Karena hari ini saya libur kerja, akhirnya saya menghabiskan siang ini dengan duduk santai di depan selasar labtek farmasi. Ah damai rasanya hanya menikmati siang yang cerah, ditemani kampus yang sunyi (gara-gara para mahasiswa sedang belajar untuk UAS), air mancur kolam Indonesia Tenggelam yang hijau seperti biasanya, lagu indah Shania Twain, dan buku terbaik saya minggu ini, 'To Kill a Mockingbird'. Tetapi tiba-tiba kedamaian saya terusik oleh sebuah panggilan telpon dari nomor yang tidak saya kenal, dan seperti biasa panggilan itu saya jawab dengan tenang. Saya tidak menyangka bahwa telpon itu menjadi penghancur mood saya siang ini. Yeahhh, ini percakapan saya dengan orang yang tak saya kenal di seberang.
XX : "Selamat siang, dengan saudari Indah Prihatin?"
Me : "Iya.. dengan siapa ya?"
XX : "Selamat siang mbak,.. saya dr. Agus, Kepala SDM RS K Semarang." (FYI: saya saat ini dalam status jobseeker dan sedang melamar di salah satu RS di Semarang).
Sejenak saya cek kembali nomor telpon yang menghubungi saya tersebut, ops! kok nomor telponnya dari nomor HP?! (Hei para jobseeker, percayalah, sebagian besar panggilan telpon resmi perusahaan pasti menggunakan telpon kantor. Otomatis saya pun langsung menanam kecurigaan pada nomor yang menelpon saya, tetapi oke mari tetap kita ladeni saja dulu.)
Me : "Iya Pak.. ada apa ya pak?" (Lanjut saya mengikuti kemana arah pembicaraan berlanjut.)
XX : "Iya mbak, saya dari RS K Semarang, sebelumnya saya ingin memastikan apakah ini dengan Indah Prihatin bla bla bla" Satu persatu orang tersebut menyebutkan identitas lengkap saya yang saya isikan dalam formulir pendaftaran online. Saya pun menanggapi dengan berkata "Ya" dan "Ya". Setelah identitas yang dia sebutkan sesuai dengan identitas saya, selanjutnya orang tersebut pun mulai menyampaikan tujuan panggilan telponnya.
XX : "Begini Mbak, saya bersama dengan direktur utama RS K, yaitu dr. Bambang, kemarin sudah mengadakan rapat terkait proses rekruitmen apoteker yang direncakan untuk pengadaan SDM tahun 2013. Dalam rekruitmen tersebut kami memutuskan bahwa ada 7 kandidat utama yang akan diloloskan untuk mengikuti proses selanjutnya. Untuk lamaran yang Mbak Indah ajukan, saat ini sedang diperdebatkan apakah akan juga diloloskan. Kalau saya sih sangat berminat untuk meloloskan Mbak Indah."
(Oke, untuk pernyataan hingga disini saja justru membuat saya semakin curiga, mengapa?
1. Maaf bukannya sok menilai seseorang, tetapi saya cukup tahu cara membedakan bagaimana cara berbicara orang yang berpendidikan dengan yang tidak, dan menurut saya gaya bicara orang tersebut tidaklah cukup terdengar pintar. (Percakapan diatas tidak tertulis dengan bahasa sebenarnya, karena saya tulis dengan rapi agar jelas terbaca.)
2. Proses pengiriman berkas dijadwalkan harus tiba di semarang via post paling lambat tanggal 10 Desember 2013. Yang berarti seharusnya proses rapat dilakukan di hari setelahnya. Aneh kan kenapa rapat sudah diadakan kemarin tanggal 9?
Karena penasaran dengan arah pembicaraan orang tersebut, akhirnya saya putuskan untuk tetap meladeninya hingga selesai.
XX : "Iya Mbak, maksud telpon saya disini adalah untuk menawarkan bantuan kepada Mbak Indah agar bisa lolos pada tahap selanjutnya. Bantuan yang bisa saya berikan yaitu dengan membuatkan SK yang menyatakan bahwa Mbak Indah berhak untuk lanjut pada seleksi berikutnya. Jadi disini Mbak Indah ada dua pilihan, yaitu untuk tetap lanjut proses seleksi dengan normal atau lanjut dengan bantuan SK dari saya."
(Fyuhhh sumpah ini orang beneran gak ketulungan, ayolah secara normal seharusnya,
1. Telpon resmi dari kegiatan perekrutan kariawan tidaklah pernah menawarkan bantuan atau jasa jenis apapun. Telpon resmi dari perusahaan pada umumnya menanyakan konfirmasi kehadiran dan waktu untuk proses seleksi selanjutnya. Bukan kayak abang-abang tukang bakso ini yang nyodorin bakso malangnya.
2. SK tidak bisa dikeluarkan oleh Kepala SDM bang!! yang ada SK dari Dirut utama. -_____-"
Walau saya sudah tahu bahwa telpon ini pastilah penipuan, tapi saya pun masih mencoba berbaik hati melanjutkan percakapan ini dengan sabar.
Me : "Maaf pak, bisa dijelaskan sebelumnya apa bedanya antara jalur normal dengan jalur dengan SK? Apa ada pelibatan dananya pak?" (Kebiasaan selalu to the point pada segala hal).
XX : (Orang ini pun tidak menjawab pertanyaan saya dengan jelas, tetapi justru kembali berbelit-belit menjelaskan seperti sebelumnya).
Me : "Jadi pak, kalau seumpamanya saya mengambil SK itu apa yang harus saya lakukan ya?"
XX : (Merasa umpannya telah terpancing). "Oh iya Mbak, jadi kalau Mbak Indah bersedia menerima SK saya, mbak Indah pertama-tama bisa beritahu saya dulu alamat email Mbak Indah. Nanti SK nya saya kirim via email, lalu Mbak Indah cukup mencetak SK yang sudah saya kirimkan sebanyak tiga lembar dan diserahkan ke RS saat proses seleksi berikutnya. Dan ini ya Mbak, ini internal pembicaraan antara kita berdua saja ya Mbak, tolong jangan sampai diketahui pihak lain. Ya maaf Mbak, kita kan rumah sakit yang terkait dengan lembaga KPK juga, nanti dikiranya kita korupsi, padahal kan tidak ya Mbak?" (gilak!! apa-apaan ini pula ada bung KPK masuk?!). "Jadi Mbak Indah, untuk proses pembuatan SK tersebut tentunya dibutuhkan beberapa tahap yang menggunakan biaya ini itu. Total keseluruhan dana untuk pembuatan SK tersebut sekitar 2,8 juta rupiah. Bagaimana Mbak Indah?"
Hahhh bener-bener deh ini orang, saya cuma bisa geleng-geleng. Oke, kita analisa lagi,
1. "Diskusi internal"??? Korupsi??? Ah spechless saya harus berkomentar apa dengan kegilaan ini orang.
2. Jelas-jelas di website resmi rumah sakitnya disebutkan bahwa proses rekruitmen tidak membebankan biaya sama sekali pada peserta selain pengiriman berkas melalui pos.
Cukup sudah mood saya dihancurkan orang tersebut saat itu, akhirnya saya mulai males meladeni lagi.
Me : "Oh begitu ya Pak.. hmmm maaf Pak sebelumnya, terima kasih sekali atas tawaran bantuan yang Bapak berikan, tetapi mohon maaf saya memilih jalur normal saja Pak."
XX : "Mbak Indah yakin? nanti bisa gak lulus lho Mbak kalau pakai jalur normal? dan nanti kalau gak lulus saya gak bisa bantu Mbak Indah lagi setelah pengumuman keluar. Gak menyesal Mbak?" (Mulai ngancem deh ini orang... zzzzzzzzzz)
Me : "Iya Pak tidak apa-apa, saya pakai jalur normal saja, kalau lulus alhamdulillah, kalau tidak ya insya Allah saya ikhlas. Pengumumannya besok kamis kan ya Pak? Berkas saya sudah diterima oleh pihak rumah sakit?"
XX : "Oh yasudah kalau gitu, saya gak bisa bantu ya Mbak nanti kalau tidak lolos.."
Me : "Iya Pak.. tidak apa-apa.." (mencoba tetap bernada tenang, walau aslinya kesel banget ama ini orang).
Akhirnya telpon tersebut saya tutup segera. Arrrrrrrrrgggghhhhh!!! ah benar-benar penghancur mood hari ini. (T____T) Segera saya pun berpikir, waduh bisa ada dua kemungkinan nih kenapa saya bisa ditelpon gini?
1. Ada seseorang yang mengakses form online yang saya isi dengan tidak bertanggung jawab.
2. Berkas yang saya kirim via post macet di jalan, alias disambet orang di tengah jalan dan tidak nyampe ke pihak SDM rumah sakit. Oh No!!!!!
Saya pun segera mengantisipasi dua kemungkinan terburuk itu. Saya langsung menelpon RS K Semarang dan menghubungi pihak SDM rumah sakit tersebut. Setelah berhasil menghubungi pihak SDM ternyata saya memperoleh fakta bahwa.
1. Ternyata sudah kesekian kali orang lain juga tertipu seperti saya dan mengadu ke pihak SDM.
2. Tidak ada yang namanya dr. Agus di sana.
3. Saat saya telpon ternyata malah baru saja dilakukan rapat proses seleksi administratif yang pertama.
Oke, saya semakin diyakinkan bahwa benar telpon nyasar tadi adalah telpon penipuan. Khawatir dengan berkas lamaran saya, akhirnya saya pun minta tolong untuk dicek kembali keberadaan dokumen saya disana, dan besok saya baru dikabari kembali oleh pihak rumah sakit. Fyuhhhh~ hari yang damai dalam sekejap menjadi hari yang melelahkan dan menyebalkan.
Inilah mengapa wanita pun harus memperoleh pendidikan setinggi-tingginya, setidaknya untuk melindungi dirinya sendiri!! Agar tidak mudah tertipu oleh berbagai jenis penipuan!!! #menggebu-gebu. Waspadalah pada berbagai jenis penipuan!!! Ah sedih juga rasanya, saat diri ini sedang semangat 45 mencari pekerjaan, eh malah ada pihak-pihak yang ingin memanfaatkan. Astaghfirullah... :(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar