Masa transisi itu dimulai saat aku berusia 17 tahun, di mana
saat itu aku diterima kuliah di perguruan tinggi dan harus memulai
perantauanku. Aku yang sejak kecil tidak pernah diizinkan orang tuaku bahkan
hanya untuk menginap satu malam saja di rumah orang lain, tentu kepergianku cukup
menjadi masalah berarti bagi mereka. Tapi yah memang ada jiwa pemberontak dalam
diriku yang tetap nekat pergi meninggalkan kampung halaman, selain untuk
pendidikan juga untuk pengalaman. Lima tahun perantauan kuliah kusambung dengan
tiga tahun perantauan kerja, dan akhirnya muncul lah memorandum kuat dari orang
tua bahwa sudah saatnya aku pulang. Aku sebenarnya ingin pergi lebih jauh, jiwa
berkelanaku belum puas hanya dengan 8 tahun itu. Aku masih haus dengan
pengalaman dan impian. Tapi apa yang harus kulakukan, mungkin saat ini waktunya
aku istirahat sejenak, menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersama orang tua, kembali
menjadi kaki tangan ibuku yang setiap hari semakin menua, menjadi sahabat
adik-adikku 24 jam setiap harinya, dan mungkin kembali merencanakan langkah
masa depan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Saat ini aku pulang, memberikan
sebanyak mungkin waktu yang bisa kuberikan kepada keluargaku tersayang, dengan
ketidakpastian apakah aku akan seterusnya menetap di rumah atau kembali
melanjutkan perjalanan lain entah kapan. Yang aku dan mereka mengerti sekarang,
aku pulang.
Selasa, 28 Juni 2016
Minggu, 24 April 2016
Why I Admire This Woman
Hari rabu, 20 April 2016, saya dan Bu Setyawati berangkat ke desa Pangkal Tapang dari jam 9 pagi berboncengan dengan motor. Di desa itu lah kami akan melakukan pemeriksaan kambing yang dimiliki oleh sekitar 10 orang janda yang tinggal di sana. Saya mengawali perjalanan dengan antusias yang tinggi karena pagi yang cerah. Tetapi antusias tersebut pun langsung berubah serius 15 menit kemudian saat saya menyaksikan bagaimana rusaknya satu-satunya jalan utama yang harus kita ambil untuk bisa ke lokasi. Akibat struktur aspal yang tidak baik, hujan selama beberapa bulan terakhir, aktivitas mobilisasi kendaraan besar, dan kurangnya fasilitas perawatan dan perbaikan jalan, maka tidak heran kondisi jalan utama tersebut semakin hari semakin memburuk. Hampir setiap 100-200 meter di jalan selalu kami temukan lubang besar yang harus kami waspadai. Hanya dari masalah yang timbul setelah lima belas menit perjalanan ini saja, saya langsung berpikir, "Tugas Ibu Set berbahaya dan berat sekali ternyata..". Tiga puluh menit setelah keluar jalan aspal, kami harus melewati jalan utama yang belum diaspal (baca: masih tanah merah), dan ingin tahu seperti apa kondisi jalannya? cek foto-foto di bawah ini. Saat melewati jalan tanah ini saya pun beberapa kali terpaksa harus turun dari motor dan berjalan kaki karena motor sulit untuk lewat. Sepanjang jalan Ibu Setyawati tak pernah berhenti memberikan saya senyuman sehingga membuat perjalanan yang tak mudah itu tetap terasa menyenangkan. Melihat bagaimana kondisi jalanan yang selalu dilewati Ibu Setyawati ini, membuat saya merasa tertampar dan menyesal karena saya sering mengeluhkan pekerjaan saya yang belum lah seberapa.
Setelah hampir satu jam melewati tanah merah, akhirnya kami tiba di lokasi jam 11 siang. Saat kami tiba di sana, langit tiba-tiba mulai mendung sehingga membuat rintikan hujan mengiringi empat jam waktu kami untuk memeriksa kambing. Satu persatu secara teliti Ibu Setyawati memeriksa kondisi kambing para janda tersebut. Kali ini saya bertugas membantu mencatat hasil pemeriksaan kambing. Kambing-kambing tersebut adalah bagian dari salah satu program konservasi ASRI, yaitu Program Kambing Untuk Janda. Program ini merupakan sebuah program yang fokus dalam kegiatan peningkatan nilai ekonomi dan sosial para ibu-ibu janda yang tinggal di sekitar Taman Nasional Gunung Palung dengan memberikan alternatif pencaharian melalui peternakan kambing agar aktivitas perambahan hutan dapat berkurang. Pemeriksaan yang dilakukan bu Setyawati pun tidak hanya memastikan pemerataan kambing, tetapi juga mengecek kesehatan kambing, kondisi kandang, dan melakukan pengobatan seperlunya untuk kambing yang sakit. Selama pemeriksaan saya melihat secara langsung bagaimana sabar dan cakapnya Bu Setyawati saat berkomunikasi dengan para janda serta betapa teliti dan pedulinya dia terhadap kesehatan kambing-kambing tersebut. She is the best!
Proses pemeriksaan kambing berakhir di jam setengah tiga sore dan kami pun langsung pulang setelahnya. Perjalanan pulang kami pun kembali diiringi oleh derasnya hujan yang sempat berhenti sebelumnya. Untuk pulang, kami harus kembali melewati jalan yang sama seperti saat kami berangkat. Di perjalanan pulang bu Setyawati berkata pada saya, "Alhamdulillah Mbak Indah hari ini kita bisa pulang awal, saya terkadang biasanya pulang malam karena langsung kejar dua desa sekaligus..". Mendengar hal itu, saya pun terdiam dan berpikir, "Di usianya yang sudah di atas 40 tahun ini, wanita ini harus bekerja dengan menempuh puluhan kilometer jalan rusak, berjam-jam menenggelamkan diri dan pikiran memeriksa kambing-kambing di kandangnya, tidak peduli cuaca hari itu cerah atau hujan, dan tak peduli waktu pagi, siang atau malam, ia selalu tersenyum dan melakukan pekerjaannya dengan maksimal. Betapa kecilnya saya!". Inilah mengapa Bu Setyawati yang rendah hati ini adalah salah satu wanita yang saya apresiasi dan kagumi. Dari pekerjaannya yang merupakan bentuk kontribusi nyata pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia itu, entah berapa puluh wanita (janda) yang telah tertolong kehidupannya dari segala dedikasi yang diberikan oleh Ibu Setyawati dalam pekerjaannya. Bulan April yang identik dengan peringatan hari Kartini dan hari Bumi ini pun, saya memilih memberikan penghargaan terbaik dan apresiasi tinggi kepada Ibu Setyawati yang sudah menjadi sahabat para ibu-ibu Janda di sekitar Taman Nasional untuk bersama-sama menjaga hutan kita. Pekerjaan hebat ini hanya bisa dilakukan oleh wanita yang hebat. Terima kasih Ibu Setyawati. :)
Label:
Cerita,
Moment,
Pengalaman baru,
Renungan,
Tentang sekitar
Minggu, 21 Februari 2016
Diet bukan cuma urusan body, tapi agar hidup kamu lebih menyenangkan!
Biasanya untuk tulisan yang bertema diet ada foto before-afternya entah di sisi kanan atau kiri tulisan, tapi untuk kali ini gak usah aja lah ya ntar pada kaget orang-orang ngeliat foto saya, hahaha (pede tingkat dewa!). Okay, tulisan kali ini terinspirasi oleh beberapa komentar yang saya terima sebulan terakhir mulai dari, "Ndah kok loe kurusan?", "Ndah, jangan kurus ah! gak sehat!", "Ndah, cakepan pas cubby dulu deh!", "Ndah..." , "Ndah..." and "Ndah..". Oke, pada intinya ada pro dan kontra dengan alasan kenapa sekarang saya dari 65 kg berubah menjadi 54 kg dan kenapa saya yang dari bentuk buah pear berubah menjadi biola (hahaha masih jauh dari bentuk biola sebenarnya, tapi gak papa lah sebentar lagi juga tercapai). Sebenarnya mengapa sih saya harus rempong banget berbulan-bulan ngerjain program diet ginian? Tolong perkenankan hamba menjelaskannya pada paduka yang mulia.. hehe
1. Saya adalah seorang praktisi kesehatan
Bekerja di klinik dimana saya selalu bertemu dengan berbagai pasien dengan variasi penyakit yang berbeda-beda di usia relatif dari muda hingga tua membuat saya otomatis termotivasi untuk menjaga kesehatan saya (alasan yang hebat kan?! haha). Tapi selain itu, posisi saya sebagai praktisi kesehatan yang harus selalu mengedukasi pasien untuk menerapkan pola hidup sehat tentu tidak akan berhasil jika pasien melihat kondisi saya yang dulunya gemuk, bungkuk, pucat, kantong mata tebal (Gimana pasien mau nurut kalo yang ngasih saran aja orangnya meragukan?! #petirmenyambar). So, dari sini lah saya mulai menerapkan pola hidup sehat pada diri saya terlebih dahulu sebelum saya menyarankan pada pasien-pasien saya.
2. Diet lah untuk tubuh yang normal, bukan untuk tubuh yang kurus
Orang sering kali berpikir diet hanya untuk ngurusin tubuh, hei hei hei! jika ada dari kalian yang diet cuma buat ngurusin tubuh jangan berpikir buat diet lah! Diet yang tepat adalah diet dengan tujuan untuk 'menormalisasi tubuh kamu'!. Maksudnya menormalkan tubuh itu apa coba? ya berarti lakukan diet untuk membentuk postur tubuh yang sempurna mulai dari tegapnya tulang belakang hingga lurusnya posisi bahu dan kaki. Lakukan diet untuk menjaga kadar kolesterol dan gula selalu dalam rentang normal, kalian gak mau kan di usia muda udah terancam penyakit degeneratif di usia tua nanti? makanya ganti pola makan dan olahraga dari sekarang!
3. Tubuh lebih fit saat beraktivitas
Saat tubuh saya 65 kg rasanya sulit sekali bagi saya untuk beraktivitas bahkan hanya untuk bangun dari tidur saya, apalagi kalau harus melakukan aktivitas lain yang lebih berat?! #males banget pokoknya. Frustasi karena tidak ada tenaga atau semangat untuk melakukan segala aktivitas ini lah yang menjambak saya untuk menurunkan berat badan saya. And I'm right! sekarang dengan berat badan ideal sangatlah mudah untuk saya beraktivitas dari yang hanya kerja duduk di kantor hingga saat saya harus hiking ke gunung. Tubuh saya tidak pernah mengeluh lagi untuk seringan atau seberat apapun rutinitas saya setiap hari, #terharu huks. :p
4. Baju tidak cocok dipake? bukan bajunya yang salah, tapi postur tubuh yang kurang pas
Saya mungkin bukan termasuk orang yang doyan beli baju ngikutin fashion kekinian, saya termasuk orang yang bisa dibilang beli baju hanya dua kali setahun. Tetapi apa yang terjadi jika tiba-tiba gak ada baju yang bagus dipakai lagi karena entah kekecilan atau mungkin tidak pas dengan bentuk tubuh? ya yang salah bukan bajunya, tetapi kembali ke bentuk tubuh! #mewekdipojokan. Saya yang paling gak doyan ngehabisin uang buat beli baju yang gak penting akhirnya memilih jalur 'kembali ke bentuk tubuh yang pas' sebagai solusi agar baju-baju saya yang lama bisa kembali dipakai di tubuh. Dan benar, dengan postur tubuh yang tepat mau pake baju apapun akan nyaman di tubuh, entah baju kecil atau besar, modis atau sederhana, apapun pasti nyaman dipakai. Percaya lah, tubuh yang oke bikin kamu pede dimanapun dan kapanpun!
5. Makanan enak terasa semakin enak
Ini adalah salah satu alasan yang paling saya sukai mengapa saya menjalankan program diet ini. Efek dari setiap hari yang hanya makan buah, low karbohidrat, low sugar, dan low oil ternyata membuat saya bisa bahagia hanya karena bisa makan sebuah donat atau seporsi bakso atau seporsi sate ayam setiap dua minggu sekali. Makanan enak ternyata terasa lebih enak ketika dinikmati setelah sekian lama tidak menyantapnya. Ini lah yang membuat saya senang menjaga pola makan saya, agar ketika makan makanan enak bisa jadi lebihhhhhh enak! :)
Itulah alasan-alasan saya mengapa saya harus mempunyai tubuh yang ideal, so how about you? :)
Langganan:
Postingan (Atom)