Hari rabu, 20 April 2016, saya dan Bu Setyawati berangkat ke desa Pangkal Tapang dari jam 9 pagi berboncengan dengan motor. Di desa itu lah kami akan melakukan pemeriksaan kambing yang dimiliki oleh sekitar 10 orang janda yang tinggal di sana. Saya mengawali perjalanan dengan antusias yang tinggi karena pagi yang cerah. Tetapi antusias tersebut pun langsung berubah serius 15 menit kemudian saat saya menyaksikan bagaimana rusaknya satu-satunya jalan utama yang harus kita ambil untuk bisa ke lokasi. Akibat struktur aspal yang tidak baik, hujan selama beberapa bulan terakhir, aktivitas mobilisasi kendaraan besar, dan kurangnya fasilitas perawatan dan perbaikan jalan, maka tidak heran kondisi jalan utama tersebut semakin hari semakin memburuk. Hampir setiap 100-200 meter di jalan selalu kami temukan lubang besar yang harus kami waspadai. Hanya dari masalah yang timbul setelah lima belas menit perjalanan ini saja, saya langsung berpikir, "Tugas Ibu Set berbahaya dan berat sekali ternyata..". Tiga puluh menit setelah keluar jalan aspal, kami harus melewati jalan utama yang belum diaspal (baca: masih tanah merah), dan ingin tahu seperti apa kondisi jalannya? cek foto-foto di bawah ini. Saat melewati jalan tanah ini saya pun beberapa kali terpaksa harus turun dari motor dan berjalan kaki karena motor sulit untuk lewat. Sepanjang jalan Ibu Setyawati tak pernah berhenti memberikan saya senyuman sehingga membuat perjalanan yang tak mudah itu tetap terasa menyenangkan. Melihat bagaimana kondisi jalanan yang selalu dilewati Ibu Setyawati ini, membuat saya merasa tertampar dan menyesal karena saya sering mengeluhkan pekerjaan saya yang belum lah seberapa.
Setelah hampir satu jam melewati tanah merah, akhirnya kami tiba di lokasi jam 11 siang. Saat kami tiba di sana, langit tiba-tiba mulai mendung sehingga membuat rintikan hujan mengiringi empat jam waktu kami untuk memeriksa kambing. Satu persatu secara teliti Ibu Setyawati memeriksa kondisi kambing para janda tersebut. Kali ini saya bertugas membantu mencatat hasil pemeriksaan kambing. Kambing-kambing tersebut adalah bagian dari salah satu program konservasi ASRI, yaitu Program Kambing Untuk Janda. Program ini merupakan sebuah program yang fokus dalam kegiatan peningkatan nilai ekonomi dan sosial para ibu-ibu janda yang tinggal di sekitar Taman Nasional Gunung Palung dengan memberikan alternatif pencaharian melalui peternakan kambing agar aktivitas perambahan hutan dapat berkurang. Pemeriksaan yang dilakukan bu Setyawati pun tidak hanya memastikan pemerataan kambing, tetapi juga mengecek kesehatan kambing, kondisi kandang, dan melakukan pengobatan seperlunya untuk kambing yang sakit. Selama pemeriksaan saya melihat secara langsung bagaimana sabar dan cakapnya Bu Setyawati saat berkomunikasi dengan para janda serta betapa teliti dan pedulinya dia terhadap kesehatan kambing-kambing tersebut. She is the best!
Proses pemeriksaan kambing berakhir di jam setengah tiga sore dan kami pun langsung pulang setelahnya. Perjalanan pulang kami pun kembali diiringi oleh derasnya hujan yang sempat berhenti sebelumnya. Untuk pulang, kami harus kembali melewati jalan yang sama seperti saat kami berangkat. Di perjalanan pulang bu Setyawati berkata pada saya, "Alhamdulillah Mbak Indah hari ini kita bisa pulang awal, saya terkadang biasanya pulang malam karena langsung kejar dua desa sekaligus..". Mendengar hal itu, saya pun terdiam dan berpikir, "Di usianya yang sudah di atas 40 tahun ini, wanita ini harus bekerja dengan menempuh puluhan kilometer jalan rusak, berjam-jam menenggelamkan diri dan pikiran memeriksa kambing-kambing di kandangnya, tidak peduli cuaca hari itu cerah atau hujan, dan tak peduli waktu pagi, siang atau malam, ia selalu tersenyum dan melakukan pekerjaannya dengan maksimal. Betapa kecilnya saya!". Inilah mengapa Bu Setyawati yang rendah hati ini adalah salah satu wanita yang saya apresiasi dan kagumi. Dari pekerjaannya yang merupakan bentuk kontribusi nyata pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia itu, entah berapa puluh wanita (janda) yang telah tertolong kehidupannya dari segala dedikasi yang diberikan oleh Ibu Setyawati dalam pekerjaannya. Bulan April yang identik dengan peringatan hari Kartini dan hari Bumi ini pun, saya memilih memberikan penghargaan terbaik dan apresiasi tinggi kepada Ibu Setyawati yang sudah menjadi sahabat para ibu-ibu Janda di sekitar Taman Nasional untuk bersama-sama menjaga hutan kita. Pekerjaan hebat ini hanya bisa dilakukan oleh wanita yang hebat. Terima kasih Ibu Setyawati. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar