Masa transisi itu dimulai saat aku berusia 17 tahun, di mana
saat itu aku diterima kuliah di perguruan tinggi dan harus memulai
perantauanku. Aku yang sejak kecil tidak pernah diizinkan orang tuaku bahkan
hanya untuk menginap satu malam saja di rumah orang lain, tentu kepergianku cukup
menjadi masalah berarti bagi mereka. Tapi yah memang ada jiwa pemberontak dalam
diriku yang tetap nekat pergi meninggalkan kampung halaman, selain untuk
pendidikan juga untuk pengalaman. Lima tahun perantauan kuliah kusambung dengan
tiga tahun perantauan kerja, dan akhirnya muncul lah memorandum kuat dari orang
tua bahwa sudah saatnya aku pulang. Aku sebenarnya ingin pergi lebih jauh, jiwa
berkelanaku belum puas hanya dengan 8 tahun itu. Aku masih haus dengan
pengalaman dan impian. Tapi apa yang harus kulakukan, mungkin saat ini waktunya
aku istirahat sejenak, menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersama orang tua, kembali
menjadi kaki tangan ibuku yang setiap hari semakin menua, menjadi sahabat
adik-adikku 24 jam setiap harinya, dan mungkin kembali merencanakan langkah
masa depan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Saat ini aku pulang, memberikan
sebanyak mungkin waktu yang bisa kuberikan kepada keluargaku tersayang, dengan
ketidakpastian apakah aku akan seterusnya menetap di rumah atau kembali
melanjutkan perjalanan lain entah kapan. Yang aku dan mereka mengerti sekarang,
aku pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar