Senin, 12 Maret 2012

Habit.

Sembari menyantap hidangan sahur, saya teringat ada percakapan menarik yang ingin saya bagi kali ini. :)

Percakapan ini kalau tidak salah terjadi 6 hari yang lalu antara saya dan sahabat saya. Hari itu sahabat saya berencana untuk menginap di kost saya mengerjakan draft TA. Saat itu saya selesai ngelab jam 5 sore sementara sahabat saya selesai kuliah jam 6 sore, otomatis sambil menunggu sahabat saya selesai kuliah saya menghabiskan waktu dengan menikmati kecepatan wireless kampus di Selasar Farmasi. Setelah hampir satu jam menunggu akhirnya sahabat saya datang. Saat saya mulai beranjak bangkit dari posisi duduk saya dan mulai berjalan bersama teman saya tampak di hadapan saya ada seorang bapak yang masih duduk di Selasar Farmasi sekitar 100 meter dari posisi duduk saya sebelumnya. Saat berjalan melewati bapak tersebut saya secara otomatis langsung mengucapkan, “mari Pak, saya duluan...”, dan jawaban dari bapak tersebut, “Owh iya neng...”. Melihat apa yang baru saya lakukan teman saya langsung bertanya, “siapa itu Ndah?”, dan saya hanya menjawab dengan polosnya, “Hehe,.. nggak tahu.. nyapa aja...”. Setelah mendengar jawaban saya itu entah mengapa membuat teman saya menjadi heran, “Heh.. kok kamu bisa Ndah nyapa orang yang gak dikenal?”, saya menjawab pertanyaan teman saya itu dengan senyuman, “Hehe.. sudah kebiasaan Jiel..”, dan teman saya lanjut bertanya, “Maksudnya? Kebiasaan nyapa?”, lalu saya mencoba menjelaskan kepada teman saya itu, “mungkin bisa dibilang begitu.. semuanya berawal dari kebiasaan yang selalu diterapkan orang tua saya Jiel..”, dan jawaban singkat itu ternyata juga kurang cukup dimengerti teman saya. Akhirnya saya menceritakan kepada teman saya tentang kebiasaan saya tersebut., “Rumah saya itu kan letaknya paling ujung dari mulut gang Jiel, yang otomatis jika saya pulang ke rumah pasti melewati rumah tetangga-tetangga saya yang lain. Sejak saya kecil orang tua saya selalu menekankan kepada saya bahwa jika saya melewati rumah tetangga dan melihat ada tetangga saya ada di depan rumah mereka atau bertemu di jalan, saya harus menyapa mereka. Karena menurut orang tua saya, kita bisa menjadi anak yang gak sopan dan sombong kalau tidak menyapa, apalagi mereka lebih tua daripada kita. Akhirnya karena sudah dibiasakan dari kecil, hal itu selalu otomatis dilakukan. Bahkan ketika saya naik motor, saat sudah masuk gang menuju rumah, saya akan otomatis memperlambat laju motor dan membunyikan suara klakson dengan volume secukupnya sambil menganggukkan kepala plus senyuman saat ingin menyapa para tetangga karena tidak bisa menyapa dengan panggilan suara sendiri. Jadi ya begitu lah Jiel, walau hanya dengan senyuman, baik kenal maupun tidak kenal dengan orang yang saya temui di jalan jika ada kesempatan untuk menyapa, mengapa tidak kita sapa? Setidaknya ini menjadi perilaku kita ramah terhadap lingkungan. Hehe.. “

Mungkin percakapan di atas memang percakapan yang sederhana, tapi pesan yang ingin saya sampaikan kali ini adalah, mari kita biasakan pada diri kita untuk bersikap ramah dengan sekitar kita. Mulai dari senyuman, sapaan, dan salam, akan membuat orang-orang di sekitar kita nyaman bersama kita. :)

Jangan menunggu untuk disapa, tetapi mulailah untuk menyapa. Jadilah generasi muda yang santun. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar