, dan karena kebetulan saya tidak ada kerjaan maka saya langsung tancap ke tempat beliau, dengan pikiran, "akan lebih menyenangkan menemani beliau daripada tidak tahu harus mengerjakan apa".

Pembicaraan pertama pastinya diawali dengan perkenalan, dan ketika saya menanyakan nama beliau, beliau hanya bilang, "panggil saja Abah", tanpa menyebutkan nama aslinya. Okey, saya tidak masalah dengan itu, saya senang dengan pribadi beliau yang ramah ketika saya pertama kali mengajak beliau bicara. Seharian hingga penutupan acara beliau tidak hanya menemani saya mengobrol tetapi bahkan ketika saya mendapat tugas dadakan mengkonsep penutupan, beliau membantu saya dengan ide cemerlang yaitu "lilin kolam" dari limbah debog pisang. Ada timbal balik disana, saya menemani Abah menjaga stand dan Abah membantu saya memberi ide untuk beberapa hal yang terlupakan dalam acara. Hari itu adalah hari pertemuan saya dengan Abah. Hingga di akhir acara saya hanya mengenal sosok beliau sebagai "Abah" tanpa tahu nama lengkapnya, tanpa tahu background beliau sebenarnya siapa. Saya hanya senang membagi waktu saya bersama siapapun di sekitar saya. :)

Setelah beberapa hari bahkan bulan berlalu, suatu hari ada sms masuk ke hp saya. Di sms itu disebutkan bahwa pengirim pesan itu adalah Abah. Saat itu kebetulan adalah pas hari Ramadhan, dalam sms itu beliau mengajak saya untuk berbuka puasa bersama setelah sholat tarawih dengan beliau dan beberapa orang mahasiswa. Saya yang saat itu memang sedang tidak sibuk maka saya mengiyakan ajakan tersebut. Pada saat itu saya dikenalkan Abah dengan 3 orang ukhti yang kalau tidak salah ingat adalah mahasiswi ITB angkatan 2004 dan 2005. Kami berlima berbuka puasa bersama di warung Cek Mar di daerah balai kota Bandung. Warung ini hanya buka pada malam hari dan dikonsep sebagai sebuah warung prasmanan terbuka. Makanannya enak, dan saya menemukan gudeg favorit saya disana. :) Setelah selesai makan beliau mengantarkan saya dengan mbak-mbak itu ke kostan masing-masing. Dan tetap, saat itu pun saya masih tetap mengenal beliau hanya sebagai sosok Abah, saya masih belum tahu bagaimana latar belakang beliau. Mungkin teman-teman yang membaca ini akan berpikir saya kurang ati-ati atau terlalu mudah percaya dengan orang yang baru saja dikenal, tetapi memang tak saya sangkal seperti itu lah saya, saya memang mudah percaya, tetapi saya mampu membedakan orang-orang yang pantas untuk dipercaya dan tidak. Saat itu saya hanya yakin bahwa Abah adalah seorang yang bisa dipercaya.

Sejak saat itu Abah sering sekali mengajak saya seperti ke acara resepsi pernikahan, ITB Student Orchestra, dan beberapa acara makan lainnya. Saya tidak pernah ada rasa curiga sedikit pun, karena kemanapun Abah mengajak saya pergi saya bertemu dengan teman-teman saya di Kabinet dan beberapa kegiatan penting dimana saya dapat belajar lebih banyak hal. Abah juga selalu menginspirasi saya dengan ide-ide kreatif, inovasi-inovasi yang ada di negeri ini, dan kemampuan untuk memandang masyarakat dengan sudut pandang yang berbeda serta konsep pemandangan dimana kamu bisa menjadi community developer untuk orang-orang di sekitarmu. Kesibukan saya di Kabinet KM ITB membuat saya cukup banyak terlibat dengan beberapa acara yang diselenggarakan di ITB, dan saat itu saya heran karena untuk beberapa acara seminar saya sering kali bertemu dengan Abah yang diundang sebagai tamu VIP maupun sebagai juri, sehingga membuat saya ingin mengorek lebih lanjut informasi tentang siapa Abah sebenarnya. Hingga setelah satu tahun saya mengenal Abah, baru lah saya tahu identitas Abah sebenarnya.

Beliau adalah Abah Rahardjo Ramelan, merupakan salah satu dosen S1 dan S2 di Sekolah Bisnis dan Manajemen, ITB (baru sadar, pantas saat itu Dicky minta bimbingan beliau, hehe). Beliau juga merupakan komisaris Jabar Ventura. Walaupun saya sudah tahu identitas beliau sebenarnya, tetapi itu tidak mengubah apapun, karena sebelum itu selama satu tahun sebelum saya tahu siapa Abah sebenarnya, saya telah mengenal Abah sebagai sosok orang tua saya, yang mampu mengingatkan ibadah saya, memarahi saya, menegur saya ketika salah, menghimbau saya kepada hal-hal yang inovatif, memperhatikan kesehatan saya yang memang tak pernah stabil, beliau terkadang lebih mengenal saya daripada saya sendiri, dan itu bahkan selama satu tahun dengan identitas seorang "Abah". Saya tidak tahu bahwa beliau seorang dosen ataupun seorang komisaris. Hubungan saya dengan abah saat ini pun tetap sama, tidak ada yang berubah. Terima kasih Abah, karena sudah menjadi sahabat dan orang tua saya. :)

Owh iya, Abah sangat baik terhadap semua mahasiwa-mahasiwa yang dikenalnya. Berikut ini saya mau lampirkan beberapa foto yang menjadi kenangan saya dengan Abah. :D (bingung mau ditaruh dimana, jadi ditumpuk di akhir saja.. hehe)
Syukuran ITB FAIR 2010 di rumah Abah
rumah Abah tampak dari atas samping
acara gathering FKK 2008
Mengapa banyak foto yang diambil di rumah Abah?? karena beberapa kali saya meminjam rumah Abah sebagai tempat untuk mengadakan beberapa kegiatan saya dan teman-teman saya. Hehe,... dan yang terakhir foto bersama Abah. :)
nonton ITB Student Orchestra bersama Abah (sebelah kiri)
dan Kak Ilman (sebelah kanan) 

Sabtu, 18 Februari 2012

Treasure your parents with love

Sudah berkali-kali saya membuat tulisan tentang ibu saya, tetapi memang tidak pernah ada cerita yang tak bermakna dari seorang ibu. Satu lagi hal yang membuat saya mensyukuri mempunyai ibu yang sangat mencintai saya, dan mungkin bagi teman-teman yang membaca ini pasti ada juga yang mempunyai cerita serupa. Baiklah, seperti biasa, tulisan-tulisan saya merupakan kisah nyata yang selalu saya alami, so maaf ya yang mungkin bosan membaca blog saya. :)

Bagi saya kondisi down memang sering kali saya alami, tetapi bukan berarti saya putus asa, yahh namanya manusia, kadang setiap proses yang dijalankan belum pasti menghasilkan output yang diinginkan, so no problemo asal jangan down-nya keterlaluan aja. Tetapi insiden yang saya alami minggu kemarin cukup membuat saya merasa sedikit runtuh. Oke, satu kali lagi masalah tentang TA kembali terjadi. TA saya yang sudah saya jalankan sejak bulan agustus akhirnya tiba pada titik klimaks emosi saya. Bulan-bulan sebelumnya untuk pengambilan data TA yang gagal berkali-kali masih membuat saya bertoleransi, tetapi entah mengapa kegagalan pengambilan data TA yang saya lakukan 2 minggu penuh secara berturut-turut ternyata mampu merusak mood saya. Pada dasarnya hal tersebut hanya karena rasa kesal saya karena kegagalan-kegagalan tersebut terjadi hanya karena hal-hal kecil seperti antri alat sehingga membuat ekstrak saya rusak dan karena ekstrak saya yang tumpah ke methanol karena saya yang kecapekan kerja 24 jam non-stop sebelumnya. Jujur saya tak suka jika hal-hal bodoh yang saya lakukan memberikan efek kegagalan yang besar secara keseluruhan. Hingga pada saat kesalahan terakhir (yaitu tumpahnya ekstrak ke methanol) membuat emosi saya memuncak. Mungkin karena saya tipe orang yang paling gak bisa menyembunyikan ekspresi, alhasil saat itu juga saya langsung meluapkan emosi seperti anak kecil, ya saya langsung menangis di lab saat itu. (-.-"), Saat itu saya dalam kondisi bingung karena 30 menit dari waktu itu saya ada janji rapat dengan kedua dosen pembimbing saya, sedangkan saya tidak mempunyai data apa-apa saat itu untuk saya bawa ke rapat, pikiran saya langsung terasa kosong. Mungkin orang lain akan mengira, "baru dua minggu Ndah.. tenang..", tetapi saat itu mungkin karena kondisi saya yang belum stabil, yang ada dalam pikiran saya, "Hiks, aku udah kerja di lab sejak agustus, dan ini bukan kegagalan satu dua kali, tapi entah kesekian kalinya.. T_T". Oke, apapun alasannya, saya akui memang ketika kalut saya hanya bisa menangis dan tak mengerti diri saya sendiri. Untungnya saat itu ada teman-teman saya yang menemani dan menenangkan saya, setidaknya setelah sholat ashar saya kembali bangun dan siap menghadapi rapat dengan dosen saya, apapun resikonya saya harus tetap melangkah. Alhamdulillah rapat lancar dan dosen-dosen saya mengerti kondisi saya serta memberikan solusi-solusi untuk kelancaran TA saya.

Setelah pertemuan dengan dosen, entah mengapa saya benar-benar sedang tidak ingin sendirian di kostan, maka saya langsung menemui teman-teman saya, mencoba menyembunyikan kebisuan saya di tengah-tengah mereka hingga saya sudah cukup merasa tenang dan kembali pulang ke kostan. Akan tetapi ternyata sikap saya sangat tidak baik saat itu, saat kondisi seperti ini saya tidak ingin membuat keluarga saya khawatir sehingga sms-sms dari adik saya hanya saya balas dengan jawaban-jawaban singkat. Ibu saya yang hanya mengetahui kabar saya dari kegiatan komunikasi saya dengan adik saya merasakan kejanggalan-kejanggalan yang secara tak langsung saya berikan sehingga membuat ibu saya khawatir (maklum, ibu saya kurang mengerti tentang IT, sehingga ketika ingin bercakapan langsung dengan ibu harus via telepon). Diri saya yang kurang menyadari kekhawatiran ibu saya masih hanya terfokus dengan masalah-masalah saya sendiri hingga datang kabar mengejutkan melalui sms adik saya. Adik saya mengabarkan bahwa karena khawatir dengan kondisi saya membuat ibu saya melamun saat memasak dan menyebabkan tangan ibu saya tertumpah minyak panas. Berita itu langsung membuat saya menangis dengan spontan, "Ya Allah.. apa yang telah saya lakukan pada ibu saya?". Saya terkejut dan saya tidak tahu harus apa saat itu, saya takut, saya menyesal, saya tahu saya salah, saya tahu saya harus segera menghubungi ibu saya, tetapi saya belum tenang, saya masih tak terkontrol, saya tak tahu harus bicara apa ke ibu saya, sehingga yang saat itu saya lakukan hanya mengirimkan balasan agar orang tua saya tidak perlu mengkhawatirkan saya. Saya tahu cara saya itu buruk, tetapi mungkin ini adalah kebiasaan buruk saya yang sampai saat ini memang belum bisa diperbaiki dengan sempurna. Setiap saya tak tenang dengan kesalahan saya, saya membutuhkan waktu lebih dibandingkan orang lain untuk merefleksinya, saya ingin menyelesaikan semua masalah dengan kondisi tenang, yang akhirnya hampir dua hari saya tidak berani menghubungi rumah.

Dalam dua hari tersebut saya tidak tidur satu detik pun, setiap malam saya menangis, saya mengurung diri di kamar seharian, saya ingin menenangkan diri hanya berdua dengan-Nya, saya tak pernah suka diri saya yang membuat ibu saya sakit bahkan menangis, karena seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya membenci kesalahan yang saya perbuat sendiri. Setelah dua hari berakhir dan saya merasa cukup tenang, pada pukul 11 malam saya kembali membuka HP saya, mencari nomor telpon ayah saya, tetapi saat saya telpon ayah saya sedang tidak ada di rumah, sehingga saya menelpon adik saya. Saya tahu adik saya pasti sedang tidur, sehingga saat saya telpon adik saya me-reject berkali-kali, dan karena saya tak berhenti menelpon berkali-kali akhirnya adik saya terbangun dan tahu pasti ada sesuatu yang penting sehingga ketika telpon tersebut diangkat yang langsung menjawab telpon saya adalah ibu saya. Di malam itu ternyata ibu saya masih terbangun, saya tahu dan saya sangat kenal ibu saya, yang jika jam segitu beliau masih terjaga berarti ada sesuatu yang sedang beliau pikirkan. Tetapi saya tidak bertanya hal itu kepada ibu saya, saat itu juga saat mendengar suara ibu yang saya cintai, saya hanya bisa menangis, saya hanya bisa mengucapkan kalimat, "maaf ibu... ngapunten ibu.. genduk salah... ngapunten ibu.." dan hampir 15 menit hanya tangisan dan kalimat itu terus yang saya ucapkan. Di seberang sana terdengar juga suara isak tangis ibu saya yang juga hanya dengan jawaban "iya nduk,... iya... gak popo nduk... iya gak popo..". Hati saya langsung runtuh seketika ketka saya mendengar tulus rasa menerima maaf yang ibu saya berikan kepada saya. Setelah merasa cukup tenang akhirnya saya hanya bisa menjelaskan kondisi saya ke ibu saya dengan kalimat sederhana, "maafkan genduk bu... kemarin genduk kalut, genduk bikin ibu khawatir, genduk sayang ibu, genduk sayang ibu..", sungguh beliau memang ibu tersayang, setiap jawabannya selalu menenangkan, beliau menyampaikan bahwa beliau juga sangat menyayangi saya dimana beliau ungkapkan dengan kalimat, "Nduk, kalo kamu susah, ibu juga susah, kalo kamu seneng, ibu juga seneng... istighfar ya Nduk, ibadahnya dikuatkan, kalo ada masalah coba diskusi sama temenmu ya Nduk, ibu sekolah SD saja tidak lulus jadi mungkin tidak mengerti masalah di sekolahmu gimana, tapi doa restu ibu selalu menyertaimu Nduk.. Ibu ngerti kemarin kamu lagi susah, ibu juga gak mau tambah bikin susah kamu, ibu sudah sembuh Nduk, kamu juga gak usah khawatir ya... ibu selalu doain kamu.. ibu selalu bangga ma kamu,.. ibu juga sayang genduk..". Saat itu saya menjawab dengan tulus dengan janji dalam hati saya bahwa saya tidak akan mengulangi hal ini kembali terutama kepada ibu saya, saya sangat mencintai ibu saya, tidak ada yang lebih menyakiti hati saya ketika ibu saya tersakiti, apalagi oleh saya sendiri. Percakapan saya dengan ibu saya malam itu berlangsung hampir satu jam, dan berakhir karena saya khawatir ibu saya yang seharusnya segera istirahat karena sudah malam, dan saya sedang ingin menjalankan sholat tahajud untuk berterima kasih pada-Nya. Hati saya kembali tenang dan akhirnya setelah sholat tahajud saya mampu memejamkan mata saya setelah hari-hari sebelumnya tak bisa tertidur karena perasaan bersalah. Terima kasih Ya Allah, Engkau memberikan hamba ibu terbaik yang hamba miliki di dunia dan di akhirat, amiin. :')
bersama Ibu, Cicit, dan Yaya
bersama Bapak dan Mas Wawan
Sepanjang dua hari perenungan diri saya, saya selalu mengingat-ngingat salah satu ayat Allah yang saya jadikan pegangan sejak kecil, yaitu:
"Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu - bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS. Luqman : 14)
Dalam doa, saya memohon ampunan kepada Allah SWT dan memohon pada-Nya penjagaan serta pengampunan untuk kedua orang tua saya, amiin.
Semoga manfaat yang kita ambil dari setiap kesalahan memberikan berkah dan bekal hidup di dunia dan akhirat. :)

Treasure your parents with love.

Kamis, 09 Februari 2012

Pertama Kali Nginep di Kampus

Well, ini ceritanya saya sedang menginap di kampus, karena urusan yang tak lain dan tak bukan adalah urusan TA. Malam ini cuaca di luar cukup tidak bagus, mendung, gerah, tetapi hujan hanya turun satu dua tiga tetes. Saya yang malam ini ditemani sahabat saya, yang akrab saya panggil Mandora, hehe mencoba menikmati angin yang dingin ini dengan perbincangan hangat di teras lantai 3 gedung Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) yang menghadap langsung ke gedung mesin sambil menikmati malam tak berbintang.

Sebelum saya lupa, saya ingin mengingat hal menarik yang baru saja saya lakukan bersama Manda, hehe, seperti biasa saya dan Manda selalu melakukan hal-hal yang tidak jelas jika kita berjalan berdua. Diawali dengan sholat isya bersama di Masjid Salman, lalu kami makan malam dan menuju kampus. Setibanya di kampus saya bilang, "Mand, sayang nih langsung ke lab.. jalan dulu yukk ke sekre Kabinet, kayaknya lagi rame tuh masih nyala lampunya..", dan saya memang tipe pemaksa sementara Manda tipe penurut alhasil tancaplah kita ke sekre kabinet dulu. Di sekre Kabinet memang sedang karena selain sedang ada rapat harian senator disana juga ada posko penyelamatan hilangnya mahasiswi ITB, info lebih lanjut baca di link ini ini saja yaa. Setelah cukup lama mengobrol dengan satpam penjaga posko, kami pun segera kembali melangkah menuju lab. Saat tiba di lab, kami baru sadar ternyata tidak ada alas tidur untuk kita berdua malam ini, so sekarang kita kudu ngapain nih? akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan keliling kampus sambil mencari sesuatu yang bisa dijadikan alas tidur nanti.

Kami melangkah menuju sekre Himpunan Farmasi berharap setidaknya masih ada anak himpunan yang mungkin sedang rapat sehingga dapat membukakan pintu sekre untuk meminjam tikar. Yah, maaf saja karena kami sudah swasta (mahasiswa tingkat akhir) tentu saja kami sudah tidak mempunyai wewenang kunci sekre. Tapi ternyata memang sesuai dugaan kami, tidak ada seorang pun di sekre Himpunan Farmasi, tentu saja memang karena jarang sekali mahasiswa farmasi yang sebagian besar perempuan beraktivitas diatas jam 6 malam. Kami pun tidak kehabisan akal, tiada rotan apapun jadi, hehe. Di luar sekre himpunan banyak sekali spanduk-spanduk bekas acara yang sudah tidak digunakan, sehingga otomatis saja kami langsung meminjamnya karena itu bisa kami gunakan sebagai tikar. Setelah mendapatkan tikar, kami pun tidak langsung kembali ke lab, kami ingin menikmati suasana malam kampus dengan berjalan-jalan dari depan gerbang, akan tetapi karena mulai ada rintikan hujan akhirnya mau tidak mau kita harus segera memutar arah untuk kembali ke lab. Tiba-tiba di perjalanan terceletuk dari Manda, "haha.. jadi ngegembel gini kita Ndah nyari alas tidur..", dan saya menanggapinya dengan ikut tertawa, "setidaknya masih ada baju yang nempel di badan Mand.. haha.." 

So, disini lah kini kita berada, lab Perkembangan Hewan SITH. :)

Rabu, 08 Februari 2012

Ingatan

Saya kurang menyadari sebenarnya mengapa tiba-tiba seharian ditengah-tengah kesibukan saya, saya bertanya-tanya, apa manfaat 'ingatan' untuk saya saat ini. Hingga saya berakhir pada kesimpulan, bahwa untuk saat ini, fungsi ingatan saya sedang saya fokuskan untuk 'melupakan apa yang saya beri, dan mengingat apa yang telah saya terima'.

Saya ingin mengingat setiap pelajaran yang saya terima dari Allah SWT, Para Nabi dan Rasul, dan Al-Quran...
Saya ingin mengingat berkah, kesehatan, dan keselamatan yang saya terima setidaknya hingga detik ini dan nanti...
Saya ingin mengingat kebaikan dan kasih sayang yang saya terima dari orang-orang disekitar saya...
Saya ingin mengingat senyuman yang saya terima setiap hari dari setiap sapaan yang terjalin...
Saya ingin mengingat saya masih diberi saudara-saudara disekitar saya yang membutuhkan kasih sayang dan uluran tangan saya,...
Saya ingin mengingat indahnya alam yang Allah berikan...
Saya ingin mengingat setiap arti dari langkah yang Allah gerakkan melalui kaki-kaki saya...
Saya ingin mengingat waktu yang Allah berikan untuk saya dan kalian sebagai kesempatan merangkai silaturahmi yang indah...
Saya ingin mengingat ilmu yang Allah berikan sebagai bekal yang lebih berharga daripada harta yang sebaik-baiknya harus kita manfaatkan...
Saya ingin mengingat bahwa selalu ada hal yang baik yang bisa kau ingat daripada hal buruk yang menjauhkanmu dari kebaikan...

Dan kini satu yang pasti, saya ingin menggunakan ingatan saya dengan sebaik-baiknya... Alhamdulillah :)

Senin, 06 Februari 2012

Tugas Kuliah : Deskripsi Diri

Tugas ini adalah tugas pertama yang diberikan dosen mata kuliah Psikologi Komunikasi saya, yang intinya kita diharuskan membuat deskripsi tentang diri kita dengan tujuan mencoba menganalisis dan mengkomunikasikan diri kita sebelum kita belajar lebih lanjut tentang psikologi orang lain. Wah sebenarnya tadinya saya mengalami kesulitan dengan tugas ini, habis bisa-bisa jadi narsis ntar. hehe,.. tapi mungkin ini adalah hasil tugas saya, silahkan dibaca yaaa... :)

Kuceritakan Tentang Dia

Kembali ke kata-kata bijak dari sahabat lama, tak kenal maka tak sayang. Gadis berusia 21 tahun itu mempunyai nama lengkap yang unik, Indah Prihatin, mungkin akan banyak orang yang bertanya, “kok namanya aneh, artinya apa itu?” oke, disini kita tidak akan membahas itu, akan ada sendiri saatnya nanti. Gadis yang akrab dipanggil Iin, Indah, Indaho, Indahe, Ndaho, Iendach, bahkan kadang hanya nama belakangnya “Prihatin” ini, sangat menyukai kebebasan yang selalu ia jalani setiap hari. Ingin tahu sebebas apa seorang Indah ini? Mari kita lihat dari sedikit kisahnya dari kecil hingga dewasa sehingga kita nanti dapat menyimpulkan seperti apa seorang Indah ini. 
Lahir dan hidup di sebuah desa bernama Manggung, Indah selalu menghabiskan waktu diluar jam sekolahnya dengan serunya petualangan seorang anak desa seperti mencari belut di sawah, memancing di sungai, main layang-layang di sore hari di sawah, benar-benar anak yang tak bisa berhenti lari seperti monyet, karena alam lah yang menjadi sahabat karibnya saat kecil, bahkan boneka barbie yang ia mainkan bukanlah boneka barbie dari plastik tetapi sebuah jagung muda yang ia modifikasi menjadi sebuah boneka. Anak kedua dari 4 bersaudara ini sudah dibiasakan untuk bersikap disiplin sejak kecil, ketika anak yang seumurannya saat SD masih terlelap dari tidurnya setelah sholat subuh, gadis ini harus segera membantu ibunya mulai dari cuci baju, menyapu halaman, dan menyiapkan meja makan barulah ia berangkat sekolah. Jiwanya yang bebas membentuk karakter tomboy yang setiap kali pulang dari sekolah sepedanya selalu penyok karena ia suka berantem dengan teman-teman lelakinya. Berawal dari harapan orang tua yang hanya tamatan sekolah dasar, gadis berwajah bulat ini mempunyai impian yang tinggi untuk dapat mencapai ilmu sesuai harapan orang tuanya.  Kebiasaan hidup keras yang dijalaninya sejak kecil telah membentuk karakter seorang Indah yang selalu bekerja keras dan pantang putus semangat.
Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya gadis yang seenaknya ini sangat menyukai kebebasan dan tak pernah menolak kesempatan yang bisa ia ikuti. Sejak SD gadis ini sudah aktif dalam kegiatan organisasi, tentu saja itu karena dasar dirinya yang suka kesibukan, tak suka diam, suka tantangan, dan haus akan pengalaman serta pertemanan. Akan tetapi sikapnya yang tak terkontrol dalam bidang organisasi inilah yang memperburuk fisiknya sejak SMP, tetapi dasar benar-benar monyet desa, walau sakit dia hanya berhenti beraktifitas 3 tahun saat SMA dan kembali membrutal saat kuliah. Sikapnya yang out of control ini sering kali mengundang kekhawatiran teman-teman dekatnya, tetapi karena rasa sayangnya untuk perhatian-perhatian temannya itu setidaknya saat ini dirinya sudah cukup mulai bisa mengatur diri sendiri agar tidak mengecewakan teman-temannya.
Kelemahan dari gadis ini adalah daya ingat dan navigasinya yang buruk, tapi sikapnya yang ceria mampu menutupi kekurangan tersebut. Walau gadis ini sangat tidak suka kesepian dan lebih suka keramaian, terkadang jika moodnya sedang memburuk dia akan lebih suka jalan-jalan sendirian atau menghabiskan waktu tanpa diganggu daripada moodnya mengganggu orang lain. Indah dikenal sebagai seorang gadis yang nekat dan suka seenaknya, mau tahu seperti apa kenekatan seorang Indah?? Jika Anda mendengarnya maka dapat dipastikan Anda akan menganggap gadis ini sedikit kurang waras.
Jika ditanya karakter apa yang dominan dimiliki oleh Indah, maka jawabannya hanya satu yaitu mutlak sanguinis. Mengapa tidak dua karakter dominan? Karena ketiga karakter yang lain ditutupi dan ditunjukkan olehnya dengan karakter sanguinisnya yang kuat. Kadang karakternya tersebut sering kali membuatnya jarang menggantungkan diri terhadap orang lain, sehingga kalau dianalisis sifat kepemimpinannya, bisa dikatakan ia mungkin tidak bisa menjadi pemimpin yang kuat akan tetapi mampu menjadi penyokong pemimpin yang memimpinnya.
Indah sangat suka menulis dan berbagi ide, cerita, pengalaman lewat tulisan seperti blog atau sejenisnya. Jiwanya yang ekspresif tidak hanya ia tunjukkan melalui bahasa lisan dan tindakan, karena menurutnya terkadang ada juga yang harus diungkapkan melalui bahasa tulisan. Proses hidup akan terus berjalan, dan cerita tentang seorang Indah akan terus bertambah, mungkin dirinya saat ini seperti ini, tetapi 10 atau 20 tahun lagi akan menjadi rahasia yang sangat dinanti.
Terima kasih.