Jumat, 27 September 2013

Satu Tahun Bab Cerita (part 2)

Watchau!!! waktu ujian udah di depan mata...!! syubidubidubidulalala~~, berikut cerita saya sebelum dan saat ujian apoteker.. :D

4-8 Agustus 2013
Aku rasa ramadhanku tahun ini cukup terdistraksi karena ujian apoteker. Setelah menyelesaikan kegiatan magang semester dua dan seluruh kegiatan birokrasi persiapan ujian, akhirnya aku bisa pulang kampung untuk 'menikmati' ramadhan. Ramadhan tahun ini sungguh tak tenang, sangat tak tenang. Aku pulang dengan membawa sekoper buku dan penuh niat untuk mempelajarinya ketika aku sudah di rumah. Tetapi apa yang terjadi? baru kali ini aku merasakan sulitnya belajar. Rasa takut yang mulai mendatangiku telah membuatku menjadi orang terbodoh pada masaku. Empat hari di rumah tidak ada progress berarti dalam belajarku, apa yang telah kupelajari dengan mudahnya menguap dalam satu hari. Huffffhhhhttttt~~ yups baru kali ini aku mengalami depresi akut pada diriku sendiri. Ini yah ternyata rasanya depresi itu?! -_____-". Begitulah lebaranku berlalu yang lebih didominasi oleh rasa khawatir menghadapi ujian dibandingkan euforia hari raya.

11 Agustus 2013
Lebaran telah berlalu, dan yang kupikirkan saat itu bukan lagi, "aku harus ikut ujian" tetapi menjadi "aku lebih baik mundur ujian". Aku merasa tak percaya pada diriku sendiri. Ujian hanya tinggal dua minggu lagi, dan disini aku bahkan belum ada satu materi pun yang berhasil kuserap dengan baik. Sepanjang hari aku berpikir, apa yang harus kulakukan? apa yang harus kulakukan? ahhhhhhh aku kesal!. Akhirnya hari minggu, 11 Agustus 2013, dengan berbagai pertimbangan aku memberanikan diri menelpon kaprodi apotekerku. Segera saat itu kusampaikan segala kekhawatiran dan niatku pada kaprodiku (oke, sebut saja ibu C). Kusampaikan pada beliau, "Ibu, bolehkah saya mengundurkan diri dari ujian? bolehkan kalau saya ikut ujian yang gelombang berikutnya saja? Mental saya belum siap dan persiapan saya sangat kurang sekali.", lalu apa jawaban ibu C? setelah mendengar segala keluh kesahku, kemudian beliau berkata, "Indah, ibu kasih kamu waktu satu malam untuk mempertimbangkan kembali keputusanmu. Besok ibu telpon kamu lagi."

Satu malam berlalu begitu saja dengan kebulatan keputusanku untuk tetap tidak ikut serta dalam ujian dahulu. Hari berikutnya ibu C benar-benar menelponku, tetapi bukan untuk mendengarkan keputusanku melainkan dalam detik pertamanya beliau langsung berkata, "Ndah, kamu tetap harus ikut ujian yang sekarang! Ada pergantian kurikulum mulai semester ini, jadi kalau kamu undur ujian kamu maka akan sulit untuk memprosesnya, apalagi kamu anak beasiswa. Jangan takut, kamu pasti bisa. Jangan takut gagal, ibu dulu juga pernah gagal ujian apoteker kok, hehe (aku: demi apa kaprodiku sendiri pernah gagal ujian ini?! :O ). Ada dua jenis kesombongan pada diri manusia, yaitu adalah ketika dia terlalu percaya diri dan ketika dia terlalu rendah diri. Yang bisa kamu lakukan hanyalah berusaha dan berikhtiar, kamu tidak berhak untuk menilai kemampuanmu sendiri, yang bisa mengukur kemampuanmu hanyalah Allah. Jika Allah percaya kamu mampu, maka kamu pasti diluluskan dari ujiannya, tetapi jika belum, maka kelulusan itu hanya ditunda oleh-Nya. Makanya nak, ayo kembali berjuang!" Dengan bujukan ibu C itulah akhirnya aku kembali mendapatnya lilin terang dalam kegelapanku, dan akhirnya aku memutuskan untuk kembali berjuang dalam ujian Allah ini.

14 - 24 Agustus 2013
Satu setengah minggu sebelum ujian aku sudah tiba kembali di Bandung dan mulai menyiapkan segala kebutuhan ujianku. Sayangnya kembali aku dihadapkan pada persiapan logistik dibandingkan persiapan materi belajar. Dalam waktu satu minggu aku sibuk kesana kemari menyiapkan perbekalan yang harus dibawa untuk ujian nanti, mulai dari buku hingga tetek bengen alat tulis menulis. Secara materi pustaka aku bahkan tidak banyak akses selama satu minggu itu, aku hanya mempersiapkan format tulisan apa aja yang harus kutulis untuk ujian tulis minggu depan. Setidaknya yang kupikirkan saat itu adalah, "apapun soalnya nanti, yang penting standar bagaimana aku akan mengerjakannya harus sudah siap sehingga aku tidak kelabakan di hari H." Di sisa-sisa waktu yang tersisa, bersama teman-teman yang lain kami masih mencoba untuk melakukan simulasi ujian. Dalam simulasi saat itu aku mengerjakan contoh sediaan tablet. Entah merasa beruntung atau tidak, tetapi simulai tablet itu lah satu-satunya teori yang kupelajari untuk persiapan ujian kali ini. #sepertinyaakubunuhdiri!!!

26-27 Agustus 2013
Dua koper berisi buku untuk
diletakkan di ruangan ujian.
Dag dig dug duerrrr!! hari ujian telah tiba! ujian telah tiba! Sumpah gimana sih kita ngejalani ujian yang terkenal sebagai ujian terberat se-Asia Tenggara ini? kamu harus coba jika ingin merasakan bagaimana sensasinya mengerjakan ujian apoteker di ITB ini! (saran menyesatkan). Hari Minggu, 25 Agustus, kita mulai mempersiapkan ruangan ujian kita masing-masing, mulai dari angkut-angkut buku ke kampus hingga akhirnya lomba desain menyusun buku di meja masing-masing, haha. Percayalah, kegiatan ini semakin membuktikan betapa kekarnya cewe-cewe farmasi ITB! :D

Tahap pertama ujian apoteker ITB adalah ujian tulis. Dalam ujian ini masing-masing orang mendapatkan satu jenis obat yang harus dikaji mulai dari dasar zat aktifnya, cara pembuatannya, tujuan dan cara penggunaannya untuk pasien, hingga evaluasi akhir obat. Untuk ujian tulis ini kita diberi waktu dua hari untuk mengkajinya. Seluruh kajian yang kita tuliskan harus berdasarkan pustaka (makanya kita harus punya hampir seluruh buku farmasi). 

Pada ujian tahap pertama ini aku mendapatkan soal sediaan obat "Injeksi Orsiprenalin". Woooow! mau tau apa reaksiku saat membaca soal itu? "Ampuuun! aku belum belajar injeksi sama sekali bu!!", "Orsiprenalin??? obat apaan ini pulan?!", sumpah pengen nangis rasanya!. Detik pertama ujian aku masih cukup bingung apa yang harus kulakukan, tetapi beberapa menit kemudian akhirnya aku kembali mendapatkan sense untuk mengerjakan soal itu. Aku mulai dengan mencari semua pustaka tentang obat itu. Dalam soal itu aku menemukan beberapa kendala tetapi juga beberapa kemudahan.

(+) Teori dasar tentang zat aktif (orsiprenalin) tersebut banyak tersedia di buku
(+) Teori evaluasi tentang zat aktif juga cukup banyak tersedia di buku
(+) Obat ini kalau dalam bentuk tablet biasanya digunakan untuk mengobati asma, tetapi jika dibuat dalam bentuk injeksi maka obat ini digunakan untuk mengobati bradikardi (penurunan detak jantung) --> dasar keputusan penggunaan ini hanya aku temukan pada satu buku dari sekian buku, tapi alhamdulilllah sangat membantu sekali!! :)

(-) Obat bentuk injeksi orsiprenalin ini tidak ada di Indonesia
(-) Teori pembuatan obat hanya tersedia untuk pembuatan dalam bentuk tablet orsiprenalin, tidak ada untuk pembuatan bentuk injeksinya.

Dengan segala kerumitan jenis obat yang aku peroleh itu akhirnya aku  mulai segera menulis kajian obat tersebut. Format tulisan yang sudah kusiapkan sebelum ujian sangat membantuku agar tidak bingung mengerjakan soal walaupun aku belum belajar tentang injeksi sama sekali. Hari pertama ujian aku masih hanya menuliskan informasi-informasi dasar tentang obat dan hanya berhasil menulis 10 halaman saja. Akhirnya waktu ujian hari pertama selesai, lalu aku pulang. Setelah pulang aku dan teman-teman yang lain mulai kembali melanjutkan mengerjaan soal kami masing-masing. Malam itu aku melanjutkan mengerjakan soal agar besok di hari kedua aku hanya cukup menyalin ulang apa yang telah aku kerjakan malam itu di kertas ujian, dan tidak repot harus mengkaji teori-teori kembali. Sepanjang malam aku mulai menyelesaikan seluruh kesulitan dari obat yang aku terima. Dengan bantuan dari teman-teman, alhamdulillah seluruh permasalahan soalku malam itu menemukan titik-titik terangnya. Tepat jam 05.00 pagi aku baru selesai mengerjakan seluruh soal. Agar kondisi tubuh tidak terlalu buruk akhirnya aku sempatkan untuk tidur sekitar satu jam. Dengan waktu tidur yang cukup singkat itu aku melanjutkan hari kedua ujian dengan penuh semangat.

Hari kedua ujian akhirnya aku hanya cukup menyalin ulang apa yang telah kutulis di malam hari ke lembar ujian. Dalam rentang waktu dari jam 08.00 - 17.00 alhamdulillah aku berhasil menambahkan 32 halaman tambahan ke lembar jawabanku. Akan tetapi karena keterbatasan waktu, ada beberapa sub-bab jawaban yang tidak sempat aku tulis. Di hari kedua ujian, ruangan ujian sudah beraroma seperti toko koyo, haha. Karena tangan kami sakit untuk menulis berlembar-lembar jawaban, sebagian besar dari kami menggunakan koyo untuk mengurangi rasa sakit, hehe.

Ujian hari kedua pun selesai, dengan 90% berhasil menuliskan seluruh jawaban (10% tidak tertulis karena waktu kurang), aku pasrah dengan apa yang telah kukerjakan. Aku pasrah bagaimana dosen penguji menilai jawabanku itu nanti, yang bisa kulakukan selanjutnya adalah istirahat sejenak dan kemudian menyiapkan diri untuk ujian tahap II.

(To be continued at part 3)

2 komentar:

  1. waduuuh masih berlanjut ceritanya..
    semoga ujiannya selalu lancar dan lulus dengan hasil yg sesuai dengan harapan ya sist :))
    jd rindu masa2 mahasiswa :))

    salam EPICENTRUM

    wait for visit :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah lulus kok.. hehe lanjutan ceritanya bentar yaa,, lagi sakit soalnya.. thanks for ur visit. :)

      Hapus