Senin, 20 Februari 2012

Mengenal Seorang Abah Rahardjo Ramelan

Wahh dari judul tulisan saya kali ini tentunya sudah jelas ya apa yang ingin saya ceritakan kali ini. Yups, hari ini saya akan bercerita tentang bagaimana saya mengenal seorang Abah Rahardjo Ramelan ini. :)
Saya terbiasa memanggil beliau hanya dengan panggilan "Abah", karena memang itu adalah panggilan yang sangat mengakrabkan. Okey, karena saya sedang malas bertele-tele kita langsung cerita saja ya... :D

Pertemuan saya dengan Abah saat itu terjadi ketika saya masih mahasiswi tingkat satu di bulan Juli setelah hampir satu tahun saya kuliah di ITB. Saat itu saya sedang melaksanakan kewajiban saya sebagai sekretaris acara Festival Kuliner Taman Ganesha. Saya hanya menjabat sebagai sekretaris pengganti karena sekretaris sebelumnya tidak ada tetapi berakhir dengan saya lah yang bertanggung jawab hingga acara selesai. Acara ini termasuk acara besar pertama yang saya ikuti selama di ITB, dan memang saat itu juga pertama kali saya menjabat seorang sekretaris hingga membuat saya terasa terkutuk menjadi sekretaris terus menerus untuk beberapa acara saya yang lain. (-.-"). Pada saat beberapa hari sebelum acara dimulai, ketua saya mengundang Abah untuk meminta bimbingannya dalam acara tersebut dan mengadakan pertemuan di ruangan sekretariat. Saat itu saya yang telat masuk ke sekretariat saya hanya heran dengan seorang sosok lelaki lansia berusia sekitar 70 tahun lebih, berkumis, rambut dikuncir, dan penampilannya sangat sederhana. Saya tidak tahu siapa beliau saat itu dan saya tidak terlalu tertarik untuk menyelidiki lebih lanjut karena beliau sedang sibuk berdiskusi dengan ketua saya. Hingga akhirnya pada saat pembicaraan antara mereka berdua selesai dan Abah mulai meninggalkan sekretariat, saya bertanya kepada ketua saya (Dicky), "itu tadi siapa Dick?", dan seperti biasa, Dicky hanya menjahili saya dengan jawabannya yang seolah-olah merahasiakan. Tetapi akhirnya tetap saja saya tidak menindaklanjuti pertanyaan saya, karena saya tahu jawabannya pasti akan lebih tidak ingin saya dengar.

Hingga tibalah kita di hari-H acara Festival Kuliner. Entah mengapa setiap hari H untuk acara-acara yang saya jalankan selalu saja ketika kondisi saya memburuk, sehingga sepanjang acara saya tidak banyak membantu kesibukan teman-teman saya. Dalam acara tersebut didirikan beberapa stand bambu untuk setiap jenis kuliner yang disajikan, dan ketika saya berkeliling mencoba memantau lokasi ternyata di salah satu stand ada Abah yang unik kemarin. Beliau menyewa salah satu stand dan mengisinya dengan beberapa barang kerajinan yang diolah dari limbah plastik yang telah didaur ulang dan dibuat menjadi pernak-pernik menarik seperti tas, tempat pensil, dompet, dsb. Abah itu sedang duduk sendirian di stand-nya, sepi sekali stand beliau, dan karena kebetulan saya tidak ada kerjaan maka saya langsung tancap ke tempat beliau, dengan pikiran, "akan lebih menyenangkan menemani beliau daripada tidak tahu harus mengerjakan apa".

Pembicaraan pertama pastinya diawali dengan perkenalan, dan ketika saya menanyakan nama beliau, beliau hanya bilang, "panggil saja Abah", tanpa menyebutkan nama aslinya. Okey, saya tidak masalah dengan itu, saya senang dengan pribadi beliau yang ramah ketika saya pertama kali mengajak beliau bicara. Seharian hingga penutupan acara beliau tidak hanya menemani saya mengobrol tetapi bahkan ketika saya mendapat tugas dadakan mengkonsep penutupan, beliau membantu saya dengan ide cemerlang yaitu "lilin kolam" dari limbah debog pisang. Ada timbal balik disana, saya menemani Abah menjaga stand dan Abah membantu saya memberi ide untuk beberapa hal yang terlupakan dalam acara. Hari itu adalah hari pertemuan saya dengan Abah. Hingga di akhir acara saya hanya mengenal sosok beliau sebagai "Abah" tanpa tahu nama lengkapnya, tanpa tahu background beliau sebenarnya siapa. Saya hanya senang membagi waktu saya bersama siapapun di sekitar saya. :)

Setelah beberapa hari bahkan bulan berlalu, suatu hari ada sms masuk ke hp saya. Di sms itu disebutkan bahwa pengirim pesan itu adalah Abah. Saat itu kebetulan adalah pas hari Ramadhan, dalam sms itu beliau mengajak saya untuk berbuka puasa bersama setelah sholat tarawih dengan beliau dan beberapa orang mahasiswa. Saya yang saat itu memang sedang tidak sibuk maka saya mengiyakan ajakan tersebut. Pada saat itu saya dikenalkan Abah dengan 3 orang ukhti yang kalau tidak salah ingat adalah mahasiswi ITB angkatan 2004 dan 2005. Kami berlima berbuka puasa bersama di warung Cek Mar di daerah balai kota Bandung. Warung ini hanya buka pada malam hari dan dikonsep sebagai sebuah warung prasmanan terbuka. Makanannya enak, dan saya menemukan gudeg favorit saya disana. :) Setelah selesai makan beliau mengantarkan saya dengan mbak-mbak itu ke kostan masing-masing. Dan tetap, saat itu pun saya masih tetap mengenal beliau hanya sebagai sosok Abah, saya masih belum tahu bagaimana latar belakang beliau. Mungkin teman-teman yang membaca ini akan berpikir saya kurang ati-ati atau terlalu mudah percaya dengan orang yang baru saja dikenal, tetapi memang tak saya sangkal seperti itu lah saya, saya memang mudah percaya, tetapi saya mampu membedakan orang-orang yang pantas untuk dipercaya dan tidak. Saat itu saya hanya yakin bahwa Abah adalah seorang yang bisa dipercaya.

Sejak saat itu Abah sering sekali mengajak saya seperti ke acara resepsi pernikahan, ITB Student Orchestra, dan beberapa acara makan lainnya. Saya tidak pernah ada rasa curiga sedikit pun, karena kemanapun Abah mengajak saya pergi saya bertemu dengan teman-teman saya di Kabinet dan beberapa kegiatan penting dimana saya dapat belajar lebih banyak hal. Abah juga selalu menginspirasi saya dengan ide-ide kreatif, inovasi-inovasi yang ada di negeri ini, dan kemampuan untuk memandang masyarakat dengan sudut pandang yang berbeda serta konsep pemandangan dimana kamu bisa menjadi community developer untuk orang-orang di sekitarmu. Kesibukan saya di Kabinet KM ITB membuat saya cukup banyak terlibat dengan beberapa acara yang diselenggarakan di ITB, dan saat itu saya heran karena untuk beberapa acara seminar saya sering kali bertemu dengan Abah yang diundang sebagai tamu VIP maupun sebagai juri, sehingga membuat saya ingin mengorek lebih lanjut informasi tentang siapa Abah sebenarnya. Hingga setelah satu tahun saya mengenal Abah, baru lah saya tahu identitas Abah sebenarnya.

Beliau adalah Abah Rahardjo Ramelan, merupakan salah satu dosen S1 dan S2 di Sekolah Bisnis dan Manajemen, ITB (baru sadar, pantas saat itu Dicky minta bimbingan beliau, hehe). Beliau juga merupakan komisaris Jabar Ventura. Walaupun saya sudah tahu identitas beliau sebenarnya, tetapi itu tidak mengubah apapun, karena sebelum itu selama satu tahun sebelum saya tahu siapa Abah sebenarnya, saya telah mengenal Abah sebagai sosok orang tua saya, yang mampu mengingatkan ibadah saya, memarahi saya, menegur saya ketika salah, menghimbau saya kepada hal-hal yang inovatif, memperhatikan kesehatan saya yang memang tak pernah stabil, beliau terkadang lebih mengenal saya daripada saya sendiri, dan itu bahkan selama satu tahun dengan identitas seorang "Abah". Saya tidak tahu bahwa beliau seorang dosen ataupun seorang komisaris. Hubungan saya dengan abah saat ini pun tetap sama, tidak ada yang berubah. Terima kasih Abah, karena sudah menjadi sahabat dan orang tua saya. :)

Owh iya, Abah sangat baik terhadap semua mahasiwa-mahasiwa yang dikenalnya. Berikut ini saya mau lampirkan beberapa foto yang menjadi kenangan saya dengan Abah. :D (bingung mau ditaruh dimana, jadi ditumpuk di akhir saja.. hehe)
Syukuran ITB FAIR 2010 di rumah Abah
rumah Abah tampak dari atas samping
acara gathering FKK 2008
Mengapa banyak foto yang diambil di rumah Abah?? karena beberapa kali saya meminjam rumah Abah sebagai tempat untuk mengadakan beberapa kegiatan saya dan teman-teman saya. Hehe,... dan yang terakhir foto bersama Abah. :)
nonton ITB Student Orchestra bersama Abah (sebelah kiri)
dan Kak Ilman (sebelah kanan) 

10 komentar:

  1. beliu adalah sosok yang sangat menyenangkan. sosok yang bisa menginspirasi semua. telah 3 tahun kami anak pertukaran pemuda asian - Jepang menempati rumah beliu di Ciputat untuk training.
    I love U abah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh kakak salah satu dari mahasiswa pertukaran asean itu ya? hehe...
      abah sering cerita tentang kakak-kakak... saya tadinya ingin ditemukan
      dan dikenalkan ke kakak-kakak oleh abah, tetapi belum ada waktu yang
      tepat.. :)

      Hapus
  2. Sister, nice to read your blog. Abah is coming to Kampung School on Sunday, May 4th 2014. Who knows you are around please visit https://kampungschool.org/.

    Greetings from Cimande.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hello... i've visited your website. And it's an interesting program. (^o^)
      I'm sorry that i can't join Abah to come to Kampung School tomorrow because my work. T_T
      But, hopefully I have a chance to visit there one day. (^_^)

      Hapus
  3. Abah.. sosok yg sangat rendah hati tapi berjiwa muda dan besar.. tgl 18 september ini mau ketemu sama beliau.. semoga diberi kelancaran saat sharing sm Abah di Universitas Brawijaya Malang

    BalasHapus
  4. Rindu dengan Abah. Sosok luarbiasa yg pernah membantu saya saat memulai bisnis pendidikan di Medan (2003). Sayangnya 3 tahun belakangan saya sedang mengalami sedikit masalah sehingga segan untuk menghubungi Abah. Kalo dek Indah ketemu beliau dalam wkt dekat, tolong sampaikan salam saya. Fadiya di Medan.

    BalasHapus
  5. Abah,, tiba-tiba saya kangen...... :)

    BalasHapus
  6. Saya panggil abah dengan sebutan bapak... Kangen da lama gk dengar suarax .. Bapak.. Gimana kabarx ya skarang

    BalasHapus
  7. Innalillahi wainnaillaihi rojiun, tadi malam beliau berpulang. Semoga semua amal ibadahnya diterima Allah SWT. Aamiin YRA

    BalasHapus
  8. Allahumaghfirlaha warhamha wa afihi wafuanha

    BalasHapus