Kamis, 15 Maret 2012

Nikmatnya Hidup

Hari ini ada salah seorang teteh di lab yang berulang tahun. Serentak semua mengucapkan selamat dan teteh itu mengucapkan terima kasih. Lalu teteh itu berkata,
"sebenarnya saya tidak terlalu merasa hari ulang tahun itu penting, karena nikmat sebenarnya adalah saya masih diberi kesempatan hidup."
Ya, nikmatnya hidup. Mungkin ada beberapa teman yang mempunyai permasalahan yang sama dengan saya. Sering kali kita lupa cara menikmati hidup ini dengan sebaik-baiknya. Kita terlalu menyibukkan diri dengan pekerjaan hingga lupa mengistirahatkan tubuh kita. Dari hal yang kecil saja. Anda sering lupa makan? Makanan seperti apa yang sering Anda konsumsi? Anda jarang olahraga? atau Anda bahkan untuk naik dari lantai satu ke lantai dua saja harus menggunakan lift?. Memang segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Terlalu banyak kerja tidak baik, terlalu banyak tidur juga tidak baik. Lalu bagaimana cara menikmati hidup dengan baik? Saya sendiri masih belajar banyak tentang itu. Mereka bilang dengan melakukan aktivitas fisik yang cukup, dengan istirahat yang teratur, bagi yang sakit segeralah dirawat, konsumsi makanan sehat, dan sebagainya. Ada beberapa yang mengeluh, "saya gak punya waktu untuk hal sehat itu..", mungkin lebih tepatnya sebenarnya kita belum mencoba melakukan itu dengan serius.

Mari teman-teman kita nikmati hidup ini dengan sebaik-baiknya, jangan sampai rencana Tuhan yang memberikan kesempatan hidup sekian tahun harus berkurang beberapa tahun karena kesalahan kita sendiri. Dulu mungkin belum bisa, mari sekarang kita mulai untuk lebih baik. Saya pun juga seorang pemula. :)

Senin, 12 Maret 2012

"Ilmu saya tidak dihargai di sini Neng.. "

Terlepas dari berbagai insiden yang cukup membuat saya menyipitkan mata hari ini karena sikap saya yang kurang hati-hati mulai dari kaki tersiram air panas bekas sterilisasi, tangan terflambir api bunsen, kunci kost yang ketinggalan di lab, dan tali tas ransel yang putus, saya mempunyai cerita yang menarik sore ini. (^_^)

Sore tadi setelah selesai bekerja di lab, saya menemani Manda untuk pergi ke lab hewan di SITH ITB lantai 4. Hal ini karena mencit yang dipelihara di lab hewan Farmasi sudah habis, terpaksa Manda harus beli di lab hewan SITH untuk diuji besok kamis. Setelah selesai memesan mencit ke Pak Aam, petugas lab hewan, kami berdua lanjut ke lantai satu SITH untuk mengambil hasil determinasi asam jawa yang dipesan oleh Manda.

Di lantai satu gedung SITH kami memasuki sebuah ruangan yang penuh dengan lemari kaca berisikan koleksi berbagai jenis tanaman yang telah dimumikan. Tepat saat membuka pintu, kita akan langsung melihat bunga bangkai yang juga telah dimumikan. Disamping kiri pintu terdapat sebuah ruangan berukuran 2x3 meter persegi. Di ruangan itu lah akan kita temukan sosok Pak Djuandi yang sedang sibuk dengan berbagai kerjaannya. Memang tujuan utama kami ke ruangan itu adalah untuk bertemu dengan Pak Djuandi, karena beliau lah yang bertanggung jawab untuk melakukan tugas determinasi tanaman. Sambil menunggu Pak Djuandi menemukan berkas yang diminta Manda, saya menyibukkan diri dengan melihat berbagai tanaman yang di koleksi di lemari kaca, sungguh koleksi yang sangat menarik.

Ketika saya sudah puas cuci mata saya kembali ke ruangan Pak Djuandi dengan perkiraan mungkin berkas yang dicari sudah ditemukan. Ternyata saat saya tiba, berkasnya masih belum ditemukan. Akhirnya sambil menunggu saya sibuk memperhatikan ruangan Pak Djuandi yang hanya berukuran 2x3 meter persegi tersebut. Ruangan sekecil itu cukup penuh dengan beberapa rak buku, wastafel, sisi untuk meletakkan beberapa tanaman yang harus dideterminasi, dan sebuah meja lengkap dengan komputer dan sebuah kursi yang sedang diduduki Pak Djuandi saat itu. Ruangan itu beraromakan kopi yang baru saja diseduh oleh Pak Djuandi. Sementara Manda mencoba membantu Pak Djuandi menemukan berkas yang ia cari, saya melihat sebuah foto menarik yang dipajang di kaca pintu ruangan itu. Foto itu adalah foto Pak Djuandi saat muda yang sedang merentangkan sebuah bendera bersimbolkan huruf N. Melihat huruf itu saya jadi menyimpulkan mungkin Pak Djuandi adalah alumni dari SITH ITB, karena organisasi mahasiswa SITH ITB dikenal dengan sebutan Nymphea. Akhirnya saya langsung saja bertanya kepada beliau, "Bapak, Bapak alumni ITB juga ya Pak?", padahal saat itu beliau masih sibuk mencari berkas, tetapi beliau tetap menjawab pertanyaan saya, "Oh tidak Neng.. Bapak mah lulusan swasta.". Ruangan tenang sesaat yang kemudian dilanjutkan dengan ucapan beliau yang menarik perhatian saya, "Ilmu Bapak mah di sini gak dihargai Neng..". Otomatis saya langsung merespon jawaban tersebut, "maksudnya bagaimana Pak?", dan kemudian Pak Djuandi menghentikan sesaat aktivitasnya untuk menjawab pertanyaan saya tersebut.

Setelah lulus SMA Pak Djuandi mulai mengabdikan diri bekerja di ITB sebagai pegawai taman sejak tahun 1980. Setelah kurang lebih 5 tahun beliau bekerja sebagai pegawai taman, beliau mulai ditugaskan untuk mengurus ruang determinasi tanaman tersebut. Pak Djuandi yang tidak mempunyai basic keilmuan di bidang karakterisasi tanaman akhirnya mempelajari semua ilmu tersebut secara otodidak karena beliau sudah memberanikan diri menerima tanggung jawab tersebut. Sebelumnya saat 5 tahun beliau menjadi petugas taman, beliau juga menyempatkan diri mengambil kuliah S1 di sebuah universitas swasta. Untuk jurusan dan nama universitasnya saya kurang tahu. Ada pernyataan menarik yang diucapkan oleh beliau saat menceritakan pengalaman beliau kepada saya, "Disini ya Neng, yang orang bawah harus belajar banyak hal dibanding orang yang di atas, kerjaannya juga lebih banyak, tetapi rejekinya beda. Bukan masalah uang juga Neng, tapi ilmu Bapak disini bener kurang dihargai, masih untung mereka yang jadi pustakawan, karya mereka masih bisa dihargai dan dinilai, tapi karya Bapak disini siapa yang lihat Neng? cuma Bapak seorang diri yang tahu karya itu, cuma Bapak yang mempelajari, kalau ingin dipublikasi siapa yang mau menerima Neng?", mungkin saya cukup mengerti apa yang ingin disampaikan oleh beliau, bahwa bukan penghargaan materi yang beliau inginkan, tetapi setidaknya sebuah pengakuan atas karya-karya yang beliau buat, tetapi semua terasa percuma karena akhirnya semua yang beliau buat tidak mampu dilihat dunia luar dan hanya terbungkus rapi dalam pustaka ruangan berukuran 2x3 meter persegi itu.

Kemudian beliau berhenti bercerita sejenak untuk melanjutkan pencarian berkas yang ditunggu oleh Manda. Setelah bekas itu ditemukan, kemudian beliau melanjutkan cerita tentang pengalamannya. Beliau sebenarnya mempunyai kesempatan untuk melanjutkan mengambil S2, tetapi beliau memantapkan pilihannya untuk tidak mengambil kesempatan tersebut. Saat saya menanyakan alasannya, beliau menjawab dengan sebuah senyuman yang ramah, "Saat itu Neng, bisa saja Bapak ambil kesempatan itu., tetapi setiap tahunnya hampir 20 mahasiswa membutuhkan bantuan Bapak di ruangan ini, kalau Bapak tinggal untuk melanjutkan S2 selama 4 tahun, maka bisa ada 80 mahasiswa yang tidak lulus karena Bapak, maka dari itu Neng Bapak memutuskan untuk tetap berada di tempat ini membantu mahasiswa yang membutuhkan bantuan Bapak.", subhanallah. :'(

Selanjutnya beliau menceritakan bahwa dahulu pernah ada juga mahasiswa farmasi yang membutuhkan bantuan beliau untuk menyediakan sebuah tanaman yang akan diteliti mahasiswa tersebut. Tanaman itu hanya ada di hutan Palembang, saya lupa nama spesies tanaman yang beliau sebutkan tadi. Saat itu transportasi ke Palembang dengan kapal masih bisa ditempuh dengan biaya Rp 10.000,- dan dengan penuh keikhlasan beliau tetap berangkat ke Palembang mencarikan tanaman tersebut. Akhirnya setelah tanaman itu diberikan ke mahasiswa tersebut beliau justru tidak menerima upah sedikit pun karena mahasiswa tersebut sedang tidak mempunyai uang dan beliau mengikhlaskannya asal mahasiswa tersebut lulus. Beliau menceritakan bagaimana tidak hanya untuk mahasiswa tersebut beliau sering bepergian ke hutan mencari tanaman di akhir pekan dan harus mengorbankan waktunya bersama istri dan anak-anaknya. Beliau berkata, "Kalau sudah sibuk nyari tanaman pesenan itu para mahasiswa, kadang bisa lupa hujan, juga bisa lupa daerah yang gak aman Neng...", entahlah saya benar-benar cukup tertegur dengan keikhlasan beliau mengingat diri saya yang sering kali menuntut orang lain untuk mengikuti jadwal saya dan kurang peka tentang kesulitan-kesulitan yang diterima oleh orang lain, terima kasih Pak, Anda telah membuka kembali mata saya. :'(

Beruntung hari ini saya tidak terburu-buru karena tidak terlalu sibuk, sehingga saya bisa mendengar lebih lanjut cerita pengalaman beliau. Sebelum kami pulang, ada satu cerita dan nasehat yang beliau sampaikan kepada kami, "Neng, memang kami ini cuma pegawai kecil, tapi jangan pernah remehkan yang namanya pegawai kecil kalau Neng nanti jadi orang besar, karena pegawai kecil umumnya belajar dan lebih mengerti banyak hal daripada orang besar.", dan saya pun membalas dengan pertanyaan yang sama, "Memang ada apa Pak?", dan beliau pun kembali berkisah. Ternyata tugas beliau tidak hanya sekedar mendeterminasi tanaman, tidak hanya menyediakan tanaman yang dibutuhkan para mahasiswa, tetapi beliau juga membantu menyiapkan persiapan praktikum yang selalu dijalankan mahasiswa. Suatu hari beliau pernah sakit hati, karena niat beliau untuk membagi ilmu kepada para mahasiswa ternyata dianggap tidak baik oleh salah seorang dosen yang bersikeras bahwa yang boleh disampaikan ke mahasiswa hanyalah yang sesuai modul sementara dosen tersebut tidak mampu menjelaskan kepada salah seorang mahasiswa tentang tanaman yang ingin diketahuinya, sedangkan Pak Djuandi yang selalu sukarela menjelaskan tanaman-tanaman yang tidak dimengerti mahasiswa justru dianggap lancang dan berakhir dengan makian dosen tersebut terhadap beliau di hadapan para mahasiswa. Saya cukup mengerti bagaimana perasaan niat baik kita yang tidak diterima bahkan hingga diremehkan. Rasa sakit itu membuat Pak Djuandi sempat memboikot dengan pekerjaannya, tetapi ketika beberapa asisten praktikum mengalami kesulitan karena kehilangan bantuan Pak Djuandi, akhirnya beliau tak tega melanjutkan sikap boikot itu. Kemudian saya bertanya, "Apakah dosen tersebut akhirnya minta maaf ke Bapak?", dan jawaban dari beliau, "boro-boro Neng, apalah kita orang kecil ini,.. tetapi Eneng nanti jangan seperti itu ya Neng.. kasta hidup ini tidaklah berarti Neng, Neng harus pintar-pintar menghargai orang lain, apalagi mereka yang nanti mengabdi ke Eneng..", sungguh nasehat yang langsung saya niatkan dalam hati dan janjikan bahwa saya akan menjadi salah satu orang yang suatu saat bisa bertemu kembali dengan beliau serta mengucapkan, "Pak, saya memenuhi janji saya kepada Bapak..". Amiin :)

Percakapan sore ini pun hanya bisa berlangsung sampai di nasehat bijak itu, karena masih ada mahasiswa lain yang membutuhkan bantuan beliau di depan pintu menunggu kami keluar dari ruangan. Setelah kami berpamitan dan keluar ruangan, saya dan Manda hanya bisa mengucapkan satu kalimat, "Subhanallah... mungkin belajar efektif tidak hanya dari mereka orang-orang yang sudah besar dan sukses, tetapi mereka yang mengabdi pada orang-orang sukses itulah yang lebih pintar menilai..".

Terima kasih Pak Djuandi untuk setiap nasehat hari ini. Semoga kami suatu saat mampu menjadi orang-orang yang bisa Bapak banggakan. Amin :)

Habit.

Sembari menyantap hidangan sahur, saya teringat ada percakapan menarik yang ingin saya bagi kali ini. :)

Percakapan ini kalau tidak salah terjadi 6 hari yang lalu antara saya dan sahabat saya. Hari itu sahabat saya berencana untuk menginap di kost saya mengerjakan draft TA. Saat itu saya selesai ngelab jam 5 sore sementara sahabat saya selesai kuliah jam 6 sore, otomatis sambil menunggu sahabat saya selesai kuliah saya menghabiskan waktu dengan menikmati kecepatan wireless kampus di Selasar Farmasi. Setelah hampir satu jam menunggu akhirnya sahabat saya datang. Saat saya mulai beranjak bangkit dari posisi duduk saya dan mulai berjalan bersama teman saya tampak di hadapan saya ada seorang bapak yang masih duduk di Selasar Farmasi sekitar 100 meter dari posisi duduk saya sebelumnya. Saat berjalan melewati bapak tersebut saya secara otomatis langsung mengucapkan, “mari Pak, saya duluan...”, dan jawaban dari bapak tersebut, “Owh iya neng...”. Melihat apa yang baru saya lakukan teman saya langsung bertanya, “siapa itu Ndah?”, dan saya hanya menjawab dengan polosnya, “Hehe,.. nggak tahu.. nyapa aja...”. Setelah mendengar jawaban saya itu entah mengapa membuat teman saya menjadi heran, “Heh.. kok kamu bisa Ndah nyapa orang yang gak dikenal?”, saya menjawab pertanyaan teman saya itu dengan senyuman, “Hehe.. sudah kebiasaan Jiel..”, dan teman saya lanjut bertanya, “Maksudnya? Kebiasaan nyapa?”, lalu saya mencoba menjelaskan kepada teman saya itu, “mungkin bisa dibilang begitu.. semuanya berawal dari kebiasaan yang selalu diterapkan orang tua saya Jiel..”, dan jawaban singkat itu ternyata juga kurang cukup dimengerti teman saya. Akhirnya saya menceritakan kepada teman saya tentang kebiasaan saya tersebut., “Rumah saya itu kan letaknya paling ujung dari mulut gang Jiel, yang otomatis jika saya pulang ke rumah pasti melewati rumah tetangga-tetangga saya yang lain. Sejak saya kecil orang tua saya selalu menekankan kepada saya bahwa jika saya melewati rumah tetangga dan melihat ada tetangga saya ada di depan rumah mereka atau bertemu di jalan, saya harus menyapa mereka. Karena menurut orang tua saya, kita bisa menjadi anak yang gak sopan dan sombong kalau tidak menyapa, apalagi mereka lebih tua daripada kita. Akhirnya karena sudah dibiasakan dari kecil, hal itu selalu otomatis dilakukan. Bahkan ketika saya naik motor, saat sudah masuk gang menuju rumah, saya akan otomatis memperlambat laju motor dan membunyikan suara klakson dengan volume secukupnya sambil menganggukkan kepala plus senyuman saat ingin menyapa para tetangga karena tidak bisa menyapa dengan panggilan suara sendiri. Jadi ya begitu lah Jiel, walau hanya dengan senyuman, baik kenal maupun tidak kenal dengan orang yang saya temui di jalan jika ada kesempatan untuk menyapa, mengapa tidak kita sapa? Setidaknya ini menjadi perilaku kita ramah terhadap lingkungan. Hehe.. “

Mungkin percakapan di atas memang percakapan yang sederhana, tapi pesan yang ingin saya sampaikan kali ini adalah, mari kita biasakan pada diri kita untuk bersikap ramah dengan sekitar kita. Mulai dari senyuman, sapaan, dan salam, akan membuat orang-orang di sekitar kita nyaman bersama kita. :)

Jangan menunggu untuk disapa, tetapi mulailah untuk menyapa. Jadilah generasi muda yang santun. :)

Senin, 05 Maret 2012

Pak Udin, Pedagang Gorengan Malam Di Depan Kampus

Cerita hari ini ternyata masih berlanjut, tentu saja karena saya masih melanjutkan TA saya di malam hari, hoho. Malam ini saya ada janji dengan partner TA yang ditugaskan dosen saya untuk membantu saya mengerjakan TA di malam hari. Hal ini karena fisik saya tidak mampu untuk menginap di kampus, sehingga saya dibantu kak Rachmat yang akan menggantikan tugas saya melanjutkan tugas saya yang harus menginap di kampus malam hari. Sehingga pembagian kerjanya saya kerja di siang hari, sementara kak Rachmat kerja di shift malam.

Untuk shift malam ini kak Rachmat ada sedikit pekerjaan lain yang harus dia selesaikan, sehingga saya harus menghandle pekerjaannya hingga jam 9 malam tadi. Sekitar jam 7 malam sambil menunggu kak Rachmat datang, karena saya lapar akhirnya saya memutuskan untuk mencari snack di Istek Salman. Ketika perjalanan kembali dari Istek Salman menuju kampus, saya melihat Pak Udin penjual gorengan di depan kampus sedang menjaga gerobaknya seorang diri. Mengingat Kak Rachmat sebelumnya sms saya bahwa dia baru tiba di kampus sekitar jam 8, akhirnya saya memutuskan daripada jalan-jalan sendirian di kampus yang sepi dan gelap, mungkin lebih baik jika saya menemani Pak Udin menjaga gerobaknya menunggu pembeli.

Pak Udin adalah penjual gorengan di depan kampus ITB yang sudah berusia renta, mungkin antara 70-80 tahun, tepatnya kurang tahu. Hampir semua mahasiswa ITB pasti tahu keberadaan Pak Udin yang menjajakan dagangannya di depan kampus ITB. Dalam waktu yang singkat malam ini, seperti biasa kebiasaan saya yang selalu aktif berkomunikasi dengan orang lain, membuat saya ingin mengenal Pak Udin.

Pak Udin merupakan warga asli dari Sumedang, Jawa Barat. Beliau memulai menjajakan dagangannya di depan kampus ITB sejak tahun 1990, subhanallah sama dong yah Pak dengan usia saya, :D. Pak Udin mulai mencoba mencari peruntungan rejeki di Kota Kembang ini sejak tahun 1975. Saat ini sebagian besar keluarganya tinggal di daerah Sukajadi, sementara Pak Udin sendiri bersama istrinya memilih tinggal di sekitar masjid Salman, tepatnya dimana saya tadi kurang terlalu jelas karena memang pendengaran saya cukup buruk. :(

Istri Pak Udin membantu mencari rejeki dengan membuka kios dagangan di samping masjid Salman ITB. Tetapi jangan bayangkan kios yang seperti toko yang biasa teman-teman lihat, kios ini hanya tikar dan kardus yang digunakan sebagai alas sekaligus meja untuk menaruh barang-barang dagangan mereka. Saat hujan turun mereka harus segera membongkar kios kecil itu dan berteduh di sekitar masjid Salman. Astaghfirullah, tidak malukah kita akan sikap kita yang sering kali mengeluh? melihat kenyataan ini saya merasa saya ini belum ada apa-apanya, bagaimana dengan teman-teman?.

Kembali ke cerita Pak Udin. Pak Udin selalu membuka kios gorengannya dari jam 3 sore sampai jam 2 pagi. Di usianya yang telah renta beliau masih tetap semangat untuk mencari rejeki. Miris memang, karena seharusnya di usia itu kewajiban seorang anak lah untuk menjaga serta menafkahi orang tuanya. Tetapi saya tidak tahu latar belakangnya apa, hanya satu yang pasti, saya salut dengan semangat Pak Udin. Sesaat saya menanyakan kepada beliau berapa penghasilannya setiap hari, jawaban beliau hanya, "yah gak pasti neng, kadang besar, kadang kecil, tergantung..". Dan saya tahu, tak pantas saya menanyakan lebih lanjut untuk nominalnya. Obrolan saya dengan Pak Udin ditutup dengan 2 buah cireng dan 2 buah martabak yang saya beli dari Pak Udin. Mungkin memang gorengan tidak baik untuk kesehatan, tetapi satu dua kali tidak salah kan selama tidak berlebihan? :)

Terima kasih Pak Udin atas inspirasi yang diberikan malam ini. Semoga semangatnya dapat saya pelajari dengan baik dan membuat saya lebih mantap melangkah. Semoga Allah melapangkan rejeki untuk Bapak dan menjaga Bapak agar senantiasa sehat. Amin :)

Minggu, 04 Maret 2012

Wisata Kuliner : I Scream for Ice Cream

Ngelab di hari minggu dari jam 7 pagi sudah menjadi makanan saya akhir-akhir ini. Karena ngelab sendirian seharian penuh tentunya saya juga sedikit merasa penat. Akhirnya di saat ada dua jam break di tengah-tengah pekerjaan karena harus menunggu proses dialysis, akhirnya saya menghubungi sahabat saya Manda untuk keluar makan siang. Tetapi setelah saya pikir-pikir sepertinya seru kalo mengajak Manda untuk mencicipi salah satu wisata kuliner di Bandung. Dan karena kebetulan hari ini Manda agak suntuk, saya memutuskan mengajaknya pergi ke I Scream for Ice Cream yang lokasinya tidak jauh dari rektorat ITB.

Sebelumnya beberapa bulan yang lalu saya sudah pernah satu kali pergi kesana bersama sahabat saya untuk mencicipi menu dingin itu, dan cukup lumayan enak menurut saya. Siang tadi saat saya dan Manda kesana cuaca kurang mendukung, berangin dan tanda hujan akan turun, tetapi hal tersebut tidak menghalangi kami untuk tetap mencoba ice cream itu.

Setibanya di lokasi, saya dan Manda langsung menuju toko tersebut. Tidak seperti toko pada umumnya, toko ini menggunakan desain rumah pada umumnya dan khusus hanya menjual ice cream, sehingga pengunjung yang datang dapat puas menikmati ice cream seperti di rumah sendiri. Berikut sedikit foto dari toko tersebut.




Saya dan Manda masing-masing pesan satu scop ice cream. Saya pesan Choco Capuccino, sedangkan Manda saya lupa tadi dia pesan apa, hehe kalo tidak salah masih ada kandungan kopinya juga. :D. Ada juga rasa yang lain, sayangnya karena dingin kami cuma berani makan ice cream satu skop, hohoho, tetep mesti jaga kesehatan karena TA. :p




Setelah selesai menikmati ice cream dingin itu, kami harus segera kembali ke kampus lagi, karena kerjaan saya di lab tidak bisa ditinggal lama-lama. Dan kami pulang disaat hujan telah turun. Brrrrrrrr dinginnyooooo... >.<

Bagi teman-teman yang ingin mencoba hayuukkk hayuuukkk... \^^/

Belajar Budaya Aceh

Hari ini capek sekali, tetapi sebelum tidur saya ingin memposting beberapa aktivitas yang saya lakukan bersama-sama sahabat saya kemarin. Siapa bilang mahasiswa tingkat akhir hanya sibuk dengan TA-nya?? hehe hal ini tidak berlaku untuk saya. Agar tidak jenuh setiap hari berkutat di lab, akhir pekan atau tepatnya malam minggu kemarin saya dan sahabat-sahabat saya menghabiskan waktu dengan menonton Gelar Budaya Aceh di Sabuga ITB. Acara serupa terakhir kali dilaksanakan pada tahun 2006 di ITB, jadi mumpung masih berstatus mahasiswa ITB mengapa harus dilewatkan acara yang jarang sekali diselenggarakan ini?! :D

Oke, ada apa saja sich di acara Gelar Budaya Aceh kemarin?? ini nih sedikit dokumentasi dari saya. :)
1. Ratoh Duek
"Ratoh" berasal dari bahasa Arab yang bermakna melakukan puji-pujian dan doa kepada Allah SWT dan Rasulullah melalui syair yang diramaikan, sementara "Duek" artinya duduk. Jadi Ratoh Duek adalah kegiatan kesenian yang bermakna ibadah dan dilakukan dalam barisan duduk dengan berbagai formasi gerakan, biasanya dilakukan oleh wanita dan diiringi oleh alat musik Rapai (seperti rebana) dengan tempo yang tegas, semangat dan semakin cepat.

2. Saman Gayo
Tari ini merupakan tarian asli suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Tari inilah yang pada bulan November 2011 diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia.

3. Dramatari Cut Nyak Dhien
Pada dramatari ini diceritakan tentang sejarah pergerakan Cut Nyak Dhien melawan pejajah Belanda.

Pada dramatari ini dinyanyikan 2  buah lagu khas Aceh, antara lain:
a. DiBabah Pinto
Lagu ini berisi tentang seorang istri yang sedang menunggu suaminya yang sedang pergi. Dalam penantian tersebut ternyata suami yang ditunggu-tunggu tidak kunjung pulang atau telah tiada. Lagu ini dinyanyikan saat adegan Cut Nyak Dhien yang menunggu suaminya Teuku Ibrahim berperang melawan penjajah, dan berakhir dengan berita bahwa suaminya tersebut telah tiada di medan perang.
b. Dodaldi
Lagu ini menceritakan seorang ibu yang sedang meninabobokan anaknya. Dodaidi bukan sekedar lagu pengantar tidur, di dalam lagu ini tersimpan pesan ayah kepada anaknya untuk mengambil bagian dalam perang suci di masa datang. Lagu ini dinyanyikan saat Cut Nyak Dhien sedang meninabobokan bayinya.

Selain nyanyian, saat dramatari berlangsung ditampilkan juga dua buah tarian, antara lain:
a. Ranup Lampuan
Tarian ini biasa ditampilkan untuk penghormatan dan penyambutan tamu secara resmi. "Ranub" adalah sirih, dan "Puan" adalah tempat sirih khas Aceh. Tarian ini ditampilkan saat adegan pernikahan antara Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien setelah kematian Teuku Ibrahim dengan tujuan untuk melanjutkan perjuangan melawan penjajah Belanda.

b. Beudoh
Tari ini merupakan salah satu tarian kreasi yang menceritakan alur sejarah Aceh selama perlawanan terhadap penjajahan Belanda terjadi. Tari diakhiri dengan tusukan Rencong (senjata tradisional Aceh, mirip keris) ke arah penjajah Belanda menggambarkan kemenangan Aceh terhadap Belanda. Tarian ini dilakukan pada saat adegan kemenangan perlawanan rakyat Aceh saat melawan penjajah Belanda yang dipimpin oleh Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar.

Setelah dramatari selesai ditayangkan, acara dilanjutkan dengan penampilan tambahan, apa aja?? ini diaaaa... :D
1. Rapai Geleng
Tarian ini melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Fungsi tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial.

2. Bintang tamu
Yeeeeyyy... bintang tamu dalam acara ini adalah penyanyi yang cukup terkenal di Aceh dengan musik Aceh modernnya. Lagu-lagu kreasi yang disadur dengan musik modern ini membuat saya dan penonton lain terkagum. Bagus sekali!! :D Nama penyanyinya adalah Rafly, musik yang dibawakannya hampir seperti jazz rock, beliau awalnya hanya diminta oleh panitia menyanyikan 4 lagu, tetapi penonton yang terlalu menikmati lagu dan kurang puas hanya dengan 4 buah lagu, terus berteriak meminta Rafly untuk menyanyikan satu buah lagu lagi. Dan ia menutup penampilannya dengan lagu berjudul Mackendrouve. :D

Overall acara ini sangat memuaskan, apalagi ditutup dengan nyanyi bersama lagu Aceh yang sangat terkenal yaitu Bungong Jeumpa yang dibawakan oleh Pemusik Jroeh.

Terima kasih Unit Kebudayaan Aceh ITB untuk acara yang sangat bagus ini. Semoga budaya bangsa kita senantiasa lestari. Amin :)

Kamis, 01 Maret 2012

A vs B

Hmmm.... kadang saya bosan menulis di blog saya dengan berbagai tulisan tentang cerita keseharian atau pengalaman saya. Saya ingin sekali mencoba menulis opini dengan bahasa yang cukup serius atau mungkin membuat puisi dengan bahasa yang oke bisa kita bilang cukup romantis. Sayangnya, saya sejak kecil bukan orang yang pandai dalam hal-hal tersebut. Yasudah, namanya bloging kita bagi saja apa yang bisa kita bagi dengan cara kita?! betuul??? hehhe saya anggap jawabannya iya! :p Dan kali ini saya ingin berbagi sedikit obrolan saya dengan teman saya. :)

Semua bermula pada seorang sahabat saya yang sangat suka menganalisis sifat manusia berdasarkan golongan darah, hal ini mungkin karena benar kata pepatah "darah lebih kental daripada air". Sehingga setiap ada suatu hal menarik tentang tingkah laku seseorang yang mengingatkan teman saya tentang parameter sifat berdasarkan golongan darah yang ia ketahui, maka hal itu akan selalu menjadi topik pembahasan yang menarik untuk dikaji. Terkadang saya sendiri masih bingung, apakah kemiripan beberapa parameter yang dipublish ke masyarakat saat ini itu memang parameter yang benar-benar akurat? saya sendiri sebenarnya masih meragukan, karena menurut saya manusia diciptakan dengan karakter yang berbeda-beda lalu apakah memang golongan darah bisa menjadi titik temu untuk mempermudah mengenal seseorang? hmmmm... saya tak mengerti.

Hari ini lagi-lagi temen saya membahas tentang hal itu. Kebetulan teman saya itu golongan darah A, dan saya golongan darah B. Jika berdasarkan parameter-parameter yang sering disebutkan dalam beberapa situs web, sering kali dikatakan bahwa orang yang bergolongan darah A itu mempunyai sifat yang berlawanan dengan orang bergolongan darah B. Lalu apakah parameter itu dapat dibenarkan? anehnya teman saya itu menemukan berbagai fakta bahwa saya dan dia mempunyai sikap yang benar-benar sangat bertentangan satu sama lain, tetapi anehnya menurut kami berdua justru hal itu malah saling mengisi. Oke, mungkin akan sedikit saya sebutkan beberapa karakter menonjol untuk seorang bergolongan darah B dulu. Pada umumnya orang-orang bergolongan darah B mempunyai jiwa bebas, ceria, sering kali mereka self-centered, mudah merasa bosan pada suatu hal, orangnya kurang terplanning  tapi selalu suka spontanitas, menganggap hal-hal aneh disekitarnya menjadi sesuatu yang menarik, dan selalu mempunyai banyak ide kreatif walau untuk eksekusinya selalu membutuhkan peranan orang lain (maaf kalo mungkin ada yang tak begitu, saya hanya menyimpulkan dari beberapa pendapat teman saya). Sementara orang-orang bergolongan darah A pada umumnya sangat disiplin, menyukai keteraturan, mereka sering kali tidak suka dengan sesuatu yang spontanitas yang mampu mengganggu rencana-rencana yang mereka atur, kepedulian mereka terhadap lingkungan cukup tinggi, dan sebagainya. Yahhhh, dari sedikit hal itu kelihatan kan bagaimana bertolak belakangnya mereka satu sama lain, hehe. Tetapi, untuk saya secara pribadi jika memang fakta-fakta itu benar, menurut saya A dan B jika ditemukan justru menjadi harmoni yang menarik dan tidak membosankan, akan selalu ada hal baru yang menyenangkan untuk mereka setiap hari. :D
Buat selingan liat komik golongan darah ini dulu yukkk,.. hehe karena sedang membahas A vs B, maka hanya saya post untuk kedua golongan itu. Untuk yang lain mungkin bisa dicari lewat uncle google. :D



Cukup unik juga ketika melihat teman saya itu selalu mengkaitkan hampir semua perbedaan kita karena golongan darah, sementara saya mungkin sedikit usil ikut menganggap hal-hal itu memang menarik. :D
Bagaimanakah kebenaran fakta-fakta itu???, mari kita buktikan sama-sama.. :D

Good Bye February, and Welcome March!!!

Selamat datang Maret!!
Hari pertama ini saya ingin menatapmu dengan senyuman. Banyak harapan dan rencana yang ingin saya lakukan di bulan yang spesial ini, bukan berarti bulan yang lain tidak spesial, hanya saja banyak berita yang saya nanti di awal bulan ini. Apa saja beritanya? nanti saja insya Allah saya ceritakan ketika semua berjalan dengan lancar. Amin :)

Walau akhir februari tadi sempat diawali dengan insiden yang cukup mengecewakan, tetapi alhamdulillah saya bukan keledai yang jatuh pada lubang keterpurukan yang sama untuk kedua kalinya. Memang sich, hasil penelitian saya "positif hasilnya negatif", so lalu harus bagaimana? saya tak akan menangis lagi seperti hari kemarin. Apa yang harus dilakukan dari sebuah hasil tentunya adalah mengevaluasi dimana letak faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan tersebut. Tentu saja karena hasil saya kurang berhasil bukan dikarenakan adanya kontaminan dalam pengerjaannya, maka kemungkinan besar memang dikarenakan ekstrak kulit ayamnya yang kurang mempunyai aktivitas antijamur itu. Sehingga saya akan terus melangkah dengan melanjutkan uji pada kulit telur penyu yang belum saya lanjutkan. Fyuuuhhhh~~~ memang tidak ada habisnya membahas TA, hehe. Karena penyakit saya yang mewajibkan saya menjaga emosi pikiran saya agar tidak tegang, walaupun saya tidak terlalu stress seperti sebelumnya, akhirnya saya  memutuskan hari kemarin (29 februari) untuk tidak melakukan aktivitas berat dulu di lab dan sedikit melakukan refreshing bersama teman-teman saya, walaupun hanya sekedar kumpul-kumpul tentunya masih tetap membahas TA didalamnya, haha payah!. So, karena kebetulan bertepatan dengan akhir bulan februari dan TA yang hasilnya negatif saya tanamkan lebih lebih lebih dan lebiiiiihhhhhhh dalam pikiran dan semangat saya bahwa dalam bulan maret ini saya harus bisa lebih optimal. Oke!! SEMANGAAAAT!!! \(^o^)>

Ayoooo semangaat Indah!!! Owh iyaaa.. bulan Maret mah tanda UTS sudah dekat nih... hyaaa gara-gara TA jadi lupa ma UTS deh.. hahaha hayukkk ahhh pasti BISA!! :)