Kamis, 26 September 2013

Satu Tahun Bab Cerita (part 1)

Alhamdulillah.. alhamdulillah... alhamdulillah... Allahuakbar!! :)

Alhamdulillah aku sedang bahagiaaaaaaaaa sekali saat ini, dan tentunya kebahagiaan ini tak mudah untuk mendapatkannya.., hanya dengan ridho Allah lah kebahagiaan ini dapat diperoleh... :) 
Setelah sekian lama tidak mengukirkan cerita di blogku ini, kali ini aku punya cerita panjang dari hari-hari, minggu-minggu, dan bulan-bulan terakhir yang telah aku lewatkan.. oke aku mulai sekarang yak!! hehe.. :D

Keputusan untuk melanjutkan studi apoteker ini sebenarnya adalah salah satu dari sekian keputusan tersulit yang harus kubuat dalam hidupku. Aku sebenarnya bukan orang yang visioner, bahkan sebelumnya aku tidak merencanakan untuk mengambil apoteker sama sekali. Aku ingin segera kerja dan membantu finansial keluarga. Hanya karena ibuku yang berkata, "ambillah nduk.. ambillah.. insya Allah masa depanmu akan lebih baik..". Sejujurnya maksud kalimat ibuku tersebut masih absurd untukku, tapi akhirnya aku putuskan untuk mengambil studi apoteker ini, hanya untuk ibuku, hanya untuk ibu. 

Perjuangan kuliah selama satu tahun sungguh sangat tak mudah, tentunya karena alasan finansial. Aku cukup beruntung karena aku mendapatkan beasiswa SPP selama satu tahun (FYI, biaya SPP apoteker adalah sebesar 6 juta per semester). Sayangnya aku tidak mendapatkan beasiswa biaya hidup sama sekali. Lalu bagaimana caraku agar bisa bertahan hidup dan kuliah dengan baik disini? Percayalah, aku hanya bisa bersyukur memiliki Allah Yang Maha Kaya dan Maha Pengasih yang selalu menemaniku.

Salah satu prinsipku, "Setiap masalah selalu ada jalan keluarnya, dan jalan keluar itu hanya selalu ditunjukkan pada mereka yang benar-benar berusaha mencarinya dan tak kenal putus asa". Lalu bagaimana dengan masalah finansialku? tentunya ada jalan keluar untuk itu.

Semester satu, alhamdulillah karena hubungan baikku dengan dosen, aku mendapatkan beberapa job dari dosenku, baik proyek maupun menjadi panitia-panitia kegiatan seminar. Kesibukanku mengurus kegiatan tersebut cukup menyedot waktu belajar dan istirahatku tetapi tidak mengganggu nilai kuliahku. Dalam waktu dua bulan aku mengerjakan 2 proyek dan 2 seminar sekaligus. Gaji yang kuterima dalam mengurus acara itu mungkin tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk mengcover kebutuhan makan, transportasi, komunikasi, dan akademikku setidaknya dua bulan (dengan rata-rata pengeluaranku setiap bulan hanya bekisar antara 500-800ribu, tergantung kebutuhan). Di akhir kuliah semester satu kita diharuskan untuk magang selama 2 bulan. Selama dua bulan itu aku tidak bisa kerja part-time apapun, sehingga hanya mengandalkan uang sisa tabungan dan simpanan dari kiriman orang tua. Untuk mencegah terjadinya defisit tabungan, aku harus mengatur pengeluaranku dengan baik. Dengan jatah uang yang hanya 500ribu per bulan untuk 2 bulan, maka yang bisa kulakukan adalah dengan mengurangi pengeluaran uang makanku (masak adalah solusi terbaik untuk menghembat biaya makan), gunakan angkot hanya untuk transportasi jarak jauh (jarak antara 500 meter - 1 km lebih baik jalan kaki), hemat pulsa (untungnya hapeku hape jadul, hehe jadi lumayan irit karena gak ada yang sms.. hehe), dan yang terakhir "belilah apa yang kamu butuhkan, bukan apa yang kamu inginkan". Selesai magang, maka selesai sudah perjuangan semester satu.

Perjuangan berlanjut ke semester dua. Menurutku, di semester dua ini lah diriku paling kelabakan. Kebutuhan finansial untuk akademik sangatlah besar di semester dua ini. Bisa dikatakan di semester dua ini waktu kerjaku lebih besar dibanding waktu belajar dan istirahatku. Awal semester aku sudah mulai defisit, ya iya lah gak ada penghasilan tambahan selama magang semester satu, huks. But it's okay, i just have to believe that i will be okay. Start semester dua aku langsung mulai kerja dari ngajar privat hingga jualan kue di kelas, at least hasilnya cukup untuk makan dan transportasi sehari-hari. Bulan kedua semester dua kumulai dihadapkan pada kebutuhan dana persiapan ujian, perlu kalian tahu kebutuhan ujian apoteker ini sangatlah besar mulai dari biaya buku (sekitar 2 juta), pembayaran STRA (sekitar 1 juta), biaya alat ujian ( sekitar 1,5 juta), biaya lain-lain selama ujian (sekitar 1 juta), dan aku harus memikirikan dari mana uang untuk biaya makan, transport, serta akademikku selama 4 bulan ke depan (sekitar 3 juta). Jujur dengan kebutuhan uang yang kalo dijumlahkan lebih dari 9 juta itu bagaimana cara aku mendapatkan uang itu dalam sekejap? padahal kiriman uang dari orang tua hanya 400ribu per bulan yang berarti aku harus mencari cara untuk mendapatkan uang 7 juta dalam seketika. Fyuhhhh~~..modal utama yang kumiliki hanyalah kerja keras, otak, dan koneksi. 

Dengan modal otak dan kerja keras, aku berusaha mencari uang dengan tetap ngajar privat, berjualan kue di kelas, dan serabutan di seminar-seminar yang hasilnya alhamdulillah cukup untuk makan sehari-hari. Untuk dana membeli buku aku bekerja dengan memfasilitasi fotokopi buku apoteker angkatanku. Setiap satu buku yang kufotokopi aku ambil keuntungan sekitar 1-2 ribu rupiah, yang alhamdulillah setidaknya aku mendapatkan beberapa buku gratis. Dari alumni-alumni farmasi aku juga mendapatkan pinjaman beberapa buku yang mampu melengkapi kebutuhan bukuku untuk ujian. :)

Berbagai pekerjaan yang kulakukan semester dua itu masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan ujianku nanti. Karena terlalu banyak pekerjaan yang kulakukan akhirnya fisikku pernah satu kali harus drop hingga harus dibawa ke UGD. Setelah keluar dari UGD aku berpikir, aku harus mencari jalan tambahan untuk mengatasi masalahku. Akhirnya saat itu aku memberanikan diri untuk menghubungi beberapa alumni SMA dan jurusanku. Dari sekian alumni yang kuhubungi alhamdulillah terkumpul dana 2 juta untuk membantu ujianku. Lalu dana kiriman dari orang tuaku yang dikirim setiap bulan akhirnya kugunakan untuk memenuhi kekurangan dana yang berhasil kukumpulkan. Alhamdulillah segala kebutuhan finansial ujian berhasil dikumpulkan satu bulan sebelum ujian. "Semangat aku harus lulus dari studi apoteker ini!" adalah kalimat penyemangatku saat aku mulai putus asa dan lelah dengan perjuanganku. 

Semester dua yang kusibukkan untuk mencari uang, membuatku lupa menyiapkan mental untuk menghadapi ujian. Alhasil satu bulan sebelum ujian lah aku baru sadar, "Ya Ampuuuun ujian tinggal satu bulan lagi?!". Selama satu tahun aku hanya sibuk mencari uang dan belajar mata kuliah harian, sehingga aku belum menyiapkan diri secara khusus untuk ujian. Terkadang ada untung dan ruginya menjadi orang yang "fokus", yah kalo lagi fokus pada satu hal maka akan lupa hal lain. Dan inilah ceritaku satu bulan sebelum ujian dan satu bulan selama ujian....

(To be continued at part 2).
Hasil fisik kerja satu tahun... :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar